4 Pasar di Bandung dan Banjarmasin Berhasil Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai

Empat pasari di Bandung dan Banjarmasin ini telah merampungkan program uji coba pasar percontohan bebas plastik yang dimulai pada Februari 2021.

oleh Putu Elmira diperbarui 27 Apr 2022, 22:02 WIB
Ilustrasi Kantong Plastik. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Liputan6.com, Jakarta - Sampah plastik masih jadi momok di Indonesia. Upaya mengurangi konsumsi plastik tiada henti digencarkan berbagai pihak, tidak terkecuali empat pasar di Bandung dan Banjarmasin yang mampu mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, keempat pasar tersebut adalah Pasar Kosambi dan Cihapit di Bandung; serta Pasar Pekauman dan Pandu di Banjarmasin. Pasar-pasar ini telah merampungkan program uji coba pasar percontohan bebas plastik yang dimulai pada Februari 2021.

Langkah ini membuahkan hasil manis, yakni Pasar Kosambi dan Cihapit di Bandung mampu mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai sebanyak 11 persen dan 19 persen. Terjadi pula penurunan penggunaan plastik sekali pakai di Pasar Pekauman dan Pandu di Banjarmasin, masing-masing mencapai 18 persen dan 27 persen.

Buah manis lain dari program ini adalah adanya perubahan perilaku dari pengunjung pasar. Pembeli yang membawa kantong belanja ramah lingkungan di empat pasar tersebut meningkat sebanyak 21 persen.

Lebih dari 600 pedagang di pasar-pasar ini mendapatkan pelatihan mengenai tata cara bertransaksi bebas plastik dengan pelanggannya. Implementasi uji coba Pasar Bebas Plastik adalah kolaborasi Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dan pemerintah kota setempat.

Program ini mendukung Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) no. 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Kepala Sub Direktorat Tata Laksana Produsen, Direktorat Pengurangan Sampah, Kementerian LHK, Ujang Solihin Sidik, menyebut uji coba Pasar Bebas Plastik di Bandung dan Banjarmasin berhasil mematahkan stigma bahwa pembeli dan pedagang pasar tradisional masih sulit melepas ketergantungan pada plastik sekali pakai.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pasar Bebas Plastik

Ilustrasi sampah plastik. (dok. RitaE/Pixabay

Ujang berkata, "Saya harap hasil positif dari program ini menginspirasi pasar tradisional lain untuk segera membebaskan diri dari plastik dan menyukseskan Indonesia Bersih Sampah 2025."

Program uji coba Pasar Bebas Plastik secara spesifik menyasar pasar tradisional atau pasar rakyat. Menurut riset yang telah dilakukan GIDKP, pasar rakyat adalah salah satu sumber penghasil sampah plastik terbesar di Indonesia.

Sebanyak 416 juta lembar kantong plastik dalam satu tahun dihasilkan pasar rakyat atau sekitar 45 persen dari keseluruhan sumber kantong plastik, selain dari pusat perbelanjaan, toko modern, dan restoran. Direktur Eksekutif GIDKP, Tiza Mafira, menyebut pasar tradisional dihuni ratusan, bahkan ribuan pedagang sektor informal.

"Kiosnya pun milik perorangan. Sistem inventorinya tidak tersentralisasi akibatnya pembeli masih dapat meminta penggunaan plastik rangkap," lanjutnya. Tiza menambahkan bahwa strategi yang dilakukan pihaknya adalah dengan mendekati pedagang agar perubahan perilaku yang diprakarsai pedagang dapat menekan pemberian kantong plastik, sekaligus mengedukasi konsumen.


Hasil Positif

Program Pasar Bebas Plastik oleh Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik. (dok. Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik)

Pengendali Dampak Lingkungan Ahli Muda Sub Koordinator Kerjasama Teknis Operasional, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Deti Yulianti, menyampaikan selain memberi tas ramah lingkungan, program ini bertujuan memahami karakter pedagang dan pengunjung pasar. Ini dilakukan agar pihaknya dapat mencari solusi jangka panjang untuk mengurangi sampah plastik.

"Berkurangnya penggunaan kantong plastik tidak hanya membantu lingkungan dan pengurangan sampah kota Bandung ke TPA. Itu juga membantu pedagang di pasar berhemat rata-rata Rp300 ribu per bulan," kata Deti.

Sedangkan, Kepala Bidang Tata Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin, Dwi Naniek Muhariyani, mengatakan bahwa sebagian besar pedagang sebenarnya sudah paham penggunaan plastik berbahaya. Tetapi, mereka belum menemukan alternatif kemasan untuk komoditas basah.

"Melalui program ini, bersama GIDKP, (kami) aktif melakukan berbagai macam edukasi, sosialisasi, dan evaluasi agar pedagang dan pengunjung pasar lebih percaya diri dalam mengurangi ketergantungan dari plastik (sekali pakai)," katanya.

Ia menambahkan, hal ini juga didukung Perwali Kota Banjarmasin yang menghimbau masyarakatnya untuk mengurangi sampah plastik sekali pakai. "Kami akan terus mengevaluasi ke depannya," terang Dwi.


Siap ke Pasar Lain

Ilustrasi kantong kresek. (dok. Umesh R Desai/Unsplash.com)

GIDKP akan membawa hasil pembelajaran ke pasar tradisional lain dengan rampungnya program uji coba Pasar Bebas Plastik di dua kota ini. Pihaknya fokus mengembangkan prototipe wadah yang lebih ekonomis, mudah dirawat, dan dapat digunakan berulang kali, baik pada jenis komoditas basah ataupun kering.

"Tantangan selanjutnya adalah perlunya dukungan lebih untuk memastikan keberlanjutan pencapaian di keempat pasar ini. Uji coba ini telah membuktikan bahwa mengurangi sampah plastik di pasar tradisional itu sangat mungkin terjadi. Pekerjaan rumah kita masih banyak karena di Indonesia terdapat lebih dari 16 ribu unit pasar tradisional. Dengan dukungan, regulasi, dan pengawasan yang baik, mari kita bersama mewujudkan Pasar Bebas Plastik," jelas Tiza.

Program Pasar Bebas Plastik ini didukung berbagai pihak. Mereka yang ambil bagian adalah Project 'Rethinking Plastics-Circular Economy Solution to Marine Litter,' dari Uni Eropa dan Pemerintah Republik Federal Jerman, serta diimplementasikan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit GmbH (GIZ) di Indonesia.

Infografis Jakarta Bebas Kantong Plastik. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya