Liputan6.com, Jakarta - China akan membangun sistem pemantauan dan pertahanan yang melindungi planet Bumi dari bahaya asteroid dekat Bumi (near-Earth asteroid/NEA).
Wu Yanhua, wakil direktur Administrasi Ruang Angkasa Nasional China (China National Space Administration/CNSA), mengatakan kepada CCTV News China baru-baru ini bahwa negaranya akan mulai membangun sistem pemantauan dan peringatan NEA berbasis Bumi dan luar angkasa, guna memastikan keamanan, stabilitas, dan ketertiban operasi pesawat luar angkasa.
Advertisement
China akan mengategorikan risiko-risiko yang ditimbulkan oleh NEA dan mengeksplorasi sejumlah teknik untuk menetralisir risiko tersebut, kata Wu, dilansir Xinhua, Senin (25/4/2022).
Lebih lanjut, China berencana untuk membuat sistem pertahanan NEA, memetakan cetak biru pertahanan NEA, dan mengembangkan perangkat lunak virtual untuk menyimulasikan sejumlah skenario risiko yang diturunkan dari NEA.
China berharap dapat mendekati sebuah asteroid untuk diamati secara cermat sebelum menabrak asteroid tersebut guna mengubah orbitnya pada 2025 atau 2026 mendatang, sebuah latihan untuk mencegah NEA menimbulkan ancaman terhadap planet kita di masa depan, menurut Wu.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Misi Dart NASA
Sebuah pesawat ruang angkasa telah diluncurkan dalam misi untuk menguji teknologi yang suatu hari nanti dapat mengarahkan asteroid berbahaya keluar jalur.
Misi Dart NASA ingin melihat betapa sulitnya menghentikan batu luar angkasa yang besar agar tidak bertabrakan dengan Bumi. Pesawat ruang angkasa akan menabrak objek yang disebut Dimorphos untuk melihat seberapa besar kecepatan dan jalurnya dapat diubah. Jika bongkahan puing kosmik berukuran beberapa ratus meter bertabrakan dengan planet kita, itu bisa menyebabkan kehancuran di seluruh benua. Demikian seperti dikutip dari laman BBC, Rabu (24/11/2021).
Sebuah roket Falcon 9 yang membawa pesawat ruang angkasa Dart meluncur pada pukul 06:20 GMT pada hari Rabu dari Vandenberg Space Force Base di California.
Ini adalah upaya pertama untuk membelokkan asteroid dengan tujuan mempelajari cara melindungi Bumi, meskipun asteroid khusus ini tidak menimbulkan ancaman.
"Dart hanya akan mengubah periode orbit Dimorphos dalam jumlah kecil. Dan hanya itu yang diperlukan jika asteroid ditemukan jauh sebelumnya," kata Kelly Fast, dari kantor koordinasi pertahanan planet NASA.
Advertisement
Targetkan Sepasang Asteroid
Asteroid adalah sisa-sisa penyusun Tata Surya. Dalam peristiwa yang sangat jarang terjadi di mana jalur batu ruang angkasa mengelilingi Matahari melintasi Bumi sehingga kedua objek berpotongan pada saat yang sama, tabrakan dapat terjadi.
Misi Dart senilai $ 325 juta (£ 240 juta) akan menargetkan sepasang asteroid yang mengorbit dekat satu sama lain - yang dikenal sebagai biner.
Yang lebih besar dari dua objek, yang disebut Didymos, berukuran sekitar 780m, sedangkan pendampingnya yang lebih kecil - Dimorphos - lebarnya sekitar 160m.
Objek seukuran Dimorphos bisa meledak dengan energi berkali-kali lipat dari bom nuklir biasa, menghancurkan daerah berpenduduk dan menyebabkan puluhan ribu korban. Asteroid dengan diameter 300m dan lebih besar dapat menyebabkan kehancuran di seluruh benua, sedangkan yang lebih besar dari 1km akan menghasilkan efek di seluruh dunia.
Bahaya Asteroid Hantam Bumi
Teknik semacam ini belum dipertimbangkan 30 tahun lalu, namun dengan kemajuan teknologi, hal tersebut jadi pilihan dalam menyelamatkan Bumi dari tabrakan asteroid.
"Kami memiliki kemampuan, dengan teknologi saat ini, setidaknya bisa membuat bencana asteroid dapat dicegah," kata Tim Statler, Ilmuwan Program DART NASA.
NASA percaya, hanya 40 persen dari asteroid yang melintas dekat Bumi yang besarnya lebih dari 140 meter. Asteroid-asteroid ini berpotensi menghancurkan Bumi jika terjadi tabrakan.
Sebelumnya pada 2013, sebuah meteor seukuran rumah meledak di atas langit Chelyabinsk, Rusia, tanpa peringatan. Ledakan ini setara dengan ledakan yang diakibatkan oleh 400.000 ton TNT dan melukai lebih dari 1.600 orang.
Meteor Chelyabinsk diperkirakan hanya berukuran 180 meter atau 60 kaki dan menimbulkan kerusakan besar. Itu sebabnya, NASA ingin menemukan asteroid yang lebarnya antara 140-150 meter.
"Jika dampak (tabrakan) terjadi di daerah berpenduduk atau pusat teknologi, hal itu bisa sangat parah, bahkan bisa memiliki efek di seluruh dunia," katanya.
Advertisement