Pernah Picu Tsunami, BMKG Minta Semua Waspada Dampak Erupsi Gunung Anak Krakatau

Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) meningkat. Badan Geologi Kementerian ESDM menaikkan status GAK dari Waspada menjadi Siaga.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 25 Apr 2022, 23:02 WIB
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Banten. (Liputan6.com. Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati merilis siaran pers kewaspadaan, terkait potensi dampak erupsi Gunung Anak Krakatau atau GAK.

Diketahui, saat ini status Gunung Anak Krakatau yang berada di Selat Sunda ini sudah ditingkatkan dari level dua menjadi level tiga atau dari Waspada menjadi Siaga oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sejak Minggu 24 April 2022 pada pukul 18.00 waktu setempat.

"Secara historis aktivitas GAK ini pernah menimbulkan tsunami, sehingga hal ini perlu disampaikan," kata Dwikorita saat jumpa pers daring yang disiarkan lewat kanal Youtube Info BMKG, Senin (25/4/2022) malam.

Dwikorita menyebut, pihaknya bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM terus melakukan monitoring perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau dan muka air laut di Selat Sunda.

Pihaknya juga meminta masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi gelombang tinggi seiring dengan meningkatnya level aktivitas Gunung Anak Krakatau.

"Utamanya wasapada saat malam hari, sesuai dengan info yang disampaikan BMKG," ucap Dwikorita mengingatkan.

Terakhir, Dwikorita meminta masyarakat untuk tidak terpancing oleh isu-isu liar yang tidak bertanggung jawab. Karena itu, masyarakat diminta memastikan bahwa informasi yang diterima hanya bersumber dari siaran resmi yang valid.

"Pastikan info hanya dari sumber PVMBG-Badan Geologi, BMKG, dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) setempat," ucap dia memungkasi.


Gunung Anak Krakatau Meletus

Gunung Anak Krakatau meletus

Gunung Anak Krakatau (GAK) masih terus erupsi. Berdasarkan laporan yang disusun oleh petugas pos pantau Jumono dan diunggah ke aplikasi Magma Indonesia, ketinggian letusan mencapai 3.000 meter dari atas puncak.

Status gunung tersebut masih berada di Level II atau waspada, dengan rekomendasi masyarakat dilarang beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari gunung berapi yang berada di perairan Selat Sunda itu.

"Gunung Anak Krakatau masih erupsi menerus, arah angin saat ke timur," kata Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Deny Mardiono, Minggu (24/04/2022).

Masyarakat diminta berhati-hati saat beraktivitas di luar rumah dan selalu memakai masker agar abu vulkanik tidak terhisap. Di mana, abu vulkanik Gunung Anak Krakatau sudah sampai ke permukiman warga di pesisir Banten.

"Apabila keluar rumah selalu pakai masker untuk menghindari paparan abu vulkanik, tetap patuhi rekomendasi dari badan geologi," terang dia.

Abu vulkanik Gunung Anak Krakatau dirasakan oleh warga di Kecamatan Labuan, Kecamatan Carita, Kecamatan Panimbang, Kecamatan Cigeulis, dan Pesisir Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Abu vulkanik berwarna hitam itu mengotori lantai hingga tumbuhan yang ada di luar rumah. Bahkan mata warga terasa perih ketika beraktivitas di luar rumah.

"Lagi hujan abu, sayuran saja tadi banyak kotor. Perih ke mata, baru sadar kalau itu dari Gunung Anak Krakatau yang lagi erupsi," kata Soffy Shovia, warga Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten, Minggu (24/04/2022).

Begitupun warga lainnya, Johani, meski telah berulang kali di sapu, lantai rumahnya masih saja dikotori abu vulkanik berwarna hitam. "Sudah hampir lima kali nyapu rumah, kotor sama abu vulkanik," kata dia.


Status Naik Jadi Level Siaga

Erupsi Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau (GAK), Serang, Banten yang letusannya cukup sering sepanjang April 2022, kini naik status dari Level II Waspada menjadi Level III atau Siaga pada Minggu (24/4/2022).

Kenaikan status berdasarkan surat yang ditandatangani oleh Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono. Surat itu menerangkan tentang kenaikan status Gunung Anak Krakatau.

Surat itu terhitung sejak Minggu 24 April 2022, pukul 18.00 WIB. Dengan surat itu, masyarakat, nelayan hingga wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari gunung berapi.

"Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada Level III atau Siaga, masyarakat, pengunjung, wisatawan, pendaki tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah aktif," begitu tulis surat tersebut, dikutip pukul 21.00 wib, hari Minggu, 24 April 2022.

Masih dalam surat yang sama, potensi bahaya berdasarkan peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berdiameter 2 kilometer, merupakan kawasan rawan bencana.

Kemudian berdasarkan data visual dan instrumental potensi bahaya, Gunung Anak Krakatau saat ini melontarkan material pijar dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi, namun lontarannya bisa menjangkau jarak yang lebih jauh lagi.


Aktivitas GAK Tak Ganggu Arus Mudik

Suasana Evakuasi Warga Pulau Sebuku di Perairan Selat Sunda

Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi atau PVMBG, Hendra Gunawan, memastikan kegiatan mudik bisa tetap berjalan aman meski tengah terjadi peningkatan status Gunung Anak Krakatau di kawasan Selat Sunda.

Seperti diketahui, Selat Sunda menjadi tempat penyeberangan pemudik dari Pulau Jawa menuju Pulau Sumatera atau sebaliknya. Status Gunung Anak Krakatau sendiri naik menjadi Siaga sejak Minggu (24/4/2022).

"Kita kedepankan kehati-hatian, tapi tidak mengurangi kesiapsiagaan untuk tetap tenang," kata Hendra saat jumpa pers daring yang diikuti Liputan6.com, Senin (25/4/2022).

Hendra meyakini, saat ini wilayah berbahaya dari peningkatan status Gunung Anak Krakatau hanya terjadi pada radius 5 kilometer dari titik gunung. Sedangkan lokasi penyeberangan Pelabuhan Merak-Pelabuhan Bakauheni diketahui berada di puluhan kilometer dari titik Gunung Anak Krakatau.

"Radius bahaya saat ini masih radius 5 KM, sehingga transportasi di penyebrangan itu puluhan kilo masih jauh tapi agar jaga kehati-hatianan dan kami terus melakukan kooridnasi dan kami juga ada petugas pos yang memantau 24 jam dengan dibantu tim tanggap darurat dan penguatan sistem alat monitoring," jelas Hendra.

Hendra mengimbau, pemudik dapat terus memantau informasi terbaru dari sumber-sumber resmi, seperti sosial media BNPB, BPBD setempat dan situs Magma Indonesia.

"Update informasi sehingga tidak salah menangkap info selain dari hal resmi," ucap Hendra.

Sebagai informasi, pada Minggu (24/4/2022), level status Gunung Anak Krakatau ditingkatkan dari dua ke tiga atau waspada menjadi siaga.

Hal ini terjadi karena adanya aktivitas visual dan kegempaan yang teramati sejak beberapa hari terakhir, hingga puncaknya pada 24 April 2022 pukul 18.00 waktu setempat, status gunung resmi dinaikkan oleh Badan Geologi. 

Infografis: Sejarah Erupsi Gunung Semeru (Liputan6.com / Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya