, Melbourne - Masyarakat Muslim Indonesia di Australia juga sudah menggelar perayaan Hari Raya Idul Fitri 2022. Pada 2 Mei 2022, tepat pukul 08.15 pagi waktu Adelaide, ratusan warga berkumpul di gedung Cosgrove Hall kawasan Australia Selatan untuk Salat Id bersama.
Masyarakat Islam Indonesia Australia Selatan (MIIAS) memperkirakan setidaknya 350 warga hadir dan duduk saling berdekatan di tengah sudah dilonggarkannya protokol kesehatan COVID-19.
Advertisement
"Sekarang bebas banget, istilahnya udah enggak wajib masker," kata Siti R Fitriani, pengurus MIIAS seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (4/5/2022).
"Tahun lalu Idul Fitri ada restriksi maksimal 200 orang, jadi tahun lalu pakai sistem booking, tahun ini sudah enggak, siapa saja boleh datang."
Setelah Salat Idul Fitri 2022 dijalankan dan Khotbah disampaikan, warga disuguhkan hidangan bakso dengan lontong, juga beberapa snack dan buah-buahan.
"Kita menciptakan suasana kayak di Indonesia walaupun banyak juga yang mengadakan salat Idul Fitri di lapangan dan ada banyak masjid, tapi kita terus mencoba kayak di Indonesia," katanya.
"Jadi abis salat kita makan-makan kayak di Indonesia sambil ngobrol, jadi tidak terasa sepi."
Selepas acara tersebut, Siti langsung menjamu para tamu di rumahnya sendiri, sebelum pergi mengunjungi rumah warga Indonesia lainnya di Adelaide.
"Tahun ini lebih terasa Lebarannya dibandingkan tahun lalu," ujar Siti.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mempertahankan Tradisi Open House Lebaran
Sudah menjadi tradisi bagi keluarga Nia Basyaruddin untuk menerima tamu di rumah mereka di Darwin, kawasan Australia Utara sejak usianya masih belia.
Tahun ini, rumah Nia yang berusia 29 tahun sudah dipadati pengunjung sejak pukul 10.00 pagi waktu setempat.
Nia yang lahir dan besar di Darwin juga merasa bersyukur karena hari ini ia bisa merayakan Idul Fitri bersama sang ibu yang dirawat di rumah sakit sejak tiga bulan terakhir.
"Mama saya sempat kena COVID-19 dan punya underlying condition sakit ginjal ... hari ini Alhamdulillah bisa keluar RS," katanya.
Di rumah, masakan tradisional Lebaran seperti opor, kari ayam, rendang, siomay, lontong dan kue-kue kering sudah tersedia.
Berbeda dengan Idul Fitri tahun lalu, Nia tidak merayakan hari tersebut bersama ketiga saudara kandungnya di Melbourne.
Namun, suasana Ramadhan tetap terasa dengan adanya kunjungan dari warga Indonesia lain maupun teman kuliah dan kantornya di sana.
Dibanding tahun lalu, Nia juga merasa kondisi pandemi COVID-19 tahun ini memungkinkan lebih banyak orang untuk datang.
"Berhubung di sini juga public holiday [tanggal merah] Hari Buruh, jadi ekspektasinya akan banyak [orang datang] karena banyak yang enggak kerja hari ini," katanya.
"Karena open house, acaranya bisa sampai sore atau mungkin juga ada yang datang malam."
Advertisement
Pembatasan COVID-19 Dilonggarkan
Erna Sukardi dan keluarga sudah bermukim di Melbourne sejak tahun 2008.
Itu berarti sudah 15 Lebaran yang ia lalui selama ia tinggal di ibu kota negara bagian Victoria itu.
Hampir semua Lebaran itu ia rayakan di sana karena Lebaran di Australia tidak dimasukkan ke dalam hari libur nasional, sehingga sulit untuk Erna dan keluarga pulang ke Indonesia karena kedua anaknya tidak libur sekolah.
"Hanya tahun 2009 saya bisa pulang Lebaran, karena anak-anak waktu itu belum sekolah ... mudah-mudahan tahun depan [lebarannya] bertepatan dengan libur sekolah, jadi kami bisa mudik," tutur Erna.
Erna mengaku senang merayakan Lebaran tahun ini setelah pembatasan COVID-19 dilonggarkan dan ia bisa Salat Id bersama komunitas Indonesia lainnya di Melbourne.
Dari tiga tempat Salat Id komunitas Indonesia di Melbourne tahun ini, Erna dan keluarganya mendatangi Brunswick Sport Hall.
"Tahun lalu kami masih takut dan memilih Salat Id di taman dan enggak ketemu dengan orang-orang Indonesia, tapi hari ini kami bisa ketemu, ngobrol, silaturahmi, dan panitia juga menyediakan snack, jadi kita bisa makan di situ."
"Rasa kangen dengan keluarga saat Lebaran bisa sedikit terobati kalau kita salat dengan sesama orang Indonesia, kemudian salam-salaman."
"Rasanya tadi itu seneng banget, sebenernya senangnya sudah saat mulai tarawih dan bisa ngumpul buka bersama, yang baru bisa tahun ini, ... alhamdulillah tadi bisa salat, duduk sama-sama tanpa ketakutan lagi, aduh enaknya."
Selain Salat Id, Erna dan keluarga juga mendatangi beberapa kerabat yang sudah dianggapnya sebagai orangtua sendiri, sebelum pulang dan berkomunikasi dengan keluarga di Indonesia.
Perayaan Budaya
Lebaran bagi Erna bukan hanya perayaan keagamaan, tapi juga perayaan budaya.
"Saya dan suami, serta komunitas Indonesia lain di sini berusaha juga mempertahankan budaya Indonesia saat Ramadhan dan Lebaran supaya anak-anak kami yang besar dan tumbuh di Australia dan enggak kenal Indonesia, tetap punya memori tentang Lebaran, jadi kami making memories tentang Lebaran untuk mereka."
Tradisi budaya yang masih dilakukan dan diteruskan Erna kepada kedua anaknya antara lain adalah kumpul keluarga dan membuat lentera di malam takbiran.
Meski mengaku sudah menemukan banyak kawan di Melbourne yang sudah dianggapnya sebagai keluarga, Erna tetap rindu pada keluarganya di Indonesia dan berharap bisa merayakan Lebaran bersama mereka.
"Kami bisa merayakan Lebaran di sini, tapi keluarga di Indonesia tidak tergantikan ... selamat merayakan untuk semua di Indonesia, take care dan jangan lupa, COVID-19 masih ada," tutur Erna.
Advertisement