6 Fakta Menarik Dogiyai, Punya Kopi Unggulan dan Kuliner Khas dari Serangga

Kopi dari Kabupaten Dogiyai termasuk salah satu biji kopi terbaik di Indonesia

oleh Henry diperbarui 26 Apr 2022, 07:08 WIB
Ibu-ibu penjual kopi di pasar tradisional Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Dogiyai adalah sebuah kabupaten yang berada di provinsi Papua, Indonesia. Wilayah kabupaten ini dulu tercakup dalam Kabupaten Nabire. Pusat pemerintahan atau ibu kota Kabupaten Dogiyai secara definitif berada di Kigamani atau distrik Kamu. Jumlah penduduk kabupaten ini berkisar 116.206 jiwa (2021). Nama "Dogiyai" merupakan nama salah satu gunung di kabupaten ini.

Kabupaten ini dibentuk pada 4 Januari 2008 berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008, bersama-sama dengan pembentukan 5 kabupaten lainnya di Papua. Peresmiannya dilakukan oleh Mendagri Mardiyanto pada 20 Juni 2008 di Nabire

Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Dogiyai. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Dogiyai yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Suku Mee

Suku Mee mendiami hampir seluruh wilayah pegunungan tengah Papua, di bagian Barat, termasuk di Dogiyai. Suku Mee adalah salah satu dari lima suku pegunungan tengah Papua yaitu Suku Damal, Dani, Moni, Nduga dan Mee.

Ciri khas dari suku Mee ini ialah mereka hidup atau tinggal umumnya di sekitar danau, yaitu danau Paniai, danau Tage, Danau Tigi, Lembah Kamu dan pegunungan Mapiha/ Mapisa

Arti dari Mee sendiri adalah orang-orang yang telah dipenuhi dengan akal budi yang sehat, sehingga dapat berpikir secara logis. Lalu dapat membedakan suku ini dari suku yang lain; dapat membedakan barang miliknya dengan milik orang lain; daerah garapannya dengan garapan milik orang lain; dan dapat mentaati amanat-amanat yang diwariskan oleh leluhur.


2. Sejarah Dogiyai

Kopi selama ini masih dipandang sebelah mata, padahal membuktikan diri bisa mengantar pejabat Papua ke sekolah. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Jarak yang jauh dari ibu kota Nabire dengan akses yang sulit karena berada di pegunungan melatarbelakangi ide untuk membentuk kabupaten baru di bagian paling selatan Nabire.

Terbentuknya kabupaten baru diharapkan mampu mendorong peningkatan pelayanan dalam bidang pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan, serta dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah. Tokoh-tokoh masyarakat adat kemudian membentuk tim aspirator untuk menjaring aspirasi masyarakat.

Perjuangannya berliku-liku dengan ada pro dan kontra dari kalangan masyarakat. Misalnya dalam pemberian nama dan penentuan ibu kota.  Pada awalnya nama kabupaten Dogiyai disebut sebagai kabupaten Lembah Hijau dengan ibu kotanya Moanemani. Namun pengajuan itu tidak disetujui oleh orang Mapia yang menganggap rencana kabupaten ini hanya diperuntukkan untuk orang Kamu.

Akhirnya dalam rapat berikutnya disetujui ibuk ota terletak di tengah-tengah sehingga distrik Kigamani dipilih, sedangkan nama kabupaten diambil dari salah satu gunung. Gunung Dogiyai dipilih karena berada di perbatasan wilayah Kamu dan Mapia. Dogiyai menurut adat setempat juga merupakan panah beracun yang paling teratas stratanya dari jenis panah yang lain.


3. Kopi Dogiyai

Salah satu petani kopi Dogiyai, Papua. (dok. Belift Project/Dinny Mutiah)

Kopi menjadi kekayaan alam unggulan di Kabupaten Dogiyai. Biji kopi dogiyai ditanam mulai tahun 1950 dan diperkenalkan oleh pendakwah Belanda yang berada di Indonesia. Panjangnya sejarah ini menjadi kisah tersendiri dalam kuliner Dogiyai.

Kopi ini masuk dalam biji kopi terbaik di Indonesia. Dikatakan terbaik karena memiliki aroma yang harum dan gurih bak kacang panggang. Dan pengolahannya melalui proses pemberian madu, pencucian, dan proses alami sehingga masuk dalam kategori kelas spesial. Kopi ini termasuk dalam jenis kopi arabika.

Biji kopi dogiyai dijual dari harga dua ratus ribu hingga lima ratus ribu rupiah tiap satu kilonya. Wisatawan yang datang ke kabupaten ini sering datang untuk mencoba rasa dari biji kopi ini. Dan ini bisa menjadi alternatif buah tangan dari Kigamani.


4. Danau Makano

Danau Makamo di Kabupaten Dogiyai, Papua. foto: Instagram @official_be16tv

Danau Makamo menjadi ikon dari Kabupaten Dogiyai. Airnya pun masih berwarna biru jernih dan tetumbuhan banyak bertumbuh lebat sehingga suasana tampak sangat alami. Udara di danau ini pun begitu bersih.

Danau ini berada di ketinggian yang sama dengan danau Tigi serta memiliki luas sebesar 1.500 hektar.  Yang menarik, bentuk dari Danau Makamo menyerupai bentuk Pulau Papua bila dilihat dari sisi timur.

Maka dari itu, tidak heran bila danau ini cocok untuk menjadi tujuan wisata. Menurut kepercayaan setempat, air di danau ini dipakai sebagai obat malaria, obat luka, dan obat penyakit lain. Dan serangga yang hidup di sekitaran danau menjadi santapan warga sekitar.


5. Pulau Duamo

Kabupaten Dogiyai, Papua. foto: Instagram @belift.dogiyai

Pulau Duamo merupakan pulau yang berada di tengah Danau Tigi. Menyeberang ke pulau ini, pengunjung akan disambut dengan batu berbentuk wajah manusia di depan pulau. Saat berada di pulau ini Anda juga dapat melihat banyaknya burung walet beterbangan.

Ini karena Pulau Duamo ini merupakan habitat asli dari para burung walet ini. Di sini juga banyak terdapat gua yang menjadi sarang burung walet. Di antara banyak gua ini, satu gua memiliki patung Bunda Maria dan Yesus Kristus. Penduduk sekitar tidak ada yang mengetahui siapa pembuatnya.

Bila datang kala musim gurame, maka pengunjung bisa menyaksikan lomba memancing. Dan umpan yang dipakai peserta lomba ialah lumut hidup.

Namun ada satu hal utama yang menjadikan pulau ini dapat menjadi daya tarik para wisatawan, yaitu keindahan alamnya yang akan memuncak pada sore hari. Saat matahari terbenam, langit sore akan dihiasi oleh sunset yang dapat memanjakan mata para wisatawan yang melihatnya dari Pulau Duamo.


6. Kuliner khas Dogiyai

Mengolah kuliner tonggeret

Serangga banyak dijumpai di tanah Papua, terdapat sekitar 100.000 spesies. Dari keseluruhan spesies serangga tersebut, bisa dikatakan jumlah kumbanglah yang terbanyak. Serangga itu masih menjadi makanan favorit orang Kamuu dan Mapia di Kabupaten Dogiyai (Meepago). Serangga jenis tonggeret itu dalam bahasa Mee versi Dogiyai namanya Tege,

Menurut Hari Suroto, seorang peneliti di Balai Arkeologi Papua, serangga itu paling banyak dicari untuk dijadikan lauk.  Hari menjelaskan, tonggeret hidup di pepohonan, dikenal suka mengeluarkan suara nyaring dan berlangsung lama. Tonggeret mudah didapatkan di pekarangan rumah maupun kebun.

Menangkap tonggeret merupakan keasyikan tersendiri bagi mereka seusai pulang sekolah. "Cara mengolah tonggeret ini pun sangat mudah. Tonggeret hasil tangkapan, akan dibakar ramai-ramai, untuk dimakan bersama teman-teman atau dibawa pulang untuk dimasak. Tonggeret yang dibawa pulang biasanya dimasak dengan cara digoreng," ungkapnya.

Ia mengatakan, tonggeret goreng ini memiliki rasa yang gurih dan lezat serta bernutrisi tinggi. Olahan tonggeret ini dapat dijual di restoran yang sering dikunjungi turis. Namun tonggeret yang dijual ini harus memiliki kualitas pengolahan serangga yang terbaik.

4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya