Momentum Idul Fitri, Pemimpin Diingatkan untuk Hidup Sederhana

Sukidi Mulyadi memandang di momentum Idul Fitri ini, ada baiknya para pemimpin bisa hidup sederhana seperti para tokoh pemimpin besar di masa lampau.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Mei 2022, 09:02 WIB
Cendekiawan muslim Sukidi Mulyadi di acara Inspirasi Ramadhan yang diadakan oleh BKN PDIP. (Foto: Istimewa).

Liputan6.com, Jakarta Cendekiawan muslim Sukidi Mulyadi memandang di momentum Idul Fitri ini, ada baiknya para pemimpin bisa hidup sederhana seperti para tokoh pemimpin besar di masa lampau.

Hal tersebut disampaikan dalam acara yang dilaksanakan BKN PDIP Minggu 1 Mei 2022.

Menurut dia, dengan para pemimpin yang hidup sederhana, bisa merasakan bagaimana penderitaan rakyat yang dirasakan. Sukidi melihat, dibalik luar biasanya gagasan dan pemikiran yang dimiliki oleh para pendiri bangsa ini. Mereka semua memiliki kesederhanaan yang luar biasa.

"Jiwa sederhana yang dimiliki oleh para pendiri bangsa merupakan jalan yang dipilih untuk menjiwai penderitaan rakyatnya," kata dia dalam keterangannya, Senin (2//5/2022).

Dia memandang, para pemimpin maupun pejabat publik hari ini harus belajar dari pendiri bangsa. Pendiri bangsa sangat menjiwai semangat kepemimpinan untuk kepentingan satu sama lain. Terlihat dari kesederhanaan para pendiri bangsa yang berprinsip menjadi pemimpin itu merupakan jalan penderitaan.

"Penjiwaan bahwa jabatan dan kekuasaan itu adalah jalan pengabdian untuk kesejahteraan rakyat," jelas Sukidi.

"Bung Karno pernah mengatakan, saya tidak ingin mengambil apapun dari rakyat saya. Yang ingin saya lakukan, adalah memberi untuk rakyat dan Negara saya. Ini adalah arti penting bahwa Bung Karno memaknai kekuasaan dan jabatan sebagai suatu pengabdian yang berorientasi segalanya untuk rakyat. Seharusnya hal ini dicontoh oleh pejabat negara saat ini," sambungnya.

Dia pun mengingatkan, bagaimana para tokoh bangsa bisa dikenang. Bukan karena harta melainkan gagasan yang ditanamkan.

"Kenapa tokoh bangsa dapat selalu kita kenang? Bukan karena hartanya, melainkan karena gagasan yang mereka tanamkan untuk berdirinya bangsa ini," jelas Sukidi.

 


Lebaran 2 Mei

Kementerian Agama telah menyelesaikan Sidang Isbat penetapan Idul Fitri 1443 H. Hasil sidang isbat menetapkan, Lebaran Idul Fitri 1443 H jatuh pada Senin 2 Mei 2022.

"Berdasarkan hisab posisi hilal sudah di atas ukuf serta laporan hilal sudah terlihat. Sidang Isbat menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Senin 2 Mei 2022," ungkap Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.

Menurut Yaqut, dalam melaksanakan sidang isbat, Kementerian Agama selalu menggunakan dua metode, yakni hisab atau perhitungan dan rukyat atau melihat langsung keberadaan hilal. Dua metode ini bukan dipertentangkan, keduanya saling melengkapi.

Sebelumnya, secara hisab, hilal 1 Syawal 1443 H di Indonesia dimungkinkan dirukyat pada hari ini, Minggu (1/5/2022). Hal itu sesuai pemaparan tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama sebelum sidang isbat Lebaran Idul Fitri 2022.

Berdasarkan perhitungan, posisi bulan pada hari ini 29 Ramadan 1443 Hijriyah, sudah berada dalam Kriteria Baru Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapore (MABIMS).

 


Memenuhi Syarat

Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kemenag Cecep Nurwendaya memaparkan posisi hilal secara astronomis (hisab) tersebut dalam Seminar Posisi Hilal Penentu Awal Syawal 1443 H.

Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementrian Agama (Kemenag) menyampaikan bahwa secara hisab, hilal 1 Syawal 1443 Hijriyah di Indonesia dimungkinkan berhasil dirukyat pada Minggu (1/5/2022). Berdasarkan perhitungan posisi bulan pada hari ini yang bertepatan dengan 29 Ramadan 1443 Hijriyah sudah berada dalam Kriteria Baru MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapore).

"Berdasar hisab Kriteria Baru MABIMS (3-6,4), baik menggunakan elongasi toposentrik maupun geosentrik di Indonesia sudah memenuhi syarat kriteria minimum tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat," kata Cecep Nurwendaya, Anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kemenag dalam keterangan daring di Jakarta, Minggu (1/5/2022).

Dalam seminar yang digelar jelang Sidang Isbat (penetapan) Awal Syawal 1443 H, Cecep menjelaskan, 3-6,4 adalah rumusan kriteria baru MABIMS dalam masalah penentuan awal bulan kamariah. Kriteria ini diputuskan pada 8 Desember 2021 dan telah diterapkan pada awal Ramadan 1443 H/2022 M. Kriteria tersebut menetapkan bahwa awal bulan kamariah dinyatakan masuk dan tiba bila memenuhi parameter ketinggian hilal minimal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat, disingkat 3-6,4.

"Posisi hilal ini dilihat dari sudut terjauh bulan (elongasi) diukur dari pusat inti bumi (geosentrik) dan diukur dari permukaan bumi (toposentrik)," sambung Cecep.

Cecep mengungkapkan, pada 29 Ramadan 1443 H yang bertepatan pada 1 Mei 2022, ketinggian hilal di Indonesia berada pada rentang 3,79 derajat sampai 5,56 derajat. Hal itu menunjukkan semua daerah telah memenuhi tinggi Kriteria Baru MABIMS. Sementara, rentang elongasi geosentrik berkisar antara 5,2 derajat sampai dengan 7,2 derajat.

"Artinya, sebagian daerah telah memenuhi Kriteria Baru MABIMS. Karena menggunakan konsep wilayatul hukmi, maka bisa dikatakan, di Indonesia sudah memenuhi kriteria," papar Cecep.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya