Tren Harga Bitcoin Tertekan Sejak Akhir Maret, Bagaimana Prediksi Mei 2022?

Level support harga bitcoin bertahan di posisi USD 37.000 atau sekitar Rp 543,75 juta.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Mei 2022, 17:35 WIB
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Bitcoin (BTC) telah berada dalam tren turun dalam jangka pendek sejak akhir Maret. Hal ini dikonfirmasi oleh serangkaian harga tertinggi yang tercatat lebih rendah. Menunjukkan tekanan jual yang terus-menerus, meskipun support harga bitcoin di USD 37.500 atau sekitar Rp 543,75 juta (asumsi kurs Rp 14.500 per dolar AS) dapat mempertahankan kisaran harga saat ini.

Harga bitcoinparkir di sekitar USD 40.000 atau sekitar Rp 580,19 juta, titik tengah dari kisaran harga tiga bulan, yang menunjukkan keragu-raguan di antara pembeli dan penjual.

Biasanya, bitcoin berkonsolidasi dalam kisaran harga tiga bulan setelah pergerakan ekstrim seperti aksi jual 50 persen yang terjadi setelah puncak harga April dan November sekitar USD 64.000 dan USD 69.000 tahun lalu. Itu berarti breakout atau breakdown yang menentukan bisa terjadi sekitar bulan ini.

Pada grafik mingguan, bitcoin telah mengalami kehilangan momentum kenaikan, yang menunjukkan kenaikan terbatas di luar zona resistensi USD 46.000-USD 50.000. Melansir Coindesk, Selasa (3/5/2022), pengaturan bearish pada grafik bulanan meningkatkan risiko jatuhnya harga.

Untuk saat ini, BTC waspada terhadap sinyal bullish counter trend pada grafik mingguan menurut indikator DeMARK. Jika dikonfirmasi, BTC dapat mengalami lonjakan harga singkat, konsisten dengan tren musiman yang kuat pada Mei 2022.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Harga Kripto Selasa Pagi 3 Mei 2022

Ilustrasi bitcoin (pixabay)

Sebelumnya, harga bitcoin dan kripto teratas lainnya bervariasi pada perdagangan Selasa pagi, 3 Mei 2022. Sebelumnya harga kripto menguat pada perdagangan awal pekan ini.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Selasa, 3 Mei 2022, bitcoin (BTC) sebagai kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar masih berada di zona hijau dalam 24 jam terakhir.

Harga bitcoin naik 0,37 persen dan saat ini ditransaksikan di posisi USD 38.607,52 atau sekitar Rp 560,67 juta (asumsi kurs Rp 14.522 per dolar AS). Namun, harga bitcoin melemah 4,64 persen dalam sepekan.

Harga ethereum menguat 1,12 persen dalam 24 jam terakhir. Akan tetapi, selama sepekan, harga ethereum merosot 5,05 persen. Saat ini, harga ethereum ditransaksikan di posisi USD 2.863,25 atau sekitar Rp 41,57 juta.

Kemudian harga Binance Coin (BNB) naik tipis 0,03 persen dalam 24 jam terakhir. Saat ini, harga BNB ditransaksikan di posisi USD 390,08 atau sekitar Rp 5,66 juta. Selama sepekan, harga BNB tersungkur 3,65 persen.

Sementara itu, harga XRP mendaki 1,12 persen dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan, harga XRP anjlok 11,67 persen. Harga XRP kini ditransaksikan di posisi USD 0,6143.Harga solana justru melemah dalam 24 jam terakhir.

 

 

 


Stablecoin

Ilustrasi bitcoin

Harga Solana ditransaksikan di posisi USD 87,78. Selama sepekan, harga solana susut 13,37 persen. Demikian juga harga Cardano (ADA) tergelincir 0,56 persen dalam 24 jam terakhir. Dalam sepekan, harga ADA merosot 12,76 persen. Saat ini, harga ADA ditransaksikan di posisi USD 0,7835.

Harga Terra (LUNA) bertambah 2,7 persen dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan, harga Terra merosot 13,21 persen. Kini harga Terra ditransaksikan di posisi USD 84,39.

Harga TerraUSD (UST) naik 0,04 persen dalam 24 jam terakhir. Harga UST ditransaksikan di posisi USD 1. Selama sepekan, harga UST menanjak 0,08 persen.

Stablecoin seperti Tether melemah tipis 0,01 persen ke posisi USD dalam 24 jam terakhir. Selama sepekan harga Tether cenderung berada di zona merah. Demikia juga harga USD Coin yang turun 0,05 persen dalam 24 jam terakhir. Harga USD Cpin merosot 0,03 persen selama sepekan. Harga USD Coin kini ditransaksikan di posisi USD 0,9999.


CEO Perusahaan Kripto Ini Prediksi Bitcoin Bisa Sentuh Rp 1,4 Miliar dalam Setahun

Ilustrasi bitcoin

Sebelumnya, CEO perusahaan pinjaman kripto Nexo, Antoni Trenchev ungkap prediksinya untuk kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, Bitcoin baru-baru ini.

Trenchev prediksi, harga Bitcoin dapat menyentuh USD 100.000 atau sekitar Rp 1,4 miliar dalam kurun waktu 12 bulan.

Dia mengatakan, khawatir tentang prospek jangka pendek Bitcoin, karena banyaknya sentimen yang menunjukkan harga akan jatuh seiring dengan pasar keuangan tradisional, the Federal Reserve yang mulai melepaskan program stimulus moneternya yang besar.

Namun, menurut Trenchev hal tersebut tidak bertahan lama, karena cepat atau lambat pada gilirannya pasar kripto dan bitcoin akan kembali membaik.

"Kecelakaan dalam saham kemungkinan berarti bank sentral AS pada akhirnya akan kembali ke pelonggaran dalam waktu singkat. Itu memberikan dorongan lebih lanjut untuk kripto,” ujar Trenchev dikutip dari CNBC, ditulis Senin (2/5/2022).

Jika perkiraan Trenchev benar, itu berarti harga Bitcoin akan naik lebih dari dua kali lipat tahun ini. Sebelumnya, pada Januari 2020 Trenchev memperkirakan harga Bitcoin akan mencapai USD 50.000 pada akhir tahun itu. Namun, banyak orang tidak percaya dan menertawai dirinya.

Prediksi Trenchev 2020 memang tidak menjadi kenyataan. Bitcoin hanya berhasil mencapai level tertinggi lebih dari USD 29.000 tahun itu. Akan tetapi, cryptocurrency akhirnya melampaui USD 50.000 itu pada Februari 2021.


Hambatan Kripto

Ilustrasi bitcoin

Para pendukung kripto sering mengatakan pasar kripto telah matang, dan ada banyak likuiditas sekarang karena institusi Wall Street utama seperti Jump Trading dan Jane Street mulai berbondong-bondong ke aset digital.

Sementara itu, “Whale” (investor besar yang mampu menggerakkan pasar) kripto seperti Do Kwon, salah satu pendiri perusahaan blockchain Terra Labs, telah membeli Bitcoin senilai jutaan dolar dengan keyakinan itu bisa menjadi mata uang "cadangan" di masa depan.

Meskipun begitu, Trenchev mengatakan ada beberapa hambatan untuk pasar kripto. Misalnya, lingkungan peraturan global tetap terfragmentasi dan pasar kripto yang masih tetap tidak stabil.

Secara khusus, Bitcoin tetap sangat berkorelasi dengan pasar saham, khususnya indeks Nasdaq. Sementara saham tetap bergejolak, begitu juga Bitcoin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya