Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham global dan harga minyak turun pada Senin, 25 April 2022 karena meningkatnya kasus COVID-19 di Beijing, China memicu kekhawatiran ibu kota China tersebut mengikuti Shanghai dan kota-kota besar lainnya yang melakukan lockdown.
Indeks acuan Shanghai Composite (SHCOMP) China merosot 5,1 persen menjadi ditutup pada level terendah dalam 22 bulan. Itu adalah hari terburuk untuk indeks sejak 3 Februari 2020, ketika virus yang sebabkan COVID-19 pertama kali mengguncang pasar saham negara itu.
Advertisement
Di tempat lain di kawasan itu, indeks Hang Seng (HSI) Hong Kong turun 3,7 persen. Indeks Nikkei Jepang (N225) turun 1,9 persen, dan Kospi Korea (KOSPI) turun 1,7 persen.
Saham Eropa juga dibuka melemah tajam pada Senin. FTSE 100 (UKX) turun 2,1 persen di London, sementara DAX Jerman (DAX) turun 1,5 persen. CAC 40 (CAC40) Prancis turun 2,2 persen, meskipun pasar lega pada kemenangan pemilihan Presiden Emmanuel Macron atas kandidat sayap kanan Marine Le Pen.
Penurunan di pasar Asia dan Eropa terjadi setelah sesi suram pada Jumat untuk saham AS. Dow turun sekitar 980 poin, atau 2,8 persen, menyusul komentar tentang kemungkinan kenaikan suku bunga agresif dari ketua Federal Reserve Jerome Powell. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun lebih dari 2,5 persen juga.
Kekhawatiran tentang situasi COVID-19 yang memburuk di China menambah momentum penurunan. Pada Senin, Dow berjangka turun 305 poin, atau 0,9 persen, sementara berjangka di S&P 500 dan Nasdaq keduanya turun 1 persen.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Beijing Mulai Pengujian Massal
Beijing, ibu kota China dengan 21 juta penduduk, memulai pengujian massal selama akhir pekan dan menutup kompleks perumahan, meningkatkan kekhawatiran bahwa pembatasan yang lebih ketat dapat segera diterapkan sejalan dengan kota-kota China lainnya.
"Meskipun beberapa bagian China telah berada di bawah pembatasan lebih lama dari Shanghai, kedatangan Omicron di Beijing akan menjadi perkembangan yang tidak menyenangkan," tulis Ahli strategi pasar senior Oanda, Jeffrey Halley, pada Senin, 25 April 2022 dilansir dari CNN.
"China adalah ekonomi terbesar kedua di dunia dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan hidup dengan virus," katanya.
"Dengan mengingat hal itu, kemungkinan katup tekanan akan menjadi gangguan pada mesin ekspor China, dan penurunan kepercayaan konsumen,” ia menambahkan.
Advertisement
Harga Minyak Tertekan
Harga minyak jatuh pada Senin karena kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat dan perlambatan China membebani sentimen. Minyak berjangka untuk minyak AS dan minyak mentah Brent, patokan internasional, keduanya turun lebih dari 4 persen.
"Tampaknya China adalah gajah di dalam ruangan dan pasar merasa bahwa perlambatan pertumbuhan China secara material dapat mengubah persamaan penawaran/permintaan di pasar internasional," kata Halley.
Tekanan untuk menahan wabah COVID-19 di Beijing datang ketika kasus terus berkembang di Shanghai. Lockdown di Shanghai telah memaksa banyak pabrik untuk menangguhkan produksi dan memperburuk penundaan pengiriman, mengancam akan memberikan kejutan besar bagi ekonominya yang luas dan menempatkan lebih banyak tekanan pada rantai pasokan global.
Shanghai melaporkan lebih dari 19.000 kasus baru dan 51 kematian pada Minggu.
Pembukaan Bursa Saham Asia pada Selasa Pagi 26 April 2022
Sebelumnya, bursa saham Asia Asia Pasifik beragam pada Selasa pagi, 26 April 2022, seiring investor bersiap untuk mencermati reaksi pasar terhadap kekhawatiran COVID-19 di China saat Beijing memperluas pengujian massal.
Indeks Jepang Nikkei 225 Jepang naik 0,17 persen, sedangkan indeks Topix datar. Indeks Kospi Korea Selatan naik 0,55 persen Namun, bursa saham Australia jatuh karena perdagangan dilanjutkan dari hari libur pada Senin. Indeks S&P/ASX 200 anjlok 2,34 persen di awal perdagangan.
Saham penambang besar merosot, karena saham Rio Tinto turun lebih dari 4 persen, saham Fortescue Metals turun 6,6 persen dan saham BHP anjlok hampir 6 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,19 persen.
Dalam pendapatan, HSBC akan melaporkan hasil kuartal pertama 2022. Data ekonomi pada Selasa akan dirilis mencakup produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan untuk kuartal pertama.
Pasar China pada hari mendatang akan menjadi perhatian utama bagi investor. Saham di daratan China dan Hong Kong jatuh pada Senin karena kekhawatiran atas lonjakan COVID-19 dan potensi lockdown di Beijing.
Pasar akan mengamati reaksi terhadap Beijing yang mengumumkan pada Senin malam pengujian massal akan diperluas ke 10 distrik lain dan satu area pengembangan ekonomi, menurut Reuters.
Advertisement
Pasar Amati Kondisi COVID-19 di China
"Pasar bereaksi negatif terhadap berita bahwa COVID menyebar lebih cepat di China, memicu kekhawatiran lockdown tambahan dan pengurangan produksi. Ini berdampak langsung pada pasar Asia dan juga beriak melalui pasar keuangan global,” tulis analis ANZ Research Brian Martin dan Daniel Hynes dalam catatan pada Selasa.
Saham AS berada di wilayah negatif pada hari sebelumnya, tetapi pulih pada penutupan. Dow Jones Industrial Average memangkas kerugian intraday hampir 500 poin pada Senin, naik 238,06 poin, atau 0,7 persen, menjadi 34.049,46. S&P 500 naik 0,6 persen menjadi 4.296,12. Nasdaq Composite yang berbasis teknologi naik 1,3 persen pada 13.004,85.
Indeks dolar AS berada di posisi 101,67 dari posisi sebelumnya di atas 101. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 127,60 per dolar AS dari posisi sebelumnya di atas 128,1.
Dolar Australia berada di kisaran 0,7176. Harga minyak sedikit berubah pada perdagangan Selasa pagi di Asia. Harga minyak berjangka AS berada di posisi USD 98,58 per barel. Harga minyak berjangka Brent naik 0,12 persen ke posisi USD 102,44 per barel.