Baru Divaksin Booster Saat Perjalanan Mudik Lebaran, Dokter Ingatkan Disiplin Protokol Kesehatan

Individu yang baru mendapat vaksinasi COVID-19 booster pada hari keberangkatan mudik Lebaran diimbau tetap menerapkan protokol kesehatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2022, 06:15 WIB
Calon penumpang kereta antre di Stasiun Gambir, Jakarta, Rabu (27/4/2022). H-5 Lebaran, 31 ribu lebih calon penumpang berangkat dari Stasiun Pasar Senen dan Gambir dengan total 51 kereta yang dioperasikan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dokter Spesialis Paru Dr dr Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K) menyarankan agar individu yang baru mendapat vaksinasi COVID-19 booster pada hari keberangkatan mudik Lebaran untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.

Penerapan protokol kesehatan, kata Erlina, dengan ditambah makan teratur dan istirahat yang cukup bisa membantu memberi perlindungan dari paparan COVID-19 selain vaksin.

"Karena memang booster saat baru berangkat mudik, jadi perlindungan belum ada, maka disiplinlah dengan protokol kesehatan, dan jangan capek-capek saat mudik, makan teratur, cukupkan istirahat," jelas dokter yang jadi bagian dari Divisi Infekesi Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rabu (26/4).

Erlina juga menyarankan untuk sebaiknya mendapat vaksinasi booster sebelum berangkat mudik. Ini karena vaksin dosis penguat memerlukan waktu untuk merangsang pembentukan antibodi tubuh. Vaksin booster baru bisa memberikan proteksi optimal setelah 2-3 minggu usai disuntikkan.

"Kalau bisa yang mau berangkat mudik, sebaiknya booster dulu. Tidak boleh mepet waktunya karena perlindungan yang diberikan tidak terjadi seketika. Jadi, jangan pulang lusa baru sekarang divaksin karena itu belum mendapatkan perlindungan biasanya," tutur Erlina, dilansir Antara.

Penerapan protokol kesehatan seperti memakai masker dengan benar juga berlaku bagi individu yang sudah mendapat vaksinasi booster jauh hari sebelum mudik. Hal ini mengingat risiko terpapar COVID-19 dipengaruhi berbagai faktor seperti pajanan yang terus menerus dan jumlah virus yang masuk ke tubuh.

Selain itu, tidak ada jaminan orang-orang yang berada di dekat Anda dalam perjalanan mudik pasti negatif COVID-19 karena tak ada lagi persyaratan tes swab antigen untuk pelaku perjalanan dalam negeri.

"Apalagi saat mudik kalau naik kendaraan umum, risiko keramaian tetap ada. Saat antre naik kendaraan dan di dalam kendaraan apalagi harus pulang kampung yang butuh waktu berjam-jam. Itu kemungkinan bila ada satu orang yang terinfeksi dan tidak menerapkan protokol kesehatan, virus akan bersirkulasi di dalam kendaraan," jelas Erlina.


Disiplin Protokol Kesehatan Dalam Perjalanan Mudik

Senada dengan Erlina Burhan, vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe juga menyarankan disiplin menerapkan protokol kesehatan bagi pemudik yang menggunakan moda transportasi publik mengingat berada dalam moda transportasi dengan banyak orang selama berjam-jam.

"Silakan mudik sesuai anjuran, tapi tetap ya, prokes harus ketat. Pakai masker itu sangat penting dan minimalisasi tempat-tempat ramai dan tertutup (indoor)," terang Dirga dalam Virtual Class Liputan6.com pekan lalu.

Bila protokol kesehatan tidak ketat, risiko tertular COVID-19 meningkat.

"Teman-teman yang naik kendaraan umum itu ada risiko ya. Naik bus, kereta itu kan di dalam ruangan tertutup berarti ada risiko (penularan COVID-19). Maka dari itu mesti pakai masker," kata Dirga.

Bila perjalanan panjang lebih dari enam jam maka tentu ada kemungkinan bakal makan atau minum dalam kendaraan umum itu. Saran Dirga, jangan lama-lama membuka masker.

"Tentu ada saat-saat seperti makan dan minum. Nah, itu jangan lama-lama ya buka masker," saran dokter yang praktik di RS EMC Pulo Mas ini.

Jika sudah selesai makan atau minum, segera pakai masker kembali. Ingat, meski sudah divaksinasi COVID-19 tiga dosis bukan berarti bebas dari risiko tertular virus SARS-CoV-2. 


Gunakan Masker dengan Perlindungan Tinggi

Pesan mengenai penggunaan masker dalam perjalanan mudik Lebaran juga disampaikan Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Sonny Harry B. Harmadi. Menurutnya penggunaan masker dengan proteksi tinggi diperlukan ketika tidak bisa melaksanakan protokol kesehatan menjaga jarak saat mudik Lebaran tahun ini.

Dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9, Sonny mengatakan penggunaan masker, menjaga jarak dan rajin mencuci tangan masih merupakan langkah pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari penularan COVID-19 ketika mudik.

"Pada saat kita tidak bisa menjaga jarak karena pergerakan orang begitu masif, pastikan kita memakai masker yang proteksinya tinggi," ujar Sonny 

Dia memberi contoh masker dengan proteksi yang tinggi, seperti masker tiga lapis atau menggunakan masker kain dan medis sekaligus untuk meningkatkan perlindungan ketika tidak bisa melakukan jaga jarak.

Masker medis disebutnya memiliki proteksi yang lebih tinggi, karena memiliki filtrasi atau penyaringan yang lebih baik dibandingkan masker kain.

Untuk itu, dia menyarankan masyarakat saat mudik menggunakan masker yang memiliki perlindungan lebih sebagai bentuk pencegahan COVID-19.


Vaksinasi Booster untuk Melindungi Masyarakat

Pada kesempatan berbeda, Juru Bicara vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa vaksinasi booster sebagai salah satu syarat perjalanan mudik Lebaran 2022 bukan untuk merepotkan melainkan melindungi masyarakat Indonesia.

"Yang harus kita pahami bersama bahwa booster ini bukan sesuatu yang merepotkan untuk para pemudik. Booster ini adalah salah satu upaya kita untuk meningkatkan proteksi. Kita tahu, jumlah orang yang akan melakukan mudik itu besar," tutur Nadia saat acara Dialektika Demokrasi - Balada Booster dan Mudik Lebaran di Komplek Parlemen DPR RI, Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu.

Nadia menyampaikan, dengan jumlah pelaku perjalanan mudik yang begitu besar maka risiko penularan pun meningkat. Karenanya booster diperlukan sebagai proteksi diri tambahan.  

"Dengan jumlah orang yang begitu besar, risiko penularan akan terjadi peningkatan. Karena risikonya meningkat, makanya kita tambahkan juga proteksi kekebalan pada tubuh agar lebih bisa meningkatkan kemampuan nanti menghadapi risiko-risiko peningkatan laju penularan," lanjut Nadia. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya