Amazon Pangkas Cuti Berbayar bagi Karyawan yang Kena COVID-19

Semua karyawan Amazon yang berbasis di Amerika Serikat (AS) yang dites positif COVID-19 sekarang akan mendapatkan cuti dan tidak dibayar hingga lima hari.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 02 Mei 2022, 20:24 WIB
Barang pesanan pelanggan yang akan dikirim dengan layanan Amazon Prime Now di pusat gudang toko online Amazon di Singapura, Kamis (27/7). Dengan layanan tersebut, Amazon menawarkan pengiriman barang dalam dua jam untuk ribuan item. (AP Photo/Joseph Nair)

Liputan6.com, Jakarta - Amazon memotong cuti berbayar untuk karyawan front-line AS yang dites positif COVID-19. Hal tersebut efektif Senin, 2 Mei 2022.

Semua karyawan Amazon yang berbasis di Amerika Serikat (AS) yang dites positif COVID-19 sekarang akan mendapatkan cuti dan tidak dibayar hingga lima hari, kata manajemen Amazon kepada para karyawan dalam pemberitahuan yang dikirim pada Sabtu.

Seorang juru bicara mengatakan kepada CNBC pekerja masih dapat menggunakan waktu sakit mereka jika diperlukan.

Dalam pemberitahuan pada Sabtu, Amazon menambahkan, karyawan yang menunggu hasil tes COVID-19 tidak lagi memiliki cuti karena tes cepat sekarang tersedia secara luas.

Raksasa e-commerce tersebut perlahan-lahan menarik kembali kebijakan COVID-19 nya karena vaksin menjadi lebih banyak tersedia dan pusat pengendalian serta pencegahan penyakit mengubah panduannya.

Perusahaan awalnya menawarkan cuti berbayar hingga dua minggu untuk setiap karyawan yang didiagnosis dengan COVID-19 atau ditempatkan di karantina. Pada Januari, perusahaan mengurangi waktu cuti berbayar menjadi satu minggu, atau hingga 40 jam.

Sebagai bagian dari mundurnya, Amazon akan berhenti mengirimkan pemberitahuan kasus positif di seluruh situs di fasilitasnya, kecuali diwajibkan oleh hukum. Perusahaan juga akan menghentikan upaya vaksinasi, katanya.

“Pelonggaran pandemi yang berkelanjutan, ketersediaan vaksin dan perawatan COVID-19 yang berkelanjutan, dan panduan terbaru dari otoritas kesehatan masyarakat, semua sinyal bahwa kami dapat terus menyesuaikan diri dengan aman dengan kebijakan pra COVID-19 kami,” kata perusahaan itu dalam pemberitahuan tersebut dikutip dari CNBC, Senin (2/5/2022).

Keputusan tersebut kemungkinan akan memicu reaksi balik dari karyawan pro serikat yang memperdebatkan kondisi kerja yang lebih baik dan peningkatan manfaat di gudangnya.

Langkah itu dilakukan sehari setelah gudang Amazon di Staten Island, New York, menutup serikat pekerjanya. Dewan Hubungan Perburuhan Nasional akan mulai menghitung surat suara pada 2 Mei.

 


Alasan Amazon Naikkan Gaji Karyawan

Ilustrasi kantor Amazon

Sebelumnya, Amazon menaikkan gaji pokok maksimum karyawannya karena beberapa alasan. Salah satu faktor terkuat kenaikan gaji yakni pasar tenaga kerja kian kompetitif.

Pada Senin, 7 Februari 2022, Amazon menyampaikan kepada karyawan dalam memo internal seiring menaikkan ambang gaji pokok karyawan menjadi USD 350 ribu. Ini merupakan kenaikan upah signifikan dari USD 160 ribu.

Gaji pokok hanyalah sebagian dari total kompensasi yang diterima karyawan. Belum termasuk kepemilikan saham unit terbatas yang biasanya meningkat selama beberapa tahun dan bonus serta tunjangan lainnya. Pemberian insentif perusahaan amat bergantung dengan historis saham.

"Tahun lalu telah melihat pasar tenaga kerja yang sangat kompetitif dan dalam melakukan analisis menyeluruh dari berbagai opsi. Dengan menimbang ekonomi bisnis kami dan kebutuhan untuk tetap kompetitif untuk menarik serta mempertahankan talenta terbaik, kami memutuskan untuk membuat peningkatan yang lebih besar uang kompensasi daripada yang kami lakukan pada tahun-tahun biasa,” tulis perusahaan dalam memo yang pertama kali dilaporkan oleh GeekWire dikutip dari CNBC, Sabtu, 12 Februari 2022.

 


Dongkrak Bonus

Amazon hadir di Singapura

Juru Bicara Amazon mengonfirmasi keaslian catatan tersebut tetapi menolak memberikan komentar lebih lanjut.

Selain meningkatkan gaji pokok, Amazon juga menaikkan rentang bonus keseluruhan untuk sebagian besar pekerjaan secara global. Berdasarkan keterangan perusahaan kenaikannya jauh lebih besar daripada yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Perubahan ini terjadi ketika perusahaan Jeff Bezos semakin mendapat kecaman dari karyawan karena melihat gaji didapat di bawah pasar.

Baru-baru ini, gaji pokok menjadi tolak ukur utama karyawan ingin meninggalkan perusahaan. Hal ini sebagaimana dilaporkan Business Insider bulan lalu yang mengutip survei internal.


Aksi Korporasi Amazon Bangkitkan Gairah Investor

Amazon hadir di Singapura

Sebelumnya, saham Amazon melonjak lebih dari 5 persen usai e-commerce raksasa umumkan akan melakukan stock split dan buyback menjadi langkah untuk menarik lebih banyak investor ke saham yang kinerjanya belakangan ini lesu meski meroket sejak go public 25 tahun lalu.

Sementara itu, Amazon mengumumkan pada Rabu, 9 Maret 2022 terkait stock split 1:20 yang pertama sejak 1999, dan buyback saham senilai USD 10 miliar. Itu terjadi setelah pemecahan nilai nomimal serupa yang diumumkan oleh Alphabet Inc awal tahun ini.

"Manajemen Amazon ingin menanamkan kepercayaan baru," ujar Direktur Investasi AJ Bell Russ Mold, dikutip dari Channel News Asia, pada Jumat, 11 Maret 2022.

Dia juga menyebutkan, seraya menambahkan buyback tersebut merupakan distribusi langsung pertama perusahaan dari uang kembali kepada pemegang sahamnya sejak debut pasar sahamnya.

Saham Amazon naik 5,4 persen menjadi USD 2.936,99 pada awal perdagangan Kamis. Kemudian, saham perusahaan ditutup pada USD 2.785,58 pada Rabu, mendekati level terendah dua tahun setelah naik reli saham teknologi dan pertumbuhan yang disebabkan oleh pandemi yang membawanya dalam jarak yang sangat dekat dengan nilai valuasi USD 2 triliun.

Saham Amazon pun menjadi tren di situs media sosial yang berfokus pada investor stocktwits.com dan termasuk yang paling banyak dibahas di wallstreetbets Reddit. Hal tersebut disampaikan berdasarkan sentimen aggregator Swaggystocks.

Lalu, ada juga saham Apple dan Tesla yang menguat tajam setelah stock split mereka pada 2020.Salah satu pemilik saham Amazon pun membuka suara terkait stock split yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

"Hanya membuat investor dan traders yang tidak berpengalaman merasa lebih baik," ujar Portfolio Manager Redwood Winslow LLC, Perri Dong.

"Ini hanya psikologis. Beberapa orang percaya saham akan memiliki lebih banyak likuiditas, tapi saya berpendapat itu tidak masalah," ia menambahkan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya