Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak tiga orang anak dilaporkan meninggal dunia diduga karena hepatitis misterius dengan gejala berat dan belum diketahui pasti penyebabnya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pun turun tangan dengan melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyeledikan epidemiologi guna mengetahui lebih lanjut mengenai hepatitis akut ini.
Advertisement
Meski belum diketahui pasti penyebab penyakit hepatitis misterius pada anak, dokter spesialis anak konsultan gastrohepatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo - Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Hanifah Oswari SpA(K) menyebut bahwa diduga karena Adenovirus 41, SARS-CoV-2, dan virus ABV.
Virus-virus itu utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernapasan.
Guna mencegah risiko terjadinya hepatitis misterius pada anak, Hanifah menyarankan agar orang tua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan. Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
"Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat," kata Hanifah dalam konferensi pers Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia pada Kamis siang, 5 Mei 2022.
Selain itu, guna mencegah penularan hepatitis akut melalui saluran saluran pernapasan dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas.
Ketahui Gejala dari Hepatitis Akut dan Misterius Ini
Upaya lainnya yang dapat dilakukan masyarakat guna mencegah penularan hepatitis akut adalah pemahaman orang tua terhadap gejala awal penyakit hepatitis ini.
Hanifah menyebutkan bahwa secara umum gejala awal penyakit hepatitis misterius adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna gelap.
Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orangtua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.
Hanifah, menekankan, jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran. Sebab, kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat.
Menurut Hanifah, Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil.
"Bawalah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelematkannya sangat kecil," katanya.
Oleh sebab itu, perlu adanya kerja sama yang solid antara orang tua, tenaga kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan agar bisa menemukan gejala hepatitis akut sedini mungkin agar anak segera mendapatkan pertolongan medis.
Advertisement
RSPI Sulianti Saroso Jadi Rumah Sakit Rujukan Kasus Hepatitis Misterius
Pemerintah disebut sudah melakukan banyak hal guna mengatasi perjalanan penyakit hepatitis misterius yang tengah menghantui anak-anak di seluruh dunia.
Salah satunya dengan mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).
Hal tersebut disampaikan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Hanifah dalam konferensi pers hari ini.
"Pemerintah juga sudah meminta nakes dan fasyankes (fasilitas layanan kesehatan) untuk menerapkan pencegahan dan pengedalian infeksi, khususnya virus --- yang berkaitan dengan hepatitis akut ini," katanya.
Tidak hanya, pemerintah pun telah menunjuk Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Prof Dr Sulianti Saroso dan Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen hepatitis akut dengan gejala berat.
"Karena ada banyak hal yang perlu diinvestigasi, baik itu penyebab dari virusnya sendiri, juga mengapa mendadak banyak anak-anak yang terkena. Bukan hanya di satu negara, tapi di banyak negara sekaligus," katanya.
"Saya kira informasi-informasi ini juga diantisipasi oleh pemerintah untuk kita bisa tahu lebih banyak mengenai keadaan ini dan penyebabnya," kata pria yang juga lead scientist kasus hepatitis misterius di Indonesia.
Pemerintah juga sudah menyiapkan rumah sakit rujukan utama di tiap kabupaten kota di seluruh Indonesia. Sehingga bila ditemukan gejala-gejala yang mengarah ke kondisi tersebut, orangtua diimbau untuk segera membawa anaknya ke rumah sakit.
"Meskipun kita tahu bahwa hepatitis akut yang berat bisa menimbulkan kematian, para ibu jangan panik. Kita waspada saja. Kita temukan gejala itu sejak awal, agar kita punya waktu untuk bisa menolong anak-anak kita lebih banyak," katanya.
Hepatitis Misterius Mayoritas Terjadi pada Anak-Anak
Tak hanya di Indonesia, hepatitis misterius juga sedang terjadi di negara-negara lainnya. Pasiennya memang mayoritas didominasi oleh anak-anak.
Hanifah mengungkapkan bahwa pasien hepatitis akut misterius sejauh ini memang ada dalam kategori usia anak-anak.
"Dari laporan-laporan di banyak negara itu sudah diteliti bahwa kasus yang tertua itu 16 tahun. Jadi tidak ada yang lebih dari 16 tahun," katanya.
Lebih lanjut Hanifah menuturkan bahwa kebanyakan pasien dalam kasus hepatitis akut misterius yang terjadi berumur di bawah 10 tahun.
"Inggris mengatakan bahwa itu lebih banyak pada anak-anak di bawah lima tahun. Jadi, memang kelihatannya penyakit ini khusus mengenai anak-anak saja," kata Hanifah.
Pasien dugaan hepatitis akut misterius di Indonesia yang sebelumnya meninggal dunia berumur dua, delapan, dan 11 tahun. Satu di antaranya yakni yang berumur dua tahun belum mendapatkan vaksin hepatitis maupun vaksin COVID-19.
Hanifah menjelaskan bahwa ketiganya juga tiba di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dalam keadaan kritis dan merupakan rujukan dari rumah sakit di Jakarta.
Hingga kini, investigasi terkait hepatitis akut misterius di Indonesia masih terus dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Namun, belum diketahui pasti kapan investigasi tersebut selesai dilakukan.
Advertisement