Liputan6.com, Jakarta - Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, telah mempertaruhkan masa depan perusahaannya di dunia online yang dikenal sebagai metaverse. Pada Rabu, perusahaan menunjukkan mereka masih menavigasi transformasi itu.
Meta, perusahaan yang sebelumnya dikenal sebagai Facebook, melaporkan laba sebesar USD 7,5 miliar atau sekitar Rp 108,3 triliun untuk kuartal pertama, turun 21 persen dari tahun sebelumnya.
Pendapatan naik 7 persen menjadi USD 27,9 miliar atau sekitar Rp 403,21 triliun. Analis Wall Street telah memperkirakan keuntungan sebesar USD 7,1 miliar dari pendapatan USD 28,2 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Divisi Reality Labs Meta, sebelumnya dikenal sebagai divisi Oculus Facebook telah menghabiskan lebih banyak modal untuk mengembangkan realitas virtual dan produk-produk terkait metaverse.
Mereka membukukan kerugian USD 2,9 miliar untuk kuartal I 2022. Angka tersebut 61 persen lebih banyak dari kerugiannya USD 1,8 miliar pada Q1 2021.
Dalam panggilan pendapatan Rabu, CEO Meta Mark Zuckerberg mengatakan kerugian di divisi ini karena fakta Reality Labs sebagian besar masih berfokus pada penelitian dan pengembangan untuk serangkaian produk perangkat lunak dan perangkat keras seperti Project Cambria.
“Saya menyadari itu mahal untuk membangun ini, itu adalah sesuatu yang belum pernah dibangun sebelumnya. Dan ini adalah paradigma baru untuk komputasi dan koneksi sosial,” kata Zuckerberg, dikutip dari Cointelegraph, Rabu (4/5/2022).
Zuckerberg juga mengatakan dia tetap berpegang pada rencana metaverse. “Kami tetap yakin dengan peluang dan pertumbuhan jangka panjang yang akan dibuka oleh peta jalan produk kami,” katanya
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Habiskan Banyak Dana untuk Metaverse
Mengikuti laporan keuangan yang cukup buruk Meta pada Februari, ketika perusahaan juga membukukan laba yang turun dan pertumbuhan pengguna yang melambat. Keesokan harinya, saham Meta anjlok 26 persen dan nilai pasarnya anjlok lebih dari USD 230 miliar dalam satu hari penghapusan terbesar perusahaan yang pernah ada.
Dua kuartal tersebut adalah penurunan laba berturut-turut pertama perusahaan dalam lebih dari satu dekade, tanda kesulitan yang dihadapinya saat perubahan arah.
Sementara Meta terus menghabiskan banyak uang untuk produk terkait metaverse seperti kacamata realitas virtual, apakah orang ingin membeli gadget semacam itu masih jauh dari pasti.
Pada saat yang sama, aplikasi jejaring sosial inti perusahaan termasuk Instagram, WhatsApp, dan Messenger menghadapi tantangan. Pertumbuhan pengguna baru telah melambat, dan persaingan dari pesaing seperti TikTok, situs video milik China, meningkat.
Bisnis utama periklanan digital Meta juga telah dirugikan oleh keputusan Apple yang mengizinkan pengguna iPhone membatasi aplikasi untuk melacak aktivitas online mereka.
Perubahan itu telah memengaruhi kemampuan Meta untuk menargetkan iklan kepada orang-orang di iPhone. Google juga telah membahas memperkenalkan perubahan privasi serupa pada produk selulernya, yang selanjutnya dapat memengaruhi bisnis iklan Meta.
Advertisement
Meta Perkenalkan Toko Fisik Pertamanya, Bisa Menjajal dan Beli Alat Metaverse
Sebelumnya, Meta mengumumkan toko fisik pertamanya, Meta Store, yang akan dibuka pada tanggal 9 Mei 2022 di lingkungan salah satu kantornya di Burlingame, California, Amerika Serikat.
Di toko ritel itu, perusahaan induk Facebook itu akan menjual dan memamerkan berbagai produk perangkat keras mereka, yaitu alat-alat yang dibutuhkan untuk mengakses dunia virtual atau metaverse.
"Di Meta Store, kami ingin Anda berinteraksi dengan semuanya. Kami ingin Anda mencoba barangnya. Kami ingin Anda merasakannya," tulis Meta melalui laman resminya, dikutip Sabtu, 30 April 2022.
Martin Gilliard, Head of Meta Store, mengatakan, saat seseorang mendapatkan pengalaman menggunakan sebuah teknologi, mereka akan memberikan apresiasi yang lebih baik untuk itu.
"Jika kami melakukan pekerjaan kami dengan benar, orang-orang harus pergi dan memberi tahu teman-teman mereka, 'Kamu harus melihat Meta Store,'" kata Gilliard.
Di toko ini, Meta mengatakan pengunjung bisa menjajal Meta Portal dan Ray-Ban Stories, serta mengeksplorasi realitas virtual (virtual reality/VR) menggunakan versi demo dari Meta Quest 2.
Selain itu, perusahaan yang menaungi Instagram dan WhatsApp itu juga menyediakan saluran penjualan daring Meta Portal, Ray-Ban Stories, dan Meta Quest, melalui bagian Shop di meta.com.
Meta Store juga menyediakan area demo imersif di mana pengunjung bisa mencoba Beat Saber, GOLF+, Real VR Fishing, atau Supernatural di layar LED melengkung besar yang menampilkan tampilan di headset.
Pengunjung toko fisik Meta ini juga bisa mendapatkan klip mixed reality selama 30 detik, yang diambil dari pengalaman demo yang bisa dibagikan.
Memberikan Gambaran soal Metaverse
Meta Store memiliki luas sekitar 1.550 kaki persegi. Lokasinya berada di dekat Reality Labs HQ, tempat Meta membantu pembangunan metaverse.
"Memiliki toko di Burlingame memberi kami lebih banyak kesempatan untuk bereksperimen dan menjaga inti pengalaman pelanggan untuk pengembangan kami," kata Gilliard.
Dia menambahkan, apa yang mereka pelajari di toko itu nantinya akan membantu menentukan strategi ritel perusahaan di masa depan.
Menurut perusahaan, tujuan mereka dengan adanya Meta Store adalah untuk menunjukkan kepada orang-orang, apa yang bisa dilakukan dengan produk-produknya, sembari memberikan sekilas gambaran metaverse di masa depan.
Menurut Gilliard, Meta Store akan membantu orang-orang terhubung dengan bagaimana produk mereka bisa menjadi pintu gerbang ke metaverse di masa depan.
"Kami tidak menjual metaverse di toko kami, tapi mudah-mudahan orang akan masuk dan keluar untuk mengetahui lebih banyak tentang bagaimana produk kami akan membantu menghubungkan mereka dengannya," pungkas Gilliard.
Setelah dibuka pada 9 Mei mendatang, Meta Store akan buka dari hari Senin sampai Jumat jam 11.00 sampai 18.00 Waktu Pasifik.
Advertisement