Liputan6.com, Yogyakarta - Nilai bisnis industri influencer marketing di Indonesia mencapai Rp 14 triliun. Influencer Marketing Hub (2022) memperkirakan total nilai pasar influencer marketing di dunia mencapai 104 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 1.493 triliun. Sementara, PDB Indonesia menyumbang 1,28 persen dari total PDB dunia.
Menurut founder CUIT Indonesia Jennifer Ang, potensi bisnis itu belum terbagi rata ke semua segmen influencer atau konten kreator. Artinya, hanya kreator kalangan atas yang masih mendominasi pembagian kue pendapatan industri ini.
“Teknologi memungkinkan pemerataan pendapatan di industri influencer marketing,” ujarnya, dalam siaran pers, Rabu (27/4/2022).
Baca Juga
Advertisement
Menurut Jennifer, influencer kalangan bawah atau yang lazim disebut dengan hyper micro influencer (memiliki pengikut di bawah 10.000) mempunyai kelebihan, seperti persona yang menarik. Influencer di kategori ini mempunyai ciri khas yang unik, ekspresif, dan asli.
Hasil unggahan mereka pun mempunyai kategori yang beragam mulai dari kuliner, fesyen, musik, game, dan sebagainya, bahkan pertanian.
“Tapi memang selama ini hal tersebut belum dilirik oleh merek atau brand,” kata Jennifer.
Oleh karena itu, CUIT Indonesia sebagai start up memberikan kesempatan kepada influencer ataupun konten kreator kalangan bawah untuk mengakses industri influencer marketing dengan lebih terbuka.
Ia menilai, dengan persona unik orang-orang biasa, sebuah merek atau produk bisa bekerja sama dengan influencer sesuai dengan kebutuhannya. Namun, untuk memungkinkan kerja sama tersebut, brand perlu mendapat dukungan data yang akurat terkait hyper micro influencer.
Dukungan data sangat penting untuk menemukan solusi sehingga menghasilkan simbiosis mutualisme antara merek dan hyper micro influencer. Teknologi memungkinkan untuk menghasilkan data yang akurat sebagai bahan pertimbangan bagi merek untuk optimasi dana marketing mereka.
“Jadi bisa melakukan proses seleksi yang tepat dalam kegiatan influencer marketing mereka,” ucapnya.