Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Mukomuko adalah salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia, sebagai pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Utara. Kabupaten Mukomuko berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat di Utara, Kabupaten Kerinci di Timur, Samudra Hindia di Barat dan Kabupaten Bengkulu Utara di Selatan.
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Mukomuko tahun 2021 mencatat jumlah penduduk Mukomuko sebanyak 190.498 jiwa. Sedangkan ibu kota Kabupaten Mukomuko berada di Kota Mukomuko. Secara administratif, Kabupaten Mukomuko ini terbagi menjadi 15 kecamatan, 148 desa, dan 3 kelurahan. Sebagian besar penduduk Muko-muko ini merupakan transmigran yang berasal dari Jawa, Sunda, Minang, dan lain sebagainya
Tentu bukan itu saja hal-hal menarik dari Mukomuko. Berikut enam fakta menarik seputar Kabupaten Mukomuko yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Suku Minangkabau
Penduduk asli Mukomuko adalah Etnis Mukomuko yang merupakan suku dari rumpun Minangkabau. Secara adat, budaya, dan bahasa, Mukomuko dekat dengan wilayah Pesisir Selatan di Sumatra Barat. Pada masa lalu daerah Mukomuko termasuk salah satu bagian dari rantau Pesisir Barat (Pasisie Baraik) Suku Minangkabau. Suku Mukomuko ialah suku yang serumpun dengan Minangkabau atau kelompok etnik terdekat Minangkabau.
Wilayah Mukomuko juga merupakan wilayah rantau Minangkabau yang kerap juga disebut daerah Riak nan Berdebur yakni daerah sepanjang Pesisir Pantai Barat dari Padang hingga Bengkulu Selatan. Namun wilayah Mukomuko sejak masa kolonial Inggris telah dimasukkan ke dalam administratif Bengkulu (Bengkulen).
Sejak saat itu mereka telah terpisah dari serumpunnya di daerah Sumatra Barat dan menjadi bagian integral dari wilayah Bengkulu. Hal ini berlangsung terus pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, hingga masa kemerdekaan.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Daerah Transmigrasi
Pada awal tahun 2003, provinsi Bengkulu bertambah tiga kabupaten baru yang ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003, yakni Kabupaten Bengkulu Utara dimekarkan menjadi Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko. Adapun Kabupaten Bengkulu Selatan juga dimekarkan menjadi Bengkulu Selatan, Seluma, dan Kaur.
Pengiriman transmigran ke Bengkulu marak sejak 1967. Bahkan, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1973 menetapkan Provinsi Bengkulu dan sembilan provinsi lainnya sebagai daerah transmigrasi di luar pulau Jawa.
Salah satu kabupaten tujuan transmigran adalah Bengkulu Utara dan kebijakan itu berlanjut hingga sekarang. Tahun 2004 Bengkulu masih mendapat tambahan transmigran. Setiap keluarga transmigran disediakan tanah dua hektare. Mayoritas transmigran dari Jawa adalah petani. Kini sentra-sentra penduduk migran itu tumbuh menjadi sentra ekonomi.
Pertumbuhan penduduk menjadi sangat cepat dengan adanya program transmigrasi ini. Hal ini juga telah menyebabkan terjadinya perubahan komposisi penduduk di wilayah Kabupaten Mukomuko. Saat ini jumlah penduduk pendatang asal Jawa telah jauh melampaui jumlah penduduk asli Mukomuko. Sehingga secara realita saat ini, penduduk asli menjadi minoritas di Kabupaten Mukomuko.
Advertisement
3. Rumah Adat Mukomuko
Bengkulu termasuk provinsi yang tak hanya terkenal akan nilai sejarah tetapi juga budayanya.Budaya yang pastinya dapat terlihat dengan langsung, adalah keindahan dari rumah-rumah adat yang dimilikinya. Rumah-rumah adat ini memiliki nilai yang penting sebagai warisan budaya Negara Indonesia. Salah satunya adalah Rumah Adat Mukomuko.
Rumah adat dari Kabupaten Mukomuko ini sayangnya sudah tidak ada lagi. Satu satunya rumah yang tersisa telah hilang, dan tempatnya kini dibuat menjadi sebuah bundaran. Masyarakat menyayangkan hilangnya ikon rumah adat kebanggan dari Kabupaten Mukomuko tersebut.
