Liputan6.com, Jakarta Subholding Gas Pertamina berkomitmen mengelola dan menurunkan emisi karbon ditunjukkan melalui penurunan pemanfaatan energi dan pengelolaan limbah dalam kegiatan operasional perusahaan.
Direktur Sales dan Operasi PGN Faris Aziz mengatakan, Subholding Gas Pertamina telah melakukan upaya penghematan energi dan berjalan cukup efektif, sehingga dapat menurunkan emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
Advertisement
"Kami terus termotivasi dalam memperluas layanan gas bumi, serta meneruskan komitmen Environmental, Social, and Governance (ESG) dan Sustainable Development Goals (SDGs) perseroan ke depan," kata Fariz, di Jakarta, Selasa (26/4/2022).
Fariz mengungkapkan, upaya penghematan energi tercepin dari jumlah pengurangan konsumsi energi selama 2020 sejumlah 24.191,43 GJ. Sejalan dengan upaya penghematan energi, Subholding Gas Pertamina berhasil melakukan pengurangan emisi 76.303,35 ton CO2 equivalent pada 2020.
"Penuruanan emisi karbon ini sejalan dengan penurunan konsumsi energi, sehingga dapat menekan efek Gas Rumah Kaca (GRK)," tuturnya.
PGN juga berhasil melakukan pengelolaan limbah dengan cara mengurangi limbah dari sumbernya (reduction at source). Artinya, PGN berusaha mengurangi jumlah limbah melalui perencanaan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pembuangan limbah.
Pada 2020, PGN berhasil menurunkan jumlah limbah B3 sebesar 3 persen yaitu 13,404532 ton, turun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 13,760261 ton.
“Sebagai Subholding Gas Pertamina, kami menyadari peran penting perseroan dalam mendukung program pemerintah untuk mengurangi emisi karbon. Gas bumi juga merupakan energi fosil ramah lingkungan yang memiliki peran penting sebagai solusi energi di masa transisi energi saat ini,” ujar Faris.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Laporan Keberlanjutan 2021
Laporan kinerja yang terangkum dalam Laporan Keberlanjutan 2021 ini diganjar Penghargaan Transparansi Emisi Korporasi 2022 (TEK 2022).
PGN meraih gelar Green untuk kategori Emiten atas kontribusi nyata dalam mengelola dan menurunkan emisi karbon atau GRK.
Gelar Green dinilai berdasarkan pencapaian perhitungan dan penurunan emisi yang mencangkup 3 cakupan/scope. Scope 1 meliputi emisi langsung seperti BBM, scope 2 meliputi emisi tidak langsung seperti listrik, dan scope 3 meliputi emisi tidak langsung seperti logistic, perjalanan dinas udara, serta emisi supplier.
Dasar penilaian didapatkan dari sustainability report (SR) atau laporan keberlanjutan perusahaan tahun 2020 yang terbit tahun 2021. Data yang diambil adalah perhitungan emisi perusahaan yang terdiri dari scope 1,2,3, serta perhitungan emisi yang diungkapkan perusahaan.
“Kami menyadari, kegiatan operasional kami yang merupakan pemanfaatan sumber daya alam bersentuhan langsung dengan alam. Karenanya, kami berkomitmen untuk melestarikan lingkungan. Rencana strategis pengelolaan lingkungan hidup disusun dalam Peta Jalan Transformasi Lingkungan sebagai acuan dasar dalam pencapaian tujuan usaha,” ujar Faris.
Advertisement
PGN Pasok Gas ke Kilang Tuban, Ini Untungnya Bagi Indonesia
Holding Migas Grup Pertamina bersinergi dalam akselerasi Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam proyek Kilang, lewat kerjasama antara PT PGN Tbk sebagai Subholding Gas dan PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) dalam penyediaan gas bumi Kilang Tuban.
Kerja sama ditandai dengan penandatanganan Head of Agreement (HOA) penyediaan gas bumi di Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Dengan ini, PGN siap menyediakan infrastruktur pendukung untuk penjualan gas ke PRPP, baik melalui Land Based LNG Terminal maupun Pipeline & Stations.
Penandatanganan dilakukan oleh CEO Subholding Gas PT PGN Tbk M. Haryo Yunianto, President Director PRPP Reizaldi Gustino, dan Director of Finance & General Support PRPP Pavel Vagero, disaksikan oleh Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Logistik& Infrastruktur PT Pertamina Mulyono.
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, keberhasilan proyek GRR Tuban nantinya memiliki nilai strategis bagi Pertamina dan Indonesia. Ini akan menjadi integrated refinery and petrochemical pertama di Indonesia.
GRR Tuban akan menghasilkan produk petrokimia yang saat ini masih didominasi oleh impor, sehingga akan menjadi salah satu langkah bagi Indonesia untuk memperbaiki neraca perdagangan dengan mengurangi impor petrochemical.
“Dengan kita sudah memproduksi petrochemical, maka ini menjadi strategi bisnis Pertamina dalam menghadapi transisi energi ke depan,” kata Nicke, Selasa (19/4/2022).
Nicke mengungkapkan, pembangunan integrated refinery petrochemical ini membutuhkan investasi yang besar. Pertamina berupaya untuk menurunkan investasi melalui integrasi. Dengan intergasi ini, beberapa fasilitas tidak perlu dibangun karena mengoptimalkan apa yang sudah dimiliki oleh Pertamina Group dan bisa menurunkan CAPEX.
“Dari sisi Pertamina Group, sinergi ini adalah sinergi yang harus saling menguntungkan. Kita akan menggunakan market price sebagai dasar mengambil keputusan dan competitiveness. Kita juga tetap berharap dapat mendorong efisiensi, karena pada akhirnya ketika efisiensi terjadi akan meningkatkan profitability dan dikonsolidasikan ke Pertamina Group. Ini langkah untuk membesarkan Pertamina Group lebih kuat ke depan,” ujar Nicke.
Pembangunan GRR Tuban
Senada dengann Nicke, Direktur Logistik& Infrastruktur PT Pertamina Mulyono mengungkapkan bahwa pembangunan GRR Tuban mengedepankan efisiensi.
“Menurut kami ini sinergi yang luar biasa sekaligus untuk efisiensi dalam membangun pipa dari GRR Tuban ke TPPN sekitar 3 Km. Pembangunan pipa ini bisa mengurangi biaya pembangunan 3 Tank di GRR Tuban dan 2 jetty,” papar Mulyono
Direktur Utama Subholding Gas PT PGN Tbk M Haryo Yunianto mengungkapkan, dengan volume kebutuhan gas sebesar 227 BBTUD pada 2027, dan 351 BBTUD pada tahun 2028 sampai dengan 2046, PGN berkomitmen penuh sebagai agregator pemenuhan energi gas bumi ke GRR Tuban.
“Kami akan menindaklanjuti sesegera mungkin dalam perjanjian definitif dan saling support antar Subholding di Pertamina untuk mengakselerasi penyelesaian on track proyek GRR Tuban ini, sehingga memberikan manfaat bagi energi nasional dan menciptakan multiplier effect bagi perekonomian nasional,” imbuh Haryo.
GRR Tuban terletak sekitar 55 km dari Pipa Transmisi Gresik- Semarang (Gresem). Pipa Gresem terhubung dengan Pipa EJGP, Pipa Hulu di area Jatim, dan Pipa Kalija di Jawa Tengah, sehingga hal ini dapat dilakukan integrasi infrastruktur pipa dan LNG untuk menyalurkan gas ke Kilang Tuban.
Advertisement