Rupiah Berpotensi Menguat Tipis pada Kamis 28 April 2022

Rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini Rabu (27/4/2022).

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 27 Apr 2022, 22:07 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat

Liputan6.com, Jakarta - Pada perdagangan Rabu (27/4/2022) Rupiah ditutup melemah 2,5 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 15 poin di level Rp 14.413. Sedangkan, pada penutupan perdagangan sebelumnya rupiah berada di posisi 14.410.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah berpotensi menguat tipis pada perdagangan Kamis, 28 April 2022.

“Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat tipis di rentang Rp 14.400 hingga Rp 14.440,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (27/4/2022). 

Sebelumnya secara internal dipengaruhi pasar yang terus memantau perkembangan investasi pasca Covid-19 di Kuartal Pertama 2022 terus membaik. Realisasi investasi Kuartal Pertama 2022 tercatat sebesar Rp 282,4 triliun. Capaian tersebut tumbuh 28,5 persen secara tahunan (YoY) dan 16,9 persen secara kuartalan.

Realisasi investasi pada tiga bulan terakhir tersebut lebih tinggi dari capaian kuartal sebelumnya yaitu Rp 241,6 triliun. Pencapaian ini membuktikan kepercayaan investor terhadap Indonesia semakin kuat.

Dari realisasi ini, berdasarkan data Kementerian Investasi BKPM mencatat penanaman modal dalam negeri (PMDN) pada Kuartal Keempat 2021 sebesar Rp 135,2 triliun atau tumbuh 25,1 persen (YoY), dan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 147,2 triliun atau 31,8 (YoY).  

Pencapaian ini menegaskan kebijakan investasi di Tanah Air semakin baik. Selain itu, dari sisi data BKPM, investasi luar Jawa tercatat Rp 148,7 triliun atau tumbuh 30 persen (YoY) dan Jawa Rp 133,7 triliun atau 26,9 persen. Berdasarkan grafik, investasi luar Jawa dan Jawa semakin seimbang sejak kuartal ketiga 2021.

Dari sisi sektor, investasi yang dominan Kuartal Pertama 2022 adalah industri logam dasar, barang logam sebesar Rp.39,7 triliun atau tumbuh 14 persen (YoY) dan kedua, transportasi, gudang dan telekomunikasi Rp.39,5 triliun atau tumbuh 14 persen.

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Dolar AS

Ilustrasi dolar AS

Sementara Rupiah harus rela melemah, Dolar AS justru berdiri di level tertinggi sejak hari-hari awal pandemi pada Rabu dan menuju bulan terbaiknya sejak 2015, didukung oleh prospek kenaikan suku bunga AS dan arus safe-haven yang dipicu oleh perlambatan pertumbuhan di China dan Eropa.

Penghasilan AS kemungkinan akan mengatur nada di pasar keuangan di kemudian hari, menjelang data pertumbuhan AS yang akan dirilis pada Kamis. Hal itu menjadi pertunjukan yang solid dapat memperkuat taruhan pada suku bunga yang bergerak naik tajam pada pertemuan The Fed Mei.

Sementara itu, kekhawatiran akan keamanan energi Eropa meningkat, dimana Rusia menghentikan pasokan gas ke Polandia berdasarkan kontrak Yamal pada Rabu. 

Saham Asia juga mengikuti aksi jual global di saham global pada awal perdagangan, karena meningkatnya kekhawatiran tentang ekonomi global membuat investor mundur dari aset berisiko demi tempat yang aman seperti dolar dan obligasi pemerintah.


Rupiah Perkasa Efek Larangan Ekspor Bahan Baku Minyak Goreng

Ilustrasi rupiah

Sebelumnya, nilai tukar rupiah dibuka menguat pada Rabu, 27 April 2022. Pergerakan rupiah ini dipengaruhi kebijakan larangan ekspor minyak goreng.

Kurs rupiah bergerak menguat 7 poin atau 0,05 persen ke posisi 14.404 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.411 per dolar AS.

"Ini keluar range USD-IDR-nya, tembus ke atas 14.400. Kalau ini saya melihatnya efek dari kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor minyak goreng," kata Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurut Nikolas, efek awal dari larangan tersebut membuat gerak rupiah relatif melemah karena kehilangan permintaan.

"Sementara setelah itu gerak rupiah kembali menguat setelah ada berita terbaru yang menyebutkan bahwa CPO tidak dilarang untuk diekspor, sehingga membuat rupiah kembali normal," ujar Nikolas.

Jelang Lebaran, lanjut Nikolas, otomatis pergerakan dari domestik terlihat minim permintaan karena pelaku pasar menikmati libur panjang.

"Namun perlu waspada karena akan ada pertemuan The Fed di awal Mei. Pertemuan kali ini perlu diwaspadai karena dapat memainkan isu kenaikan suku bunga AS dan dapat berdampak seketika pada saat pembukaan perdagangan di tanggal 9 Mei nanti," kata Nikolas.

Nikolas memperkirakan jelang akhir pekan ini rupiah akan bergerak di kisaran 14.390 per dolar AS hingga 14.450 per dolar AS.

Pada Selasa (26/4) lalu, rupiah ditutup menguat 43 poin atau 0,3 persen ke posisi 14.411 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.454 per dolar AS.


Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia hingga Bath Thailand

Ilustrasi rupiah

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengklaim stabilitas nilai tukar Rupiah tetap terjaga di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung, meski sedikit mengalami pelemahan atau terDepresiasi.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang di kawasan Asia Tenggara. Tercatat Rupiah terdepresiasi sekitar 0,70 persen sampai dengan 18 April 2022 dibandingkan akhir tahun 2021.

"Ini relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Thailand 0,77 persen, Malaysia 2,10 persen, dan Filipina 2,45 persen," ungkapnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - April 2022, Selasa, 19 April 2022.

Perry menyampaikan, stabilnya pergerakan nilai tukar Rupiah selama bulan April 2022 ditopang oleh tiga faktor utama. Antara lain berlanjutnya pasokan valas domestik, aliran masuk modal asing, dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.

Ke depan, stabilitas nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik. Terutama dipengaruhi oleh lebih rendahnya defisit transaksi berjalan.

"Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi," tandasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya