Liputan6.com, Jakarta Hepatitis akut misterius menjadi penyakit yang mulai muncul sejak awal tahun ini. Tak hanya di Indonesia, hepatitis akut misterius juga terjadi di negara-negara lainnya.
Spesialis anak konsultan gastrohepatologi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (RSCM-FKUI), Dr dr Hanifah Oswari mengungkapkan bahwa pasien hepatitis akut misterius sejauh ini memang ada dalam kategori usia anak-anak.
Advertisement
Meski begitu, orangtua diminta untuk tidak panik. Melainkan tetap waspada terkait kondisi anak masing-masing terutama bila melihat gejala yang serupa.
"Kita perlu waspada untuk para orangtua, harus waspada bahwa ada penyakit yang memang berbahaya. Dengan kita waspada diharapkan kita tidak mendapatkan anak-anak kita dalam kondisi yang berat," ujar Hanifah dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia, Kamis, (5/5/2022).
"Meskipun kita tahu ada hepatitis akut yang berat, yang bisa menimbulkan kematian, para ibu jangan panik. Kita waspada saja. Kita temukan gejala itu sejak awal, agar kita punya waktu untuk bisa menolong anak-anak kita lebih banyak," Hanifah menuturkan.
Berdasarkan laporan yang ada dari negara lainnya, kasus hepatitis akut misterius paling banyak terjadi pada anak dengan usia paling tua 16 tahun. Namun, mayoritasnya berada pada usia dibawah 10 tahun.
"Inggris mengatakan bahwa itu lebih banyak pada anak-anak dibawah 5 tahun. Jadi memang kelihatannya penyakit ini khusus mengenai anak-anak saja," kata Hanifah.
Gejala Hepatitis Akut Misterius
Lebih lanjut Hanifah menuturkan, gejala awal yang muncul berkaitan dengan gangguan pada saluran cerna.
"Jadi kita mesti waspada ketika anak-anak kita mengalami gejala saluran cerna seperti diare, mual, muntah, sakit perut atau demam ringan," kata Hanifah.
Kemudian, hepatitis akut misterius bisa berlanjut lagi dengan gejala susulan. Seperti buang air kecil hingga warnanya seperti air teh, buang air besar pucat, dan matanya atau kulitnya berwarna kuning. Saat diperiksakan, kadar enzim hatinya juga meningkat.
"Bawalah anak-anak kita ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan untuk memikirkan apa perlu diperiksakan lebih lanjut atau tidak. Jangan menunggu sampai gejalanya menguning atau lebih berat," tambahnya.
Hal tersebut lantaran bila gejala terus berlanjut, pasien bisa mengalami gangguan pembekuan darah. Sehingga bisa terjadi penurunan kesadaran dan berlanjut menjadi kematian bila pasien tidak dilakukan transplantasi hati.
"Kita perlu bekerja sama antara pelayanan kesehatan baik di puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk bisa menemukan gejala dini dan lebih cepat lagi menolong," ujar Hanifah.
Advertisement
Dugaan Hepatitis Akut Misterius
Di Indonesia sendiri, tiga anak yang meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut ada pada usia dua, delapan, dan 11 tahun.
Sebelumnya, mereka datang dalam kondisi yang berat dari rumah sakit berbeda di daerah Jakarta. Ketiganya meninggal dunia di RSCM Jakarta dalam kurun waktu berbeda selama dua minggu terakhir hingga 30 April 2022 lalu.
"Tiga pasien ini datang dalam kondisi yang berat dan semuanya rujukan dari rumah sakit di Jakarta. Kita sudah mencoba merawatnya di ICU dan tidak tertolong karena kondisi pada saat datangnya sudah sangat-sangat berat," ujar Hanifah.
Dalam kesempatan tersebut yang sama, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Siti Nadia Tarmizi pun mengonfirmasi hal tersebut.
"Ketiga kasus ini sudah datang pada kondisi stadium lanjut. Jadi memang hanya memberikan waktu sedikit untuk kemudian rumah sakit bisa melakukan tindakan pertolongan," kata Nadia.
Nadia mengungkapkan bahwa ketiga pasien yang meninggal dunia tersebut ada pada usia dua, delapan, dan 11 tahun. Satu diantaranya yakni yang berumur dua tahun belum mendapatkan vaksin hepatitis maupun vaksin COVID-19.
Hasil Investigasi Sementara
Terkait dugaan berkaitan dengan COVID-19, Nadia menjelaskan bahwa ketiganya juga telah melakukan pemeriksaaan COVID-19 dengan hasil negatif.
Berdasarkan hasil investigasi kontak yang dilakukan Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, satu dari tiga anak yang meninggal tersebut memiliki penyakit penyerta lainnya.
"Satu kasus itu pernah sebenarnya memiliki penyakit lainnya. Ada penyakit lain yang kemudian kita duga hepatitis akut ini," kata Nadia.
"Memang sampai saat ini, ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai hepatitis akut dengan gejala berat tadi. Tetapi masuk pada kriteria yang kita sebut pending klasifikasi karena ada pemeriksaan laboratorium," tambahnya.
Pemeriksaan laboratorium tersebut adalah adenovirus dan hepatitis E yang membutuhkan waktu sekitar 10 hingga 14 hari kedepan.
Dari hasil pemeriksaan sementara, ketiga pasien tersebut juga tidak memiliki riwayat genetik atau turunan dari keluarga yang berkaitan dengan hepatitis atau penyakit kuning.
"Tidak ditemukan faktor riwayat anggota keluarga lain yang menderita penyakit hepatitis atau kuning sebelumnya. --- Juga tidak ada anggota lain yang memiliki gejala sama," ujar Nadia.
Advertisement