Rumah adat dari Kabupaten Mukomuko merupakan rumah panggung yang biasa di sebut dengan rumah adat Putri Beni Alam. Sebagain besar material rumah ini terbuat dari kayu. Atap pada rumah adat ini memiliki kemiripan dengan rumah adat Sumatera Barat pada bagian tampak meruncing.
Pemerintah telah merencanakan kembali untuk membangun rumah adat ini sesuai dengan yang aslinya dengan anggaran sekitar Rp2-3 miliar. Rencana ini diharapkan akan terealisasi sehingga rumah adat Putri Beni Alam ini akan segera kembali berdiri sebagai bentuk kekayaan budaya di Kabupaten Mukomuko.
4. Benteng Anna
Benteng Anna atau Fort Anne adalah salah satu benteng peninggalan Inggis yang terdapat di pesisir barat Sumatera, tepatnya berada di wilayah Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu. Benteng Anna didirikan oleh kolonial Inggris (East India Company) pada 1798 di tepi sungai Selagan, pada saat itu benteng ini dipergunakan untuk pertahanan perang dan aktivitas perdagangan hasil bumi.
Nama Benteng Anna Sendiri diambil dari nama seorang bangsawan Inggris yaitu Keningin Anne van England. Saat ini Benteng Anna telah rusak dan runtuh bahkan hampir tidak ada yang menyangka kalau reruntuhan yang ada di situ adalah sebuah benteng yang memiliki banyak nilai sejarah.Hal itu terjadi akibat beberapa faktor, seperti faktor alam dan faktor manusia.
Pada tahun 1950-an banyak yang menyebut benteng ini masih ada dengan bentuk utuh, tapi dengan runtuhnya bangunan benteng menyebabkan bentuk asli benteng sudah tidak diketahui lagi wujudnya.
Ada banyak benda bersejarah yang ada di Benteng Anna pada masa dulu, namun kini benda bersejarah yang masih bisa kita lihat adalah dua meriam kuno peninggalan penjajahan Inggris dan reruntuhan tembok benteng.
Advertisement
5. Wisata Mukomuko
Ada banyak objek wisata yang terdapat di Kabupaten Mukomuko, antara lain Batu Kumbang, Pantai Abrasi (Tapi Lauik), Danau Teratai Indah, Danau Lebar, Danau Nibung, Pantai Air Rami, Pantai Pandan Wangi dan Dam Air Manjunto, bendungan yang diresmikan Presiden Soeharto yang berlokasi di Kecamatan V Koto.
Yang tidak kalah menarik adalah Konservasi Penyu, yang berlokasi Pantai Batu Kumbung Desa Pulau Makmur. Pemerintah setempat menyediakan sarana dan prasarana penangkaran penyu dengan dasar maraknya pengambilan telur penyu secara ilegal di sepanjang Pantai Batu Kumbung di daerah ini.
Konservasi atau penangkaran ini dikelola oleh Komunitas Pecinta Alam Konservasi Penyu Mukomuko (KPAKPM) yang didukung Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Mukomuko, Komunitas tersebut menyewakan kendaraan operasional penangkaran penyu kepada pengunjung objek wisata di wilayah ini. Aktivitas seperti ini bertujuan untuk pengembangan wisata bahari berbasis ekowisata perikanan,
6. Kuliner khas Mukomko
Mukomuko punya berbagai kuliner khas, salah satunya adalah Bolu Koja memiliki tekstur yang lembut dan cita rasa gurih. Terbuat dari bahan-bahan yang sama seperti saat membuat bolu pada umumnya, hanya saja Anda perlu menambahkan lebih banyak daun suji dan pandan untuk menghasilkan warna hijau dan aroma yang khas.
Saat ini Bolu Koja tersedia dalam berbagai varian topping, seperti cokelat, selai buah, keju, dan lainnya. Lalu ada Mi Terbang. Pada dasarnya, mi yang digunakan sama seperti pada umumnya. Hanya saja, Mi Terbang disajikan dengan trik tertentu, yaitu menggunakan dua batang tusuk sate yang ditancapkan pada kentang di tengah piring.
Lalu, garpu yang telah dililit mi juga ditancapkan pada tusuk sate tersebut agar sajian ini tampak seperti terbang.Agar cita rasanya lebih nikmat, Mi Terbang diberi irisan tomat, timun, telur, dan cabai yang tingkat kepedasannya cukup tinggi. Makanan khas Mukomuko lainnya adalah Rendang Lokan, Kue Perut Punai, Pendap, Samba Lokan dan Sirup Kalamansi.
Advertisement