Liputan6.com, Jakarta - Anggota DPR menilai PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) harus terlebih dahulu menjadi bank BUMN sehingga lebih dapat memacu kinerja, untuk merealisasikan visinya masuk dalam daftar 10 bank syariah terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar.
Hal itu diungkapkan Anggota Komisi VI DPR RI Achmad Baidowi. Dia menilai, dengan menjadi BUMN, pemerintah memiliki kendali atas BSI sehingga negara dapat menyokong bank syariah terbesar di Indonesia itu untuk melebarkan sayap bisnisnya dan merealisasikan visi tersebut.
Advertisement
Pada 2025,BSI menargetkan memiliki jumlah nasabah mencapai kisaran 30 juta-40 juta dengan aset di atas Rp500 triliun.
Sebagai gambaran mengutip data kinerja kuartal I 2022 BSI, aset perseroan saat ini mencapai Rp271,29 triliun, tumbuh 15,73 persen secara year on year (YoY). Adapun laba, BSI mampu mencetak pertumbuhan laba bersih 33,18 persen menjadi Rp987,68 miliar secara YoY selama 3 bulan pertama 2022.
“Ketika BSI menjadi BUMN, maka pemerintah bisa langsung kendalikan untuk mencapai kebutuhan menjadi top 10 bank syariah global,” ujar dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (28/4/2022).
Adapun hingga Maret 2022 mengutip data Bursa Efek Indonesia, kapitalisasi pasar BSI sudah mencapai Rp65,35 triliun. Sementara itu dalam acara peluncuran video edukasi, video sejarah pasar modal syariah yang digelar Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada pertengahan April 2022, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan BSI saat ini telah menempati urutan ke-13 bank syariah terbesar di dunia.
Saat ini, BSI pun telah melebarkan sayap bisnisnya di ke luar negeri, dengan membuka kantor cabang di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
DPR Sebut Perlu Dukungan Pemerintah
Selain itu pemerintah juga tengah membuka peluang kerja sama BSI dengan Islamic Development Bank. Kehadiran BSI di UEA menandai rekam jejak pertama BSI di pasar global sekaligus di salah satu pusat keuangan syariah dunia. Harapannya, hal ini mampu mendongkrak nilai perusahaan sehingga meningkatkan kapitalisasi pasar dan posisi di dunia internasional.
Menurut Achmad, capaian-capaian strategis itu perlu diperkuat dengan dukungan langsung dari pemerintah. Mengutip laporan keuangan perseroan per Desember 2021, saham BSI saat ini dimiliki PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sekitar 50,83 persen.
Kemudian PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI sekitar 24,85 persen, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI sekitar 17,25%. Selanjutnya pemegang saham lain di bawah 5 persen termasuk publik 7,08 persen.
“Dengan kondisi saat ini, ruang gerak bank untuk memacu kinerja akan terbatas karena dapat berbenturan dengan keinginan dari masing-masing pemilik,” ujarnya.
Padahal untuk posisi Indonesia di kancah industri keuangan syariah dunia, dalam beberapa kesempatan Erick mengatakan BSI dipersiapkan sebagai lokomotif yang akan membawa negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini sebagai pusat keuangan dan ekonomi syariah.
BSI diharapkan mampu mengoptimalkan modal yang dimiliki Indonesia. Mengutip data Kementerian Dalam Negeri, jumlah penduduk muslim Indonesia per Desember 2021 sebanyak 237,53 juta jiwa atau 86,9 persen dari total populasi di Tanah Air.
Advertisement
Potensi Ekonomi Syariah di Indonesia
Tidak hanya itu, Indonesia juga telah memiliki pondasi ekonomi syariah yang terbilang baik. Berdasarkan data dari The State of The Global Islamic Economy Report 2022, Indonesia berada pada urutan ke-4 dunia terkait perkembangan ekonomi syariah. Satu keunggulan Indonesia adalah sektor makanan halal dan fesyen muslim.
Di sisi lain BSI sendiri telah memetakan potensi tersebut yaitu dari data perseroan terkait industri halal Tanah Air dengan potensi mencapai Rp4.375 triliun.
Dari total nilai tersebut, industri makanan dan minuman halal menyedot porsi terbanyak yaitu senilai Rp2.088 triliun. Sementara itu, setahun pasca merger, kinerja BSI pun membukukan catatan apik. Posisi BSI ini berada tipis di bawah CIMB Niaga yang memiliki aset Rp271,61 triliun pada periode yang sama, sehingga menempatkan BSI sebagai bank ke-7 terbesar di Indonesia.
Sementara itu, peneliti ekonomi syariah Fauziah Rizki Yuniarti sepakat, dengan menjadi BUMN akan membuat BSI semakin lincah menjadi bank syariah yang kuat di pasar domestik maupun global. Lantaran bank akan memiliki akses kerja sama dengan berbagai pihak, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Fauziah menambahkan rencana menjadi raksasa bank syariah juga dapat dilakukan dengan ekspansi anorganik. “Membeli unit usaha syariah juga bisa menjadi langkah yang baik karena memperluas portfolio BSI,” kata dia.
Pembayaran Zakat BSI Sentuh Rp 122,5 Miliar
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) membayar zakat perusahaan kepada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebesar Rp122,5 miliar lebih. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan pembayaran zakat BSI sebelumnya yang sebesar Rp94 miliar.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama BSI Hery Gunardi melalui siaran persnya yang diterima Liputan6.com, Rabu, 13 April 2022.
Dari total pembayaran zakat senilai Rp122,5 miliar lebih tersebut, sebesar Rp101,5 miliar merupakan zakat yang dikeluarkan dari laba perusahaan. Sementara lebih dari Rp21 miliar lainnya merupakan zakat non perusahaan.
"Meningkatnya pembayaran zakat sejalan dengan pertumbuhan laba bersih kami tahun lalu. Pertumbuhan kinerja keuangan kami didukung oleh peningkatan kinerja layanan perbankan dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga, pembiayaan serta tumbuhnya transaksi digital BSI melalui e-channel BSI Mobile," kata dia.
Pada 2021, BSI mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,03 triliun, naik 38,42 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Peningkatan zakat tersebut tak terlepas dari dukungan masyarakat kepada BSI sehingga zakat yang dikeluarkan meningkat.
“Zakat perusahaan tahun ini mengalami peningkatan karena laba BSI yang meningkat pada 2021. Alhamdulillah, zakat perusahaan dari BSI tahun ini pun menjadi yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia," kata dia.
Perseroan berharap dengan naiknya kontribusi zakat BSI akan semakin memberikan nilai lebih peran bank syariah bagi umat dan penerima zakat sesuai asnaf. Pemberian zakat diharapkan mampu memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.
Perseroan juga terus berkomitmen memberikan kemudahan bagi masyarakat yang akan menunaikan kewajibannya dalam berzakat melalui layanan BSI Mobile. Dengan layanan ini, masyarakat dapat menunaikan zakatnya dimanapun dan kapanpun.
Perseroan terus berkomitmen berinovasi dalam melakukan transformasi digital, salah satunya dengan menggarap kanal digital BSI Mobile dan E-Channel. Hingga Desember 2021, total transaksi BSI Mobile mencapai 124,54 juta atau tumbuh sekitar 169 persen secara YoY.
Perseroan juga terus memacu pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) khususnya Tabungan Wadiah. Hingga Desember 2021, Tabungan Wadiah tumbuh signifikan hingga mencapai 15,30 persen secara YoY atau menjadi Rp34,10 triliun. Sementara total tabungan pada periode yang sama mencapai Rp99,37 triliun atau tumbuh 12,84 persen.
"Akselerasi digital menjadi kunci untuk terus bergerak mengikuti perubahan perilaku nasabah yang serba dinamis, cepat dan aman. Kami ingin mempertahankan dan terus menumbuhkan kinerja positif ini ke depan sehingga kami bisa menjadi tokoh utama dalam pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air," kata dia.
Advertisement
Akselerasi Digital
Dengan hadirnya BSI, ekonomi syariah bukan sekadar alternatif, tetapi menjadi salah satu pondasi utama perekonomian Indonesia.
Dengan pencapaian kinerja tersebut dan optimalisasi digitalisasi, BSI menyadari masih banyak potensi-potensi zakat yang belum tergali. Untuk itu sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI berkomitmen untuk terus mendorong optimalisasi potensi zakat, memperkuat edukasi kepada masyarakat luas untuk mengeluarkan zakat, termasuk salah satunya melalui dukungan digitalisasi.
Bank Syariah Indonesia berkomitmen membawa manfaat luas bagi umat, salah satunya melalui instrumen ZISWAF khususnya zakat yang jika digerakkan secara optimal mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menopang tumbuhnya ekonomi dengan prinsip kerakyatan.
Selain untuk melakukan pembayaran dan transaksi, BSI Mobile juga dilengkapi dengan fitur-fitur untuk pemenuhan kebutuhan sosial keagamaan, baik membayar zakat, infak dan sedekah (Ziswaf), lokasi fasilitas ibadah, waktu sholat, penunjuk kiblat, dan lainnya.
"BSI hadir menjadi sahabat finansial, sahabat sosial dan sahabat spiritual, karena BSI hadir menjadi energi baru bagi Indonesia,” kata Hery.
Penyaluran zakat BSI sepanjang 2021 diserahkan melalui BAZNAS, yang disalurkan ke dalam 3 program yaitu Mitra Umat, Didik Umat, dan Simpati Umat dengan total penerima manfaat sejumlah 95.400 orang di seluruh Indonesia.
Pada program Mitra Umat, BSI memiliki Program Desa BSI dan UMKM BSI dengan total penerima manfaat 1.125 kepala keluarga atau sejumlah 5.940 jiwa.
Sementara untuk Program Didik Umat, BSI memiliki Program Beasiswa Sahabat Indonesia dan Program Bina Santri Indonesia. Program itu dikhususkan untuk pelajar setingkat SMP-SMA yang belum berkesempatan melanjutkan ke pendidikan formal namun memiliki minat dalam belajar agama dan menghafal Al Qur’an.
Total penerima manfaat kedua program ini adalah 4.540 orang. Sedangkan program terakhir yaitu Simpati Umat, terdiri atas Program Bantuan Pangan bagi Ponpes, kelompok disabilitas dan masyarakat dhuafa dengan total penerima manfaat sebanyak 22.000 orang. Ada pula Program Bantuan Langsung Mustahik, yaitu penyaluran pada mustahik 8 asnaf yang membutuhkan bantuan dengan total penerima manfaat sebanyak 15.000 orang.
"Program terakhir adalah Program BSI Care, yaitu program yang bersifat bantuan charity dan layanan kedaruratan, seperti bencana, pelayanan medis, dan pelayanan jenazah. Bantuan ini terdiri dari bantuan kesehatan mustahik, program rumah singgah, pelayanan jenazah dan medis, serta program desa tangguh bencana dan respon kebencanaan," kata dia.
oleh : Elizabeth Brahmana