Harga Emas Jatuh ke Level Terendah dalam 4 Bulan Tertekan Rencana Kenaikan Suku Bunga

Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga the Fed dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 26 Apr 2022, 07:30 WIB
Penampakan emas batangan di gerai Butik Emas Antam di Jakarta, Jumat (5/10). Pada perdagangan Kamis 4 Oktober 2018, harga emas Antam berada di posisi Rp 665 ribu per gram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tergelincir ke level terendah dalam empat bulan pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penekan harga emas ini adalah rencana kebijakan agresif oleh Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dan kenaikan nilai tukar dolar AS yang kuat.

Mengutip CNBC, Selasa (26/4/2022), harga emas di pasar spot turun 1,66 persen menjadi USD 1.897,65 per ounce. Sementara harga emas berjangka AS turun 1,84 persen menjadi USD 1.898,8 per ounce.

"Tampaknya kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga telah di atas angin akhir-akhir ini," kata analis Julius Baer, ​​Carsten Menke.

Dengan ekspektasi kenaikan suku bunga setengah persen pada pertemuan the Fed di Mei nanti, para pelaku pasar pada hari Jumat bertaruh bahwa bank sentral AS akan lebih besar lagi menaikkan suku bunga di bulan-bulan berikutnya untuk menjinakkan inflasi yang melonjak.

Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga the Fed dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi. Alasannya, kedua faktor tersebut meningkatkan biaya untuk membeli emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil. Namun, emas dilihat sebagai instrumen penyimpan nilai yang aman selama krisis ekonomi dan politik.

"Kami memiliki target tiga bulan USD 1.850," kata Menke. "kami berpendapat bahwa emas agak mahal sebagai aset safe haven." tambah dia.

"Kami akan berpikir bahwa tekanan inflasi akan mereda dan itu akan menghilangkan beberapa permintaan safe haven yang telah kita lihat untuk emas." pungkas Menke. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harga Emas Diprediksi Makin Mahal Minggu Ini

Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga the Fed dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

Setelah harga emas menyentuh USD 2.000 per ounce pada awal minggu lalu, emas jatuh lebih dari USD 70 karena dolar AS naik di samping imbal hasil Treasury AS.

Dengan pola perdagangan terbaru, analis melihat beberapa sinyal bullish yang tidak dapat disangkal.

"Harga emas telah mencapai tertinggi baru dan konsolidasi. Saat ini, likuidasi karena dolar AS yang lebih tinggi. Tapi bagaimana Anda bisa menjual emas di pasar ini? Setiap penurunan emas dan perak adalah peluang pembelian," co-director Walsh Trading Sean Lusk mengatakan kepada Kitco News, dikutip Senin (25/4/2022).

Pola pergerakan harga emas ini cukup dominan selama beberapa bulan terakhir, kata pakar logam mulia Gainesville Coins Everett Millman.

Level emas untuk minggu ini

Support harga emas minggu ini di sekitar USD 1.923-24 per ounce, dan resistance di USD 1.980 per ounce, Melek menunjukkan.

Level USD 1.950 per ons akan menjadi penting untuk dipertahankan minggu ini, kata Lusk. Dia menambahkan bahwa dia melihat USD 2.000 per ons secara berkelanjutan sebagai hasil yang sangat mungkin terjadi pada paruh kedua musim panas.


Data Penggerak Harga Emas

Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga the Fed dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

Minggu ini, salah satu rilis utama adalah data PDB kuartal pertama AS, yang dijadwalkan Kamis. Konsensus pasar menyebut perkiraan PDB Q1 masuk sebesar 1 persen setelah membukukan pertumbuhan 6,9 persen pada Q4 tahun 2021.

Tetapi pertumbuhan yang lebih lambat tidak mungkin mencegah The Fed menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Mei, kata kepala ekonom internasional ING James Knightley.

"Pertemuan Federal Reserve berikutnya pada 4 Mei dan ekspektasi pasar secara tegas berpusat pada kenaikan suku bunga 50bp," kata Knightley.

"Data yang akan datang seharusnya tidak memengaruhi prospek ini secara bermakna. Data PDB kuartal pertama diharapkan menunjukkan ekonomi berkembang pada tingkat tahunan 1-1,5 persen, yang akan menandai perlambatan yang cukup besar dari kuartal keempat 2021, yang mencerminkan gelombang pandemi Omicron yang berdampak pada pergerakan orang cukup besar," lanjutnya.


Inflasi AS

Harga emas sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga the Fed dan imbal hasil obligasi yang lebih tinggi.

Pasar juga akan tertarik untuk memeriksa data secara lebih rinci untuk melihat apa yang terjadi dengan PCE inti, ukuran inflasi pilihan Fed, tambah Melek.

"Inflasi terlalu tinggi, itulah sebabnya The Fed akan semakin ketat apa pun yang terjadi. Satu-satunya cara untuk melawan inflasi ketika tidak lagi bersifat sementara adalah dengan mengikis aktivitas ekonomi (permintaan agregat)," katanya.  

Infografis Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Bruto 2019-2021. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya