Liputan6.com, Jakarta - Jepang selalu punya inovasi unik untuk ditawarkan. Salah satunya adalah kafe yang memaksa pengunjung untuk menyelesaikan tulisan. Dikutip dari Japan Today, Selasa (26/4/2022), tempat bernama Manuscript Writing Cafe alias Kafe Penulisan Naskah itu berlokasi di Distrik Koenji, Tokyo.
Kafe itu dioperasikan sebagai tempat aman dan basis bagi para penulis yang harus segera menyelesaikan deadline mereka. Konsep itu bukan hanya sekedar wacana, tapi berlaku sebagai peraturan bagi semua pengunjung.
Baca Juga
Advertisement
"Kafe Penulisan Naskah hanya mengizinkan orang yang memiliki tenggat waktu menulis! Itu untuk menjaga tingkat fokus dan suasana tegang di kafe! Terima kasih atas pengertiannya." Peraturan itu tertulis dengan jelas di dinding kafe.
Dikutip dari laman koenji-sankakuchitai.blog.jp, setiap pengunjung yang baru tiba di kafe akan menerima sebuah kartu. Mereka kemudian diminta untuk menuliskan target yang akan dicapai selama berada di kafe tersebut.
"Misalnya, 'menyelesaikan tulisan dengan 2.000 kata' atau 'menulis dua halaman,' dan lain-lain," demikian keterangan dalam blog tersebut.
Kartu itu kemudian diserahkan kepada manajer kafe. Ia nantinya akan menjadi pengawas perkembangan target yang berhasil dicapai setiap jam. Anda tidak akan bisa keluar dari kafe itu bila target yang dituliskan di awal belum tercapai.
"Manajer, yang tidak memiliki minat langsung pada Anda, akan dengan lembut bertanya bagaimana kabar Anda dan ini akan memotivasi Anda untuk menyelesaikan tulisan!" sambung pernyataan itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fasilitas Kafe
Kafe tersebut mengakomodasi hampir semua kebutuhan penulisan, mulai dari pekerjaan menerjemahkan, menulis proposal, pekerjaan tata letak, hingga memproses gambar. Dengan aturan yang diberlakukan, setiap pengunjung kemungkinan akan merasakan atmosfer tekanan dan ketidaksabaran dari sekitar sehingga menantang diri sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan sendiri.
Pengunjung akan dikenakan biaya berdasarkan waktu yang dihabiskan di kafe tersebut. Minimal, mereka harus memesan tempat selama 30 menit dan hitungan per jam dengan dibolehkan memesan kopi. Tersedia pojok minuman yang memungkinkan pengunjung merebus air sendiri menggunakan termos elektrik untuk menyeduh kopi, teh hitam, atau teh Jepang.
Untuk menunjang kinerja, kafe itu dilengkapi dengan colokan USB, wi-fi, dan dudukan komputer. Pihak kafe membolehkan pengunjung membawa sendiri makanan dan minuman, bahkan memesan dari tempat lain, asalkan tetap mematuhi aturan ketat yang berlaku. Pengunjung juga bisa memilih area luar ruang bila butuh bekerja sambil merokok.
Setiap pengunjung yang sudah melaporkan target yang akan dikerjakan, bila memilih 'tipe' yang tersedia. Hal itu didasarkan pada seberapa ketat pegawai kafe harus memerika kemajuan Anda. Misal, tipe 'S' membuat mereka mengingatkan secara agresif agar Anda bisa menyelesaikan tulisan dengan lebih cepat. Sedangkan, tipe M dilakukan dengan mengingatkan Anda lebih lembut.
Advertisement
Respons Pengunjung
Tarif bekerja di kafe itu adalah 150 yen atau sekitar Rp17 ribu per 30 menit. Pengunjung memiliki akses tak terbatas untuk menulis di sana.
Para pengunjung menyambut beragam kafe dengan konsep tersebut. Ada yang berkomentar, "Aku tertawa membaca 'menjaga tensi di toko'. Dalam hal ini, itu mengagumkan."
Lainnya menganggap cara itu menghasilkan tekanan yang berlebihan. "Bila itu aku, aku tidak akan pernah bisa meninggalkan toko dan berakhir tinggal di sana," imbuh yang lain.
"Sebuah kafe yang tidak bisa kamu masuki kecuali kamu memenuhi syarat tertentu."
Dikutip dari SoraNews 24, kafe itu biasanya buka dari pukul 13.00--19.00. Tetapi karena bekerja mengikuti jadwal studio, tempat itu tidak dibuka setiap hari. Calon pengunjung diminta untuk mengecek informasi terbaru lewat situs resmi mereka. (Natalia Adinda)
Mental Block
Pekerjaan menulis bukan sesuatu yang gampang bagi banyak orang. Seringkali kita kesulitan menuangkan buah pikiran dalam kalimat yang nyata. Kondisi itu dinamakan writer's block yang berkaitan dengan mental block. Keduanya merupakan pembunuh kreativitas karena menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan atau motivasi untuk melanjutkan apa yang sudah diniatkan.
Dikutip dari laman Hot Liputan6.com, mental block disebabkan oleh berbagai penyebab. Penyebab paling umum adalah pikiran kita terlalu berfokus pada hasil akhir bahkan sebelum memulai. Akan lebih mudah untuk terus maju ketika kita tidak memedulikan seperti apa hasil akhir dari proses yang baru akan dimulai.
Selain itu, terlalu banyak berpikir di awal proses juga bisa menjadi salah satu penyebab mental block lainnya. Kita mungkin terlalu sibuk ingin menyajikan gagasan yang paling benar dan tanpa cela, terlalu kaku terhadap suatu pandangan. Padahal bisa jadi, apa yang kita perlukan adalah tidak terlalu memusingkan itu dulu.
Penyebab lain dari mental block bisa juga ekspektasi diri yang terlalu tinggi. Kita sering kali memasang standar tinggi terhadap suatu hasil. Sibuk bolak-balik membaca ulang dan menyunting tulisan padahal tulisan baru seperempat jalan. Ini adalah salah satu contoh jebakan standar atau ekspektasi tinggi yang diciptakan seorang penulis.
Banyak penulis senior yang mengingatkan penulis baru untuk terus menulis dengan cepat ketika sedang ada ide. Berhenti untuk membaca ulang biasanya menjadi salah satu penghambat penyelesaian sebuah tulisan.
Baca Juga
Advertisement