Liputan6.com, Jakarta Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama menekankan bahwa sejauh ini tidak ada bukti-bukti valid yang mendukung terjadinya hepatitis akut merupakan dampak dari COVID-19.
"Sejauh ini tidak ada bukti-bukti valid yang mendukungnya secara jelas," kata Tjandra Yoga saat dihubungi Health Liputan6.com pada Kamis, 5 Mei 2022.
Advertisement
Menurut mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), apabila hepatitis misterius dihubungkan dengan vaksinasi COVID-19, memang kasus ini terjadi pada anak-anak yang masih berusia di bawah lima atau 10. Yang memang belum mendapat vaksin COVID.
"Karena memang sekarang sedang pandemi COVID-19, memang mungkin saja ada kasus hepatitis ini yang juga pernah mendapat COVID-19 pada Desember yang lalu," katanya.
Seperti yang terjadi pada pasien hepatitis akut berumur 10 bulan di Singapura. Dari hasil pemeriksaan terhadap hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, dan tipe A, semuanya negatif.
Namun, diketahui bahwa pasien ini pernah mengalami COVID-19 pada Desember 2021.
"Walaupun sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang jelas antara hepatitis akut dengan infeksi Virus Corona," Tjandra Yoga menambahkan.
Di sisi lanjut, lanjut Tjandra Yoga, memang ada tulisan berjudul SARS-COV-2 vaccination can elicit a CD8 T-cell dominant hepatitis di Journal Hepatology pada 21 April 2022.
"Dan, ada beberapa hipotesa lain yang masih perlu dibuktikan secara alamiah," katanya.
Sehubungan dengan hepatitis akut yang belum jelas penyebabnya, Tjandra mengatakan bahwa sampai 3 Mei 2022 WHO kantor Amerika menyatakan sudah ada lebih dari 200 kasus dari 20 negara di dunia.
Kasus hepatitis akut misterius bermula dari WHO yang pada 5 April 2022 mendapat notifikasi kasus ini dari Inggris pertama kali. Yang kemudian dimasukkan dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO 15 April 2022 --- yang berbagai berita menyebutnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO.
Kasus Hepatitis Akut Misterius Pengingat Percepat Vaksinasi COVID-19 Anak
Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa hepatitis akut misterius dapat dijadikan pesan kuat khusus untuk melindungi anak-anak.
Hal tersebut lantaran vaksinasi COVID-19 pada anak memang terlambat untuk diberikan. Hingga kini, vaksin COVID-19 pada anak masih terbatas dan belum bisa diberikan pada anak usia di bawah lima tahun.
"Anak ini kan telat banget dapat vaksin. Anak ini baru belakangan dapat vaksin. Itu pun diatas enam tahun, itu pun masih belum banyak yang belum dapat dua dosis, apalagi bicara booster," kata Dicky melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Rabu, 4 Mei 2022.
Namun, apakah hubungan antara hepatitis akut misterius dan COVID-19? Menurut Dicky, dari sekian hipotesis yang ada, penyebab hepatitis akut misterius mengarah atau berkaitan dengan COVID-19.
"Di antara sekian hipotesa atau differential diagnosis dari pada dokter dan tim epidemiolog ini (hepatitis akut misterius) salah satunya mengarah pada COVID-19," kata Dicky.
Advertisement
IDAI dan IDI Dukung Tindak Lanjut yang Dilakukan Kemenkes RI
Sebagai tindak lanjut, Kemenkes RI sedang berupaya melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.
Merespons temuan hepatitis akut misterius, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PB IDI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendukung penuh investigasi yang dilakukan Kemenkes.
IDI dan IDAI mendukung penuh upaya pemerintah dan akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait untuk penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya ini, demikian bunyi pernyataan tertulis yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 3 Mei 2022.
Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi meminta seluruh organisasi profesi dan tenaga kesehatan mewaspadai gejala hepatitis akut misterius pada anak.
"Kami meminta agar seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI, seluruh dokter, dan tenaga Kesehatan yang bertugas di berbagai jenis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), yakni puskesmas, posyandu, klinik praktik mandiri, serta dokter praktik perorangan juga mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa," ujarnya.
Dari informasi yang dihimpun PB IDI, gejala hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini, antara lain perubahan warna urine (gelap) dan/atau feses (pucat), (sakit) kuning, gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal.
Ada juga gejala demam tinggi, mual, muntah atau nyeri perut, lesu, dan/atau hilang nafsu makan, diare, serta kejang. ditandai dengan Serum Aspartate transaminase (AST)/SGOT atau Alanine transaminase (ALT) / SGPT lebih dari 500 U/L.
AST atau ALT merupakan enzim yang digunakan sebagai indikator kerusakan hati.
Hepatitis dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO
Sehubungan dengan hepatitis akut berat yang belum jelas penyebabnya, sampai 3 Mei 2022 WHO kantor Amerika Serikat menyatakan sudah ada lebih dari 200 kasus dari 20 negara di dunia.
Kasus ini bermula dari pada 5 April 2022 WHO pertama kali mendapat notifikasi kasus ini dari Inggris. Kemudian dimasukkan dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO 15 April 2022 --- yang berbagai berita menyebutnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO.
Perlu diketahui bahwa kalau memang ada kasus penyakit apapun di dunia yang tidak seperti biasa maka akan dimasukkan dalam Disease Outbreak News (DONs). Jadi, ini prosedur rutin di WHO untuk menyajikan informasi ke dunia tentang kejadian kesehatan masyarakat yang penting, atau yang berpotensi menjadi hal yang penting.
Sepanjang bulan April 2022 ada 10 penyakit Disease Outbreak News WHO, yaitu Hepatitis ini dengan laporan pertama 15 April di Inggris dan Irlandia serta 23 April di berbagai negara.
Lalu juga ada Ebola di Kongo, Japanese encephalitis di Australia, Salmoneum thypimurium di berbagai negara. Lalu, Kolera di Malawi, Malaria di Somalia, Demam Kuning di Uganda, VDPV (vaccine derived polio virus) tipe 3 di Israel dan MERS CoV di Saudia Arabia. Jadi, ada banyak, bukan hanya Hepatitis.
Artinya, penempatan penyakit tertentu di dalam Disease Outbreak News (DONs) justru maksudnya agar dunia mengetahui informasi awal dan menjadi perhatian bersama. Belum tentu berarti akan menjadi wabah luas dunia atau tidak.
Tegasnya, kita jelas perlu waspada tetapi tidak perlu juga menjadi panik tidak beralasan. Di sisi lain, negara tentu perlu mengambil langkah antisipasi yang diperlukan, dan masyarakat melakukan langkah kewaspadaan pada keluarga kita.
Sementara itu kita terus ikuti bukti-bukti ilmiah yang akan tersedia dalam hari-hari mendatang ini.
Advertisement