Liputan6.com, Jakarta Seiring dengan pemulihan aktivitas masyarakat dan situasi ekonomi, PT Lautan Luas Tbk (IDX: LTLS) membuktikan ketahanan bisnisnya dengan mencatat kenaikan penjualan hingga 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY).
Dari laporan keuangan kuartal I-2022, tercatat penjualan Lautan Luas meningkat 40,9 persen dibandingkan dengan kuartal I-2021 menjadi Rp 2,1 Triliun.
Advertisement
Alhasil laba bersih Lautan Luas meningkat menjadi Rp 98 miliar. Atau naik 149,9 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 39 miliar.
Perusahaan importir dan distributor bahan kimia dasar tersebut berhasil mencetak EBITDA meningkat pada kuartal I sebesar Rp 230 miliar dibandingkan dengan kuartal I-2021 yang tercatat sebesar Rp 179 miliar.
Bersamaan dengan itu, pendapatan dari operasional meningkat 89,7 persen menjadi Rp 189 Miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp 100 miliar. Mayoritas penjualan LTLS pada kuartal I-2022 berasal dari penjualan sektor distribusi 46,8 persen dan manufaktur 32,4 persen.
“Industri sektor makanan minuman, air bersih dan personal care akan menjadi fokus industri Lautan Luas kedepannya” ungkap Eurike Hadijaya, Investor Relations PT Lautan Luas Tbk.
Lautan Luas yang telah berhasil berkembang pesat sejak lahir pada tahun 1951 ini juga terus akan meningkatkan kinerjanya hingga akhir tahun. Adapun saat ini, emiten berkode saham LTLS memiliki basis pelanggan industrial dari tiga segmen bisnis utama, yaitu distribusi, manufaktur, dan pendukung & jasa.
Di kuartal I-2022, segmen distribusi menyumbang sebanyak 51 persen dari penjualan, manufaktur menyumbang sebesar 42 persen serta segmen pendukung & jasa mencapai 7 persen. Kenaikan penjualan di kuartal I-2022 didominasi dari sektor distribusi dan manufaktur.
Manufaktur
Advertisement
Keren, PMI Manufaktur Indonesia Kalahkan Korea dan Rusia
Sebelumnya, Sektor industri manufaktur di Indonesia terus meningkatkan produktivitasnya dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik dan eskpor.
Hal ini terlihat dari laporan S&P Global, yang menunjukkan Purchasing Managers’ Index atau PMI Manufaktur Indonesia pada Maret berada di posisi 51,3 atau naik dibanding bulan sebelumnya di level 51,2.
Peringkat PMI di atas 50 menandakan bahwa sektor industri dalam fase ekspansi. Menurut catatan S&P Global, kenaikan PMI Manufaktur Indonesia pada bulan ketiga karena adanya produksi dan pesanan baru yang semakin meningkat.
Selain itu, terjadi perbaikan kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur di Indonesia selama tujuh bulan berturut-turut. PMI Manufaktur Indonesia pada Maret mampu melampaui PMI Manufaktur Korea Selatan (51,2), Malaysia (49,6), China (48,1), Rusia (44,1), serta di atas rata-rata ASEAN (50,8).
“Kami terus menjaga dan memacu agar sektor industri dapat berproduksi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, terutama pada bulan Ramadan dan Lebaran yang permintaannya akan meningkat,” kata Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Jumat (1/4).
Ia menyampaikan, Kemenperin proaktif untuk memastikan pasokan dan distribusi terhadap produk industri berjalan baik sehingga sampai ke pasaran atau konsumen. “Pemerintah telah melaksanakan kebijakan strategis untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” tuturnya.
Visi Presidensi G20
Febri menambahkan, pemerintah terus mengakselerasi kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Hal ini sejalan dengan visi Presidensi G20 Recover Together, Recover Stronger, salah satunya diharapkan dapat terwujud melalui sektor industri, bersama dengan sektor perdagangan dan investasi.
“Kementerian Perindustrian mengambil peran aktif dengan mengusulkan pembahasan mengenai sektor industri secara khusus dalam Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) yang pertemuan pertamanya telah usai diselenggarakan di Solo, 29-31 Maret yang lalu,” jelasnya.
Pertemuan TIIWG merupakan babak baru dalam kolaborasi antarnegara anggota G20. Ini juga merupakan langkah besar menuju pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Menperin menyebutkan, seluruh delegasi secara substantif mendukung posisi yang diajukan indonesia sebagai Presidensi G20 kali ini, termasuk TIIWG yang pertama kalinya membahas isu industri. Hal tersebut mendukung isu industri dapat dibahas dalam Presidensi G20 selanjutnya.
“Hal ini karena industri memegang peranan penting dalam perekonomian, sehingga perlu merumuskan strategi bersama untuk mencapai industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan, sehingga menciptakan ekonomi dunia yang lebih kuat dan tangguh dalam menghadapi krisis,” jelas Jubir Kemenperin.
Advertisement