Liputan6.com, Jakarta - Epidemiolog Dicky Budiman membahas terkait efektivitas vaksin COVID-19 di masa mudik lebaran.
Menurutnya, efektivitas vaksin dalam memitigasi potensi infeksi atau penambahan kasus pada masa mudik ibarat pergi ke suatu tempat dalam situasi hujan besar.
Advertisement
"Namun, saat pergi kita mengenakan payung dan baju pelindung atau jas hujan," kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Senin, 25 April 2022.
"Payung itu ibarat booster-nya, dan baju pelindung itu dua dosisnya. Kemungkinan basah kuyup kecil, kita tetap bisa kecipratan air, tapi karena sudah pakai payung dan baju pelindung maka kita enggak akan basah kuyup," Dicky menambahkan.
Ia juga mengatakan bahwa pemberian vaksin booster atau dosis ketiga memiliki berbagai keistimewaan salah satunya bisa menurunkan risiko long COVID.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) long COVID diartikan sebagai gejala yang berlangsung lebih lama atau bahkan berbulan-bulan setelah dinyatakan negatif COVID-19.
Vaksinasi tiga dosis dinilai penting karena imunitas tubuh bisa menurun setelah empat bulan suntikan dosis kedua.
"Bicara menurunkan long COVID ketika terpapar, tiga dosis (vaksin) itu sudah sangat efektif apalagi empat dosis," ujarnya.
Data menunjukkan kalau sudah di atas tiga dosis maka potensi penurunan imunitas akan lebih lambat. Tidak secepat dosis kedua yang dalam waktu empat hingga enam bulan setelah suntikan sudah menunjukkan penurunan imunitas.
"Dosis keempat dan dosis kelima kecepatan penurunan imunitasnya masih kita tunggu seberapa lama lagi, tapi yang jelas kan proteksinya bertambah," katanya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kurangi Risiko Penularan Saat Halalbihalal
Perlindungan vaksin COVID-19 tidak hanya dapat dirasakan saat mudik, tapi juga dalam acara-acara lain yang identik dengan Idul Fitri seperti halalbihalal.
Seperti pertemuan lainnya, halalbihalal juga memiliki potensi memicu terjadinya penularan COVID-19. Maka dari itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau masyarakat untuk tetap hati-hati ketika halalbihalal.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo usai rapat terbatas terkait evaluasi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
Airlangga mengatakan bahwa Presiden Jokowi meminta tradisi halalbihalal tetap sesuai protokol kesehatan.
"Pak Presiden memberi catatan, kegiatan untuk halalbihalal diselenggarakan dengan prokes dan diimbau tidak ada makan minum dan minum, harus sesuai dengan jarak dan tempat," kata Airlangga dalam konferensi pers daring yang ditayangkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden belum lama ini.
Terkait hal ini, Dicky mengatakan bahwa Indonesia masih dalam status pandemi. Oleh sebab itu, masyarakat jangan sampai merasa selesai dan aman. Kewaspadaan, protokol kesehatan, dan upaya mitigasi harus dilakukan.
Advertisement
Turunkan Risiko Penularan 80 Persen
Kewaspadaan yang dimaksud Dicky dapat direalisasikan salah satunya dengan melakukan vaksinasi COVID-19. Sebab, vaksinasi dapat mengurangi potensi penularan hingga 80 persen.
"Nah bicara halalbihalal, ya tentu potensi atau risiko terjadinya paparan itu akan jauh berkurang ketika cakupan vaksinasi di daerah itu sudah lebih dari 80 persen," kata Dicky.
"Atau, orang yang halalbihalal itu sudah minimal vaksinasi dua dosis atau sudah vaksinasi dosis ketiga," dia menambahkan.
Jadi, lanjut Dicky, sebelum bicara jangan makan, jangan minum atau yang lainnya, pastikan orang-orang yang hadir halalbihalal sudah menerima vaksin setidaknya dua dosis.
Pastikan juga vaksin dosis keduanya masih dalam kurun waktu tujuh bulan. Jika lebih, sebaiknya hindari acara-acara seperti halalbihalal.
"Kalaupun mau halalbihalal, terpaksa ya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit kalau bisa atau tidak lebih dari 30 menit dengan memakai masker yang N95," katanya.
Dicky juga mengimbau bagi yang sudah mendapatkan vaksin dosis penguat maka bukan berarti bisa melakukan halalbihalal tanpa masker.
"Saat dia duduk jauh dari orang-orang ya mungkin bisa saja (tanpa masker), tapi ya sebaiknya tetap digunakan masker N95," ujar Dicky.
Bukan Berarti Nol Risiko
Meskipun acara halalbihalal digelar bersama keluarga sendiri, lanjutnya, tapi tetap harus dipastikan bahwa semuanya sudah mendapat vaksin dosis ketiga. Sebab, risiko penularan COVID-19 pada orang yang sudah divaksinasi booster menjadi lebih kecil.
“Tapi bukan berarti tidak ada, bukan berarti risikonya jadi nol," katanya.
Dicky juga mengimbau agar acara halalbihalal dipastikan digelar di ruang terbuka, hindari acara di ruang tertutup.
"Saya sih kalau halalbihalal kampung masih belum menganjurkan, kalau keluarga atau komunitas yang kita tahu dekat dan tahu status vaksinasinya masih boleh, lah," kata Dicky.
"Sebaiknya kita hindari hal-hal yang bisa memperburuk situasi. Saat ini kan sudah jauh relatif lebih baik, untuk yang di luar keluarga sebaiknya gunakan lah virtual atau daring tidak yang fisik," dia menekankan.
Selain mudik dan halalbihalal, kegiatan lain di Hari Raya Idul Fitri yang umumnya diisi dengan berkunjung ke tempat-tempat keramaian juga diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat, kata Airlangga. Masyarakat juga perlu memerhatikan batas kapasitas maksimal.
Advertisement