Liputan6.com, Jakarta Diabetes-Related Lower Extremity Complications (DRLEC) atau komplikasi ekstremitas bawah terkait diabetes tak selamanya berakhir dengan amputasi dan disabilitas fisik.
Hal ini disampaikan dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes dari Rumah Sakit Pondok Indah, Wismandari Wisnu.
Advertisement
“DRLEC tidak selalu berujung pada amputasi. Bentuk dari DRLE bisa ulkus (luka) dengan infeksi, penyakit pembuluh darah perifer, dan gangren (matinya jaringan tubuh,” kata Wismandari kepada Disabilitas Liputan6.com dalam keterangan tertulis dikutip Kamis (28/4/2022).
Ia menambahkan, suatu penelitian multi etnis di Singapura (Diabetologia 2021) menunjukkan, dari 156.593 penyandang diabetes 20.755 di antaranya didianosis DRLEC dalam 10,9 bulan setelah didiagnosis diabetes.
“Dari para penyandang tersebut 5,8 persen di antaranya berujung pada amputasi dalam 2,3 bulan setelah didiagosis DRLEC.”
Untuk mencegah terjadinya DRLEC, penyandang diabetes harus mengendalikan diabetesnya secara komprehensif. Beberapa cara yang dapat dilakukan yakni mengontrol gula darah, kolesterol, dan juga tekanan darahnya.
Secara berkala penyandang diabetes harus cek kondisi klinis dan juga laboratorium untuk melihat adakah komplikasi yang sudah muncul. Pasien juga harus melakukan pemantauan gula darah mandiri di rumah, serta merawat, dan cek kaki sendiri secara berkala.
Sedangkan pada penyandang diabetes yang sudah mengalami luka diabetes, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia merekomendasikan tatalaksana kaki diabetes secara holistik dengan memperhatikan 6 aspek yang wajib untuk dikontrol.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
6 Aspek yang Perlu Dikontrol
Keenam aspek yang perlu dikontrol penyandang diabetes yang sudah mengalami luka menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia yakni:
-Kontrol mekanik
-Kontrol metabolik
-Kontrol vaskular
-Kontrol luka
-Kontrol infeksi
-Kontrol edukasi
Wismandari juga mengutip data dari penelitian Riandini T. di Singapura tahun 2021. Penelitian tersebut mengatakan, penyandang diabetes tipe 2 yang paling banyak mengalami amputasi adalah umur 50-59 tahun (33 persen dari 1.208 kasus amputasi).
Studi dari Yunir dkk membandingkan karakteristik kaki diabetes di RSCM sebelum dan setelah pandemi COVID-19. Pada studi ini umur terbanyak yang mengalami kaki diabetes adalah 57-58 tahun.
Studi ini menunjukkan perbedaan bermakna angka amputasi sebelum pandemi 39 persen dan setelah pandemi menjadi 56 persen, tetapi tidak disebutkan umur berapa yang paling banyak mengalami amputasi.
Dalam keterangan lain, Associate Professor Saw Swee Hock School of Public Health (SSHSPH) Kavita Venkataraman mengatakan, DRLEC adalah komplikasi yang ditandai dengan luka yang tak kunjung sembuh pada pasien diabetes.
DRLEC acap kali tak disadari karena banyak pasien tidak memiliki gejala apa pun. Akibatnya, luka semakin membesar, infeksi, dan jika sudah sangat parah maka penanganannya adalah amputasi atau pengangkatan anggota tubuh.
Advertisement
Faktor Risiko DRLEC
Venkataraman pun menyebutkan beberapa faktor risiko DRLEC yang meliputi:
-Memiliki kondisi kronis lainnya pada saat diagnosis diabetes
-Kontrol diabetes yang buruk
-Indeks massa tubuh yang tinggi
-Merokok
-Faktor usia
“Merokok, misalnya, berkontribusi terhadap DRLEC dengan merusak pembuluh darah di tungkai bawah,” kata Venkataraman mengutip Channel News Asia Kamis (14/4/2022).
Selain faktor merokok, laki-laki cenderung lebih berisiko terkena DLREC akibat hormon mereka.
Venkataraman mengatakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria mungkin kekurangan faktor hormonal. Faktor ini melindungi wanita dari kerusakan saraf dan pembuluh darah di tungkai bawah.
Sedangkan untuk usia, bertambah tua dapat membuat pembuluh darah menjadi kaku dan membuatnya kurang elastis.
"Ini mempengaruhi jumlah aliran darah dan meningkatkan risiko kerusakan lain pada pembuluh ini," katanya.
Venkataraman juga menyampaikan tanda awal DRLEC salah satunya adalah berkurangnya sensasi rasa di kaki atau jari-jari kaki.
Selain berkurangnya sensasi rasa di kaki dan jari-jarinya, tanda awal komplikasi ekstremitas bawah terkait diabetes juga termasuk:
-Mati rasa atau sensasi kesemutan.
-Rasa sakit di kaki.
-Nyeri di betis, paha, atau pantat saat berjalan dan hilang saat berhenti.
Akibat Mati Rasa
Mati rasa atau nyeri lebih mungkin terjadi pada jari kaki dan kaki karena kerusakan saraf akibat diabetes bergantung pada panjangnya saraf.
“Semakin panjang saraf, semakin besar kemungkinan akan terpengaruh,” kata Venkataraman.
Berkurangnya sensasi rasa pada kaki dan jari kaki akibat kerusakan saraf menjadi faktor yang menyebabkan DRLEC. Pasien-pasien ini cenderung mendapatkan luka kecil atau cedera pada jari kaki atau kaki tanpa disadari.
“Ketika mereka juga memiliki aliran darah yang lebih buruk, luka dan bisul seperti itu tidak akan mudah sembuh, dan mereka mungkin terinfeksi.”
Luka kecil yang tak diobati lama-lama bisa menjadi besar dan menjadi masalah serius yang kemudian disebut DRLEC. Jika sudah parah, maka tindakan yang bisa dilakukan adalah amputasi atau pengangkatan anggota tubuh seperti beberapa jari kaki atau bahkan sebagian kaki di bawah lutut (ekstremitas bawah).
Pencegahan DRLEC penting dilakukan, selain untuk mencegah hilangnya anggota badan, juga untuk mencegah pengeluaran biaya rumah sakit yang tidak murah.
Menurut konsultan di Departemen Bedah Jantung, Toraks, dan Vaskular di National University Heart Centre, Singapura, Andrew Choong, biaya perawatan DRLEC bergantung pada sistem perawatan kesehatan.
“Amputasi kaki dapat menghabiskan biaya antara US$30.000 (Rp 430 juta) dan US$60.000 (861 juta) untuk biaya awal rumah sakit,” katanya, mengutip Journal Of The American Podiatric Medical Association.
Advertisement