Lockdown Terus, Nomura Hingga JPMorgan Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China

Sejumlah bank investasi memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China karena lockdown Covid-19 yang berlarut-larut di negara itu.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 29 Apr 2022, 16:40 WIB
Orang-orang membeli makanan dan kebutuhan rumah tangga di sebuah supermarket di Beijing pada 25 April 2022. Kekhawatiran penguncian Covid memicu pembelian panik dan antrean panjang untuk pengujian massal di Beijing pada 25 April ketika otoritas China bergegas untuk membasmi wabah di ibu kota. (AFP/Noel Celis)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah bank investasi telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China karena lockdown Covid-19 di di negara itu yang berlarut-larut, terutama di pusat ekonomi Shanghai.

Dilansir dari CNBC International, Jumat (29/4/2022) perkiraan median baru di antara sembilan perusahaan keuangan yang dilacak oleh CNBC memperkirakan pertumbuhan PDB China 4,5 persen untuk setahun penuh. 

Angka tersebut jauh di bawah target resmi pemerintah China untuk kenaikan 5,5 persen.

Prediksi baru ekonomi China dengan angka terendah datang dari bank investasi Jepang Nomura, dengan perkiraan 3,9 persen - turun dari angka sebelumnya, sebesar 4,3 persen.

Adapun UBS yang juga memangkas perkiraan pertumbuhan PDB China paling banyak, turun 0,8 poin persentase menjadi 4,2 persen.

"(Strategi nol-Covid-19 ) yang diberlakukan secara ketat menyebabkan guncangan pasokan besar bagi ekonomi secara keseluruhan, terutama ke kota-kota yang berada di bawah lockdown penuh dan sebagian," kata kepala ekonom Nomura, Ting Lu dalam sebuah laporan pada Rabu (27/4/2022).

"Guncangan pasokan ini dapat semakin melemahkan permintaan rumah, barang tahan lama, dan barang modal karena penurunan pendapatan dan meningkatnya ketidakpastian," lanjutnya.

Ekonom Bank of America China Helen Qiao membuat pemangkasan besar lainnya pada pertumbuhan PDB China, yaitu turun hingga 0,6 poin persentase menjadi 4,8 persen.

"Lockdown dan pembatasan Covid-19 yang diberlakukan di Shanghai dan kota-kota tetangga tidak hanya memukul permintaan lokal tetapi juga menyebabkan gangguan logistik dan gangguan rantai pasokan yang meluas di dalam dan di luar daerah itu," ungkap Bank of America dalam laporannya pada 19 April 2022.

"Dalam pandangan kami, bahkan jika langkah-langkah pengendalian seperti itu pada akhirnya akan dibatalkan dan kegiatan ekonomi secara bertahap akan normal kembali pada pertengahan tahun, kerugian besar pada pertumbuhan tampaknya sudah tak terhindarkan," kata laporan itu.

 

**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini


Allianz Trade Hingga JPMorgan Pangkas Perkiraan PDB China

Orang-orang yang memakai masker mengantre untuk tes virus corona di sebuah lingkungan di distrik Dongcheng, Beijing, Selasa (26/4/2022). Beijing pada 26 April telah memulai pengujian massal untuk hampir semua 21 juta penduduknya setelah lonjakan kasus COVID-19 di tengah kekhawatiran bahwa Ibu kota China dapat ditempatkan di bawah lockdown ketat seperti yang dilakukan di Shanghai.  (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Pengurangan perkiraan pertumbuhan ekonomi China oleh Allianz Trade telah menandai pemangkasan kedua hanya dalam beberapa bulan.

Pada Rabu (27/4), Allianz Trade menurunkan perkiraan PDB China menjadi 4,6 persen, turun dari 4,9 persen - yang merupakan revisi dari perkiraan 5,2 persen yang ditetapkan sekitar awal tahun.

Françoise Huang, ekonom senior di Allianz Trade menyebut, jika lockdown di Shanghai selama dua bulan dan kota-kota besar lainnya terpengaruh, dia memperkirakan PDB China hanya akan tumbuh sebesar 3,8 persen tahun ini.

Pekan lalu, Dana Moneter Internasional juga menurunkan perkiraan PDB China untuk kedua kalinya tahun ini.

Perkiraan baru IMF mencatat pertumbuhan ekonomi China hanya akan mencapai 4,4 persen, turun dari pemotongan pada Januari 2022 sebesar 4,8 persen.

China melaporkan pada 18 April 2022 bahwa PDB kuartal pertamanya tumbuh lebih besar dari yang diperkirakan yaitu 4,8 persen, dengan produksi industri dan investasi aset tetap juga melampaui perkiraan.

Tetapi penjualan ritel terkontraksi 3,5 persen lebih dari yang diperkirakan.

Kemudian pada hari itu, JPMorgan memangkas perkiraan untuk PDB China dalam setahun penuh menjadi 4,6 persen - turun dari 4,9 persen sebelumnya.


Kegiatan Ekonomi China Hadapi Hambatan Imbas Lockdown Covid-19

Seorang relawan komunitas yang mengenakan alat pelindung diri memeriksa sayuran yang akan dibagikan oleh pemerintah setempat kepada penduduk di sebuah kompleks selama penguncian Covid-19 di distrik Pudong di Shanghai pada 12 April 2022. (LIU JIN / AFP)

Diketahui bahwa, China telah berjuang melawan gelombang Covid-19 terburuknya sejak awal 2020.

Shanghai, yang merupakan lokasi salah sat pelabuhan tersibuk di dunia, telah menjadi salah satu daerah yang paling terdampak Covid-19.

Lockdown dua bagian di seluruh kota itu sekitar sebulan lalu telah berlangsung tanpa akhir yang jelas.

Sebuah distrik bisnis utama di Ibu Kota Beijing, juga memulai lockdown massal selama tiga hari dan menutup bisnis yang tidak esensial di satu area untuk mengendalikan lonjakan kasus selama akhir pekan.

Terlepas dari harapan untuk lebih banyak dukungan kebijakan, ekonom Wang Tao mengatakan dalam sebuah laporan pada 18 April bahwa timnya tidak memperkirakan Beijing bakal melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk mencapai target resmi PSB 5,5 persen sejak gelombang terbaru Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

"Kami juga tidak percaya bahwa dampak ekonomi dari kebijakan Covid-19 saja akan segera mengubah pergeseran kebijakan pemerintah terkait Covid-19, karena meminimalkan kasus dan kematian Covid-19 kemungkinan akan tetap menjadi prioritas utama," ujar Wang.

"Seharusnya tidak mengherankan hambatan Omicron pada kegiatan ekonomi akan lebih besar pada bulan April daripada Maret,” kata tim riset ekonomi dan kebijakan negara berkembang Asia JPMorgan.

Infografis Pertimbangan dan Kesiapan Indonesia Masuki Endemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya