Kekhawatiran Epidemiolog Soal Ancaman Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

Epidemiolog Dicky Budiman menyampaikan data yang mengkhawatirkan soal COVID-19 baru-baru ini dan kaitannya dengan subvarian BA.4 dan BA.5 Omicron.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Mei 2022, 03:30 WIB
Warga menunggu untuk disuntik vaksin COVID-19 pada hari pertama program vaksinasi nasional di luar sekolah di Kota Quezon, Filipina, Senin (29/11/2021). Kemunculan COVID-19 varian Omicron telah memicu alarm baru di Filipina. (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog Dicky Budiman menyampaikan data yang mengkhawatirkan soal COVID-19 baru-baru ini dan kaitannya dengan subvarian BA.4 dan BA.5 Omicron.

Menurut data tersebut, dunia semakin longgar dan abai terkait target capaian vaksinasi dan imunitas. Sejauh ini, capiannya masih jauh di bawah 70 persen, tapi sudah banyak pelonggaran dan disertai belum tercapainya kesetaraan vaksinasi.

“Sehingga adanya penyebaran atau sirkulasi virus yang tak terkendali ini terjadi di tahun ketiga pandemi. Ini berpotensi melahirkan bukan hanya subvarian baru dari Omicron atau rekombinan Omicron tapi juga potensi varian lain,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara Minggu (1/5/2022).

Hal ini terlihat dari banyaknya turunan Omicron yang ada sekarang ini, lanjutnya. Ini juga terjadi di bawah keterbatasan surveilans genomik dunia yang masih di bawah 5 persen.

“Nah akibat itu, saat ini kita menghadapi sebuah situasi yang menurut saya harus diwaspadai dengan serius, BA.4 dan BA.5, salah satu yang juga kita lihat perburukannya di Amerika maupun Eropa, termasuk saat ini dengan memburuknya situasi di China dengan lockdown yang berkelanjutan.”

Sedangkan, yang bisa dipelajari dan diwaspadai dari BA.4 dan BA.5 Omicron adalah kemampuannya untuk mereinfeksi atau infeksi ulang. Ini mengancam terjadinya gelombang selanjutnya karena kemampuan pertumbuhan dari BA.4 dan BA.5 ini sangat jauh lebih kuat dari BA.1 dan BA.2.

Studi terakhir menunjukkan, kekebalan atau imunitas yang timbul dari vaksinasi itu jauh lebih penting dan lebih kuat ketimbang imunitas dari infeksi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pentingnya Vaksinasi

Epidemiolog Dicky Budiman soal pentingnya vaksinasi COVID-19. Foto: dokumentasi pribadi.

Dicky juga membahas pentingnya vaksinasi apalagi di masa-masa mudik Lebaran. Menurutnya, efektivitas vaksin dalam memitigasi potensi infeksi atau penambahan kasus pada masa mudik ibarat pergi ke suatu tempat dalam situasi hujan besar.

"Namun, saat pergi kita mengenakan payung dan baju pelindung atau jas hujan," kata Dicky.

"Payung itu ibarat booster-nya, dan baju pelindung itu dua dosisnya. Kemungkinan basah kuyup kecil, kita tetap bisa kecipratan air, tapi karena sudah pakai payung dan baju pelindung maka kita enggak akan basah kuyup," Dicky menambahkan.

Ia juga mengatakan bahwa pemberian vaksin booster atau dosis ketiga memiliki berbagai keistimewaan salah satunya bisa menurunkan risiko long COVID.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) long COVID diartikan sebagai gejala yang berlangsung lebih lama atau bahkan berbulan-bulan setelah dinyatakan negatif COVID-19.

Vaksinasi tiga dosis dinilai penting karena imunitas tubuh bisa menurun setelah empat bulan suntikan dosis kedua.

"Bicara menurunkan long COVID ketika terpapar, tiga dosis (vaksin) itu sudah sangat efektif apalagi empat dosis," ujarnya.


Potensi Penurunan Imunitas Lebih Lambat

Pemerintah Genjot Percepatan Vaksinasi Covid-19 Mengantisipasi Varian Omicron

Data menunjukkan, lanjutnya, kalau sudah di atas tiga dosis maka potensi penurunan imunitas akan lebih lambat. Tidak secepat dosis kedua yang dalam waktu empat hingga enam bulan setelah suntikan sudah menunjukkan penurunan imunitas.

"Dosis keempat dan dosis kelima kecepatan penurunan imunitasnya masih kita tunggu seberapa lama lagi, tapi yang jelas kan proteksinya bertambah," katanya.

Perlindungan vaksin COVID-19 tidak hanya dapat dirasakan saat mudik, tapi juga dalam acara-acara lain yang identik dengan Idul Fitri seperti halalbihalal.

Seperti pertemuan lainnya, halalbihalal juga memiliki potensi memicu terjadinya penularan COVID-19. Maka dari itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau masyarakat untuk tetap hati-hati ketika halalbihalal.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo usai rapat terbatas terkait evaluasi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Airlangga mengatakan bahwa Presiden Jokowi meminta tradisi halalbihalal tetap sesuai protokol kesehatan.

"Pak Presiden memberi catatan, kegiatan untuk halalbihalal diselenggarakan dengan prokes dan diimbau tidak ada makan minum dan minum, harus sesuai dengan jarak dan tempat," kata Airlangga dalam konferensi pers daring yang ditayangkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden belum lama ini.


Jangan Merasa Selesai dan Aman

Israel Mulai Berikan Vaksin Covid-19 Dosis Keempat ke Lansia

Terkait hal ini, Dicky mengatakan bahwa Indonesia masih dalam status pandemi. Oleh sebab itu, masyarakat jangan sampai merasa selesai dan aman. Kewaspadaan, protokol kesehatan, dan upaya mitigasi harus dilakukan.

Kewaspadaan yang dimaksud Dicky dapat direalisasikan salah satunya dengan melakukan vaksinasi COVID-19. Sebab, vaksinasi dapat mengurangi potensi penularan hingga 80 persen.

"Nah bicara halalbihalal, ya tentu potensi atau risiko terjadinya paparan itu akan jauh berkurang ketika cakupan vaksinasi di daerah itu sudah lebih dari 80 persen," kata Dicky.

"Atau, orang yang halalbihalal itu sudah minimal vaksinasi dua dosis atau sudah vaksinasi dosis ketiga," dia menambahkan.

Jadi, lanjut Dicky, sebelum bicara jangan makan, jangan minum atau yang lainnya, pastikan orang-orang yang hadir halalbihalal sudah menerima vaksin setidaknya dua dosis.

Pastikan juga vaksin dosis keduanya masih dalam kurun waktu tujuh bulan. Jika lebih, sebaiknya hindari acara-acara seperti halalbihalal.

"Kalaupun mau halalbihalal, terpaksa ya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit kalau bisa atau tidak lebih dari 30 menit dengan memakai masker yang N95," katanya.

 

Infografis Jurus Indonesia Tangkal Ancaman Kembar Delta dan Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya