Sandiaga Uno: Indonesia Jadi Acuan Dunia dalam Penanganan Pandemi Covid-19 dan Kebangkitan Pariwisata

Sandiaga Uno menyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan menjadi solusi yang semestinya dikembangkan industri pariwisata global pasca-pandemi Covid-19.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 06 Mei 2022, 08:30 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno menyampaikan keynote address dalam ajang 'High-level Thematic Debate on Tourism' yang digelar di Balai Sidang Umum PBB, di New York, Amerika Serikat, Rabu, 4 Mei 2022. (dok.Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyatakan bahwa Indonesia saat ini menjadi acuan dunia dalam penanganan pandemi Covid-19 dan keberhasilan membangkitkan sektor pariwisata yang dihantam pandemi dalam dua tahun terakhir. Hal itu disampaikannya usai berpidato di ajang 'High-level Thematic Debate on Tourism' yang digelar di Balai Sidang Umum PBB, di New York, Amerika Serikat, Rabu, 4 Mei 2022.

Situasi pandemi berdampak besar terhadap industri pariwisata dunia. Data menyebut, pergerakan turis internasional turun 73 persen dibanding level pra-pandemi pada 2019. Dampaknya semakin besar karena pariwisata memiliki efek bola salju ke sektor lain.

Karena itu, ia menekankan bahwa penting bagi setiap negara untuk mengubah konsep industri pariwisata yang lebih berkelanjutan. Ia menilai saat ini momen yang tepat untuk memulai transformasi karena pariwista global mulai kembali menggeliat dengan pertumbuhan perjalanan dan pariwisata 130 persen pada Januari 2022, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Indonesia, ia menyebut, memiliki 34 juta orang yang menggantungkan hidup pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Ia pun berharap banyak dengan tren positif yang terjadi.

"Kami tidak boleh berpuas diri. Sangat penting bagi kita untuk tidak kembali ke pendekatan bisnis seperti biasa. Kita harus membangun kembali industri pariwisata dengan lebih baik, lebih berkelanjutan, dan lebih tangguh," kata Sandiaga Uno, dalam rilis yang diterima Liputan6.com.

Ia berpendapat bahwa pengembangan pariwisata berkelanjutan tidak bisa hanya melihat isu lingkungan atau kesejahteraan lingkungan. Pendekatannya harus holistik, yakni dengan martabat budaya lokal, masyarakat, dan pengetahuan tradisional, serta menciptakan keseimbangan antara pariwisata massal dan pariwisata berkualitas.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Kolaborasi Multipihak

Menparekraf Sandiaga Uno menyampaikan keynote address dalam ajang 'High-level Thematic Debate on Tourism' yang digelar di Balai Sidang Umum PBB, di New York, Amerika Serikat, Rabu, 4 Mei 2022. (dok.Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Untuk mewujudkan itu, ia menyebut diperlukan elemen-elemen yang saling berhubungan. Pertama adalah pendekatan multi-stakeholder karena pengembangannya tidak bisa dilakukan sendiri. Baik sektor publik maupun swasta perlu terlibat dan berkolaborasi satu sama lain, serta dengan masyarakat lokal.

"Baik sektor swasta maupun publik perlu fokus untuk memiliki tujuan yang terukur dan metrik yang sebanding. Komponen-komponen ini sangat penting untuk perbaikan jangka panjang dan akuntabilitas pariwisata berkelanjutan," kata Sandiaga.

Untuk lebih menyelaraskan upaya menuju praktik pariwisata berkelanjutan terbaik, penting bagi pemangku kepentingan publik dan swasta untuk memiliki narasi terpadu tentang apa yang dimaksud dengan pariwisata berkelanjutan. Para pemangku kepentingan juga harus memiliki akses memadai ke informasi yang akurat.

"Saat ini, kita juga perlu melihat peran kaum milenial dan generasi Z dalam keberlanjutan tidak hanya sebagai turis, tetapi juga sebagai investor. Oleh karena itu, keterlibatan dengan demografis pada pariwisata berkelanjutan harus menjadi prioritas," kata Sandiaga.

 

 


Desa Wisata

Desa Wisata Bonjeruk. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenparekraf)

Poin kedua adalah penguatan peran masyarakat sebagai agen perubahan transformasi pariwisata. Ia memaparkan Kemenparekraf mewakili pemerintah akan fokus untuk memajukan pemulihan pariwisata melalui penguatan peran masyarakat dalam membangun sektor pariwisata yang tangguh dan berkelanjutan.

"Dengan program Desa Wisata, kami mengintegrasikan akomodasi lokal, daya tarik, dan saling melengkapi di bawah koordinasi pemerintahan desa dibungkus dengan kearifan lokal," kata Sandiaga.

Program ini, menurut dia, terbukti mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, seperti terlihat di Desa Wisata Penglipuran di Bali yang menghasilkan pendapatan lebih dari 1,45 juta dolar AS pada 2020. Pemerintah tahun ini kembali menggelar Anugerah Desa Wisata 2022 yang sudah diikuti sekitar 5.000 desa wisata sebagai peserta.

Terakhir, ia menyinggung pentingnya memastikan pergerakan orang dan perjalanan secara general terus berlangsung secara aman, bahkan di masa pandemi. "Dalam konteks ini, kita perlu membahas lebih lanjut tentang bagaimana kita dapat menyelaraskan kesehatan standar protokol untuk perjalanan lintas batas," kata dia.

Seiring dengan Presidensi G20 dan peran Indonesia sebagai tuan rumah hari pariwisata dunia, pihaknya akan terus mendorong kebangkitan ekonomi, terciptanya peluang usaha, dan terbuka lapangan kerja. Ia mengaku pemerintah sudah menyusun tatanan ekonomi pariwisata baru yang lebih terbuka dan berkeadilan.


Aksi Konkret

Desa Wisata Budaya Nunuk Baru (Tangkapan Layar Instagram/dangiang_nunuk19)

Dalam kesempatan itu, Sandiaga juga menunjukkan aksi konkret pelaksanaan pariwisata berkelanjutan. Ia menawarkan solusi untuk mengubah plastik sekali pakai dengan produk-produk alami. 

"Kita langsung menunjukkan bahwa sedotan berbasis purun ini yang akan menjadi solusi kita riil untuk mengatasi isu-isu lingkungan hidup," ujarnya.

Purun merupakan sejenis rumput teki-tekian yang memiliki batang lurus, berongga, dan tidak berdaun sehingga efektif untuk digunakan sebagai pengganti sedotan plastik. Sedotan purun pertama kali diperkenalkan kepada Sandiaga saat melakukan kunjungan kerja ke negeri Laskar Pelangi itu pada 2021. Hartati, pemilik label Purun Ecostraw, memajang produknya di pameran mini.

Kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu, ia mengaku mulai memperkenalkan produknya pada akhir 2019. Produk itu pertama kali dipasarkan ke Bali yang dikenal gencar menangkal penggunaan plastik sekali pakai.

"Saya coba dulu sebelumnya. Ada rasa atau apa, ternyata it's okay," ujarnya.

Sedotan ini diperoleh dari purun, sejenis gulma di rawa gambut. Produk itu tak serapuh sedotan kertas, tapi juga tak sekokoh sedotan logam yang banyak digunakan sebagai sedotan ramah lingkungan. "Sifatnya seperti daun keladi. Tidak berubah bentuk juga tidak memakai perekat," ujarnya.

Infografis empat unsur pariwisata berkelanjutan. (dok. Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya