Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada Rabu (27/4/2022). Pergerakan rupiah ini dipengaruhi kebijakan larangan ekspor minyak goreng.
Kurs rupiah bergerak menguat 7 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.404 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.411 per dolar AS.
Advertisement
"Ini keluar range USD-IDR-nya, tembus ke atas 14.400. Kalau ini saya melihatnya efek dari kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor minyak goreng," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut Nikolas, efek awal dari larangan tersebut membuat gerak rupiah relatif melemah karena kehilangan permintaan.
"Sementara setelah itu gerak rupiah kembali menguat setelah ada berita terbaru yang menyebutkan bahwa CPO tidak dilarang untuk diekspor, sehingga membuat rupiah kembali normal," ujar Nikolas.
Jelang Lebaran, lanjut Nikolas, otomatis pergerakan dari domestik terlihat minim permintaan karena pelaku pasar menikmati libur panjang.
"Namun perlu waspada karena akan ada pertemuan The Fed di awal Mei. Pertemuan kali ini perlu diwaspadai karena dapat memainkan isu kenaikan suku bunga AS dan dapat berdampak seketika pada saat pembukaan perdagangan di tanggal 9 Mei nanti," kata Nikolas.
Nikolas memperkirakan jelang akhir pekan ini rupiah akan bergerak di kisaran 14.390 per dolar AS hingga 14.450 per dolar AS.
Pada Selasa (26/4) lalu, rupiah ditutup menguat 43 poin atau 0,3 persen ke posisi 14.411 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.454 per dolar AS.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia hingga Bath Thailand
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengklaim stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung, meski sedikit mengalami pelemahan atau terDepresiasi.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Tercatat Rupiah terdepresiasi sekitar 0,70 persen sampai dengan 18 April 2022 dibandingkan akhir tahun 2021.
"Ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Thailand 0,77 persen, Malaysia 2,10 persen, dan Filipina 2,45 persen," ungkapnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - April 2022, Selasa (19/4).
Perry menyampaikan, stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah selama bulan April 2022 ditopang oleh tiga faktor utama. Antara lain berlanjutnya pasokan valas domestik, aliran masuk modal asing, dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.
Ke depan, stabilitas nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik. Terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya defisit transaksi berjalan.
"Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi," tandasnya.
Advertisement
BI: Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand
Bank Indonesia (BI) melaporkan stabilitas nilai tukar Rupiah di sepanjang tahun 2021 cukup terjaga meski sedikit mengalami pelemahan. Tercatat, nilai tukar Rupiah melemah sebesar 1,42 persen secara point to point meski apresiasi 1,60 persen secara rerata.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut lebih baik ketimbang Thailand 10,35 persen, Afrika Selatan 8,33 persen, Brazil 6,78 persen, Filipina 5,81 persen, dan Malaysia 3,11 persen.
"Nilai tukar rupiah tetap terjaga di tengah kembali ketidakpastian pasar keuangan global," katanya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa (22/3/2022).
Perry melanjutkan, hingga 16 Maret 2022, Rupiah tetap stabil. Yakni, dengan hanya melemah 0,04 persen.
Ke depan, BI memperkirakan stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga. Hal ini didukung defisis transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil investasi domestik yang tetap menarik, dan tingginya cadangan devisa.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter, dan likuiditas di pasar," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Media: Merdeka.com