Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres di Kremlin pada Selasa (26/4) untuk membahas situasi di Ukraina.
Putin mengatakan kepada Antonio Guterres bahwa masalah Ukraina muncul setelah "kudeta inkonstitusional" 2014 di Kiev.
Serta masalah orang-orang di Donbass yang tetap berada di bawah blokade dan tekanan militer bahkan setelah kesepakatan Minsk tentang penyelesaian damai tercapai, demikian dikutip dari laman Xinhua, Rabu (27/4/2022).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Vladimir Putin, "republik" Donbass memiliki hak untuk menyatakan kedaulatan mereka dan Rusia memiliki hak untuk mengakui kemerdekaan mereka dan memberi mereka bantuan militer sesuai dengan Piagam PBB.
"Meskipun operasi militer masih berlangsung, kami tetap berharap dapat mencapai kesepakatan di jalur diplomatik. Kami sedang bernegosiasi dan kami tidak menolaknya," katanya.
Guterres mengusulkan untuk membuat grup kontak di mana PBB, Rusia dan Ukraina dapat mendiskusikan situasi bersama sehingga koridor kemanusiaan benar-benar efektif.
Dia mengatakan bahwa untuk menyelesaikan situasi di Mariupol Ukraina, PBB siap untuk sepenuhnya memobilisasi kemampuan logistik dan sumber daya manusia, bekerja sama dengan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) serta angkatan bersenjata Rusia dan Ukraina.
Guterres juga mengatakan bahwa PBB siap dalam dua atau tiga hari, bersama dengan ICRC, untuk menilai situasi di pabrik Azovstal untuk mengevakuasi warga sipil dari sana.
Sebagai tanggapan, Putin membantah laporan bahwa koridor kemanusiaan Rusia tidak berfungsi dan menekankan bahwa 130.000 hingga 140.000 orang telah meninggalkan Mariupol dengan bantuan Rusia dan mereka bebas pergi ke mana pun.
Putin juga menawarkan kesempatan kepada perwakilan PBB dan ICRC untuk melihat bagaimana Rusia memperlakukan tahanan perang Ukraina.
Sebelum perjalanannya ke Moskow, Guterres bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Senin di ibu kota Ankara. Sekjen PBB akan melakukan perjalanan ke Ukraina setelah pembicaraan dengan Putin.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menhan AS Ungkap Kunci agar Ukraina Menang Lawan Rusia
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken melakukan kunjungan ke Kiev secara mendadak. Ia bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Blinken datang bersama Menteri Pertahanan Lloyd Austin. Kepada Zelensky, pihak AS berjanji akan terus memberikan bantaun agar menang melawan Rusia. Menhan AS juga memuji semangat dari Presiden Ukraina.
"Ia memiliki mindset bahwa mereka ingin menang, dan kami memiliki mindset agar kami menolong mereka untuk menang," ujar Menhan AS Lloyd Austin, dikutip AP News, Selasa (26/4/2022).
Menhan AS berkata pertempuran di Ukraina telah berubah karena Rusia telah mundur dari wilayah utara untuk berfokus pada wilayah industri di timur Ukraina. Perubahan ini membuat fokus kebutuhan Ukraina jadi berubah kepada tank, artileri, dan amunisi lainnya.
Menhan Austin yakin perlengkapan militer menjadi kunci kemenangan Ukraina.
"Langkah pertama kemenangan adalah mempercayai bahwa kamu bisa menang," ujar Menhan Austin. "Kami percaya bahwa mereka bisa menang jika memiliki perlengkapan yang tepat, dukungan yang tepat, dan kami akan melakukan segala yang kami bisa ... agar mereka memiliki hal-hal tersebut," ujar Austin.
"Kami ingin melihat Ukraina tetap sebagai negara yang berdaulat, negara demokratis yang dapat melindungi wilayah kedaulatannya. Kami ingin melihat Rusia melemah hingga tak bisa melakukan hal-hal seperti invasi Ukraina," lanjutnya.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga melaksanakan kunjungan kejutan ke Ukraina. Tak lama kemudian, PM Johnson dan sejumlah jajarannya dicekal masuk Rusia.
Advertisement
Wilayah Ukraina Masih Digempur
Rusia kembali menggempur pertahanan terakhir Ukraina yang masih berada di pabrik baja raksasa di Mariupol, beberapa hari setelah Moskow menyatakan menang atas kota di selatan itu dan mengatakan pasukannya tidak perlu mengambil alih pabrik tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan militer mereka belum siap untuk mencoba menerobos kepungan Mariupol.
Namun, Zelensky mengatakan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akan mengunjungi Kiev pada Minggu dan membahas jenis senjata yang dibutuhkan Ukraina saat invasi Rusia memasuki bulan ketiga.
"Begitu kami memiliki (senjata lainnya), begitu jumlah sudah cukup banyak, percaya pada saya, kami akan segera merebut wilayah di sana sini, yang untuk sementara diduduki," kata Zelensky saat konferensi pers, Sabtu (23/4).
Gedung Putih tidak mengiyakan rencana perjalanan Blinken dan Austin. Sedangkan Departemen Luar Negeri dan Pentagon enggan berkomentar tentang hal yang menjadi bahasan tersebut.
Wilayah Penting
Serangan terhadap Mariupol, pertempuran konflik terparah, membabi buta selama beberapa pekan.
Pendudukan kota tersebut dianggap penting bagi upaya Rusia untuk menghubungkan wilayah Donbas timur dengan Krimea, semenanjung Laut Hitam yang direbut Moskow pada 2014.
Kelompok separatis dukungan Moskow sudah bertahun-tahun menguasai wilayah di Donbas.
Ukraina memperkirakan ribuan orang warga sipil tewas di Mariupol dan 100.000 lainnya masih berada di kota itu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Palang Merah menyebutkan sedikitnya ratusan ribuan warga sipil tewas.
Ajudan Wali Kota Mariupol menuturkan upaya baru untuk mengevakuasi warga sipil pada Sabtu gagal.
Di pelabuhan Laut Hitam, Odessa, sedikitnya delapan orang tewas, kata presiden.
Dua misil menggempur sebuah fasilitas militer dan dua bangunan perumahan pada Sabtu, kata militer Ukraina.
Sirene serangan udara terdengar di Odessa dan Mykolaiv, sebuah kota di dekat Laut Hitam, pada Minggu dini hari tanpa laporan langsung mengenai serangan baru.
Advertisement
Ukraina Sebut Rusia Ingin Serang Negara Lain
Presiden Ukrainia, Volodymyr Zelensky, pada Jumat (22/4), menggunakan pernyataan seorang jenderal Rusia, sebagai bukti bahwa Moskow akan menyerang negara lain apabila Rusia berhasil di Ukraina.
Jenderal itu mengatakan, Rusia bertujuan merebut semua wilayah Ukraina selatan dan timur serta menghubungkannya dengan provinsi yang memisahkan diri di negara tetangga Moldova.
"Itu hanya menegaskan apa yang telah saya katakan beberapa kali: invasi Rusia ke Ukraina hanya sebagai permulaan," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya Jumat malam.
Dia mengatakan sebelumnya, komentar Rustam Minnekayev, wakil komandan distrik militer pusat Rusia menunjukkan bahwa Rusia tidak akan berhenti dengan Ukraina.
Kantor berita milik pemerintah Rusia mengutip Minnekayev yang mengatakan Moskow ingin merebut seluruh wilayah Donbas di timur Ukraina, membuat koridor darat untuk menghubungkan dengan semenanjung Krimea dan merebut seluruh wilayah selatan negara itu ke arah barat hingga wilayah Moldova yang memisahkan diri dan diduduki Rusia.
Moldova memanggil duta besar Rusia hari Jumat untuk mengungkapkan “keprihatinan mendalam” atas komentar jenderal itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jalina Porter menolak mengomentari pernyataan jenderal Rusia itu, tetapi mengatakan Washington dengan tegas mendukung kedaulatan Moldova.