Liputan6.com, Kabul - Anak-anak perempuan di Afghanistan masih kesulitan sekolah di 2022. Rezim Taliban telah berkata siap membuka kembali sekolah, tetapi realisasinya masih tidak lancar.
Masalah hak dan pendidikan perempuan ini menjadi salah satu yang membuat negara-negara Barat sulit untuk mempercayai Taliban.
Advertisement
Dilaporkan TOLO News, Jumat (29/4/2022), Human Rights Watch menyebut Taliban menerapkan aturan berseragam yang "strict" sehingga murid-murid terpaksa harus dikeluarkan karena aturan yang semakin ketat. Guru-guru pun dipecat, bahkan sekolah ditutup.
"Murid-murid telah memberitahu kami bahwa mereka berpikir ini adalah upaya dari Taliban agar membuat mereka pergi dari sekolah," ujar Heather Barr, direktur associate urusan wanita di Human Rights Watch.
Rina Amiri, Perwakilan Khusus AS Bidang HAM dan Perempuan di Afghanistan, turut mengkritik upaya Taliban dalam menutup sekolah-sekolah perempuan di Afghanistan. Pendidikan di Afghanistan disebut menuju arah yang negatif.
"Situasi wanita dan anak-anak terus menuju ke arah yang sangat negatif. Semakin lama ini berlanjut tanpa adanya respons jelas dari Taliban, semakin besar pula negaranya ini akan menderita konsekuensi yang menghancurkan," ujar Rina Amiri dalam perbincangan dengan VOA.
Meski demikian, pihak Kementerian Pendidikan mengaku siap membuka sekolah-sekolah untuk di atas kelas enam SD jika ada arahan dari pemerintah.
"Kementerian Pendidikan siap. Kapanpun kepemimpinan Emirat Islam mengumumkan bahwa sekolah-sekolah akan dibuka untuk gadis-gadis di atas kelas enam, kami siap melakukannya," ujar Aziz Ahmad Reyan, jubir Kementerian Pendidikan Afghanistan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Puasa Saat Taliban Berkuasa, Begini Nasib Banyak Keluarga di Afghanistan
Ramadhan 2022 adalah pertama kalinya masyarakat Afghanistan berpuasa sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021. Masalah ekonomi pun menerpa Afghanistan atau yang kini disebut Emirat Islam, pasalnya negara-negara Barat memberikan sanksi.
Organisasi internasional Save the Children menyorot nasib keluarga-keluarga di Afghanistan yang sulit membeli makan. Mereka hanya bisa membeli roti dan air saja. Tentunya hal itu berbeda dari situasi di negara-negara mayoritas Muslim ketika Ramadhan memiliki aneka kuliner menarik.
Berdasarkan laporan TOLO News, Save the Children menyebut angka keluarga yang pengangguran dan miskin meningkat. Mereka pun melakukan tindakan putus asa demi memberi makan keluarga.
Laporan Save the Children menyebut biaya hidup dan makanan meroket sejak Taliban mengambil alih Afghanistan. Laporan itu juga mencatut laporan Bank Dunia bahwa pendapatan masyarakat Afghanistan merosot sepertiga pada bulan-bulan terakhir di 2021.
Save the Children mewawancara para wanita Afghanistan yang mengeluhkan tingginya harga makanan, sehingga mereka sulit memberikan makanan.
Anak-anak lantas berada dalam posisi yang rentan karena krisis kelaparan. Kurangnya nutrisi bisa memicu penyakit, infeksi, stunting dan kematian.
Advertisement
Menlu Retno Marsudi Minta Taliban Penuhi Janji
Sebelumya dilaporkan, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan pentingnya Taliban untuk memenuhi janji-janji yang telah disampaikan jika ingin mendapatkan kepercayaan dari dunia.
"Penting bagi Taliban untuk memenuhi janji-janjinya," ujar Retno Marsudi dalam konferensi pers virtual, Kamis (31/3).
"Karena pemenuhan janji tersebut atau pemenuhan komitmen tersebut akan menciptakan enabling environment bagi dukungan internasional terhadap pembangunan ekonomi Afghanistan," tambahnya.
Menurutnya, penting membangun kepercayaan antara Taliban dengan dunia internasional.
"Saya sampaikan trust atau kepercayaan ini tidak jatuh dari langit. Namun harus dibangun dan dipelihara," ujar Retno Marsudi.
"Trust akan tercipta apabila Taliban melakukan langkah maju dan memenuhi semua komitmen yang telah disampaikan pada Agustus tahun lalu."
Saat menghadiri Doha Forum, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat negara, salah satunya adalah Taliban.
Dalam pertemuan itu, Retno Marsudi menyikapi keputusan Taliban yang tidak mengizinkan perempuan bersekolah di secondary school.
Dalam pertemuan tersebut, saya juga sampaikan concern Indonesia atas kebijakan penutupan akses terhadap sekolah tingkat atas bagi perempuan di Afghanistan," ujar Retno Marsudi dalam pernyataan pers, Senin (28/3/2022).
"Saya menegaskan bahwa pendidikan perempuan sangat penting bagi masa depan Afghanistan."
Sekolah untuk Anak Perempuan
Saat menghadiri Doha Forum, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi melakukan pertemuan dengan sejumlah pejabat negara, salah satunya adalah Taliban.
Dalam pertemuan itu, Retno Marsudi menyikapi keputusan Taliban yang tidak mengizinkan perempuan bersekolah di secondary school.
Dalam pertemuan tersebut, saya juga sampaikan concern Indonesia atas kebijakan penutupan akses terhadap sekolah tingkat atas bagi perempuan di Afghanistan," ujar Retno Marsudi dalam pernyataan pers, Senin (28/3).
"Saya menegaskan bahwa pendidikan perempuan sangat penting bagi masa depan Afghanistan."
"Selain masalah pendidikan, isu yang kita dibahas adalah mengenai situasin kemanusiaan."
Di dalam tanggapannya, pihak Taliban menyambut baik tawaran bantuan dari Indonesia dan Qatar untuk pendidikan dan capacity building.
Advertisement