, Kiev - Rusia membuka akses untuk koridor kemanusiaan di pabrik baja Azovstal, Mariupol. Di sisi lain, PBB menegaskan telah terjadi pelanggaran aturan perang internasional, di mana sasaran serangannya adalah warga sipil.
Mengutip DW Indonesia, Jumat (6/5/2022), Rusia menghentikan serangan di Azovstal untuk evakuasi warga sipil. Militer Rusia akan membuka koridor kemanusiaan dari pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan Mariupol yang terkepung sejak Kamis 5 Mei hingga Sabtu 7 Mei.
Advertisement
"Angkatan bersenjata Rusia dari pukul 8 pagi hingga 6 sore (waktu Moskow) pada 5, 6, dan 7 Mei 2022 membuka koridor kemanusiaan dari wilayah pabrik metalurgi Azovstal untuk proses evakuasi warga sipil,” kata kementerian setempat lewat postingan online.
Pabrik baja itu menjadi tempat terakhir para pejuang Ukraina di Mariupol. Pihak berwenang menyebut ada ratusan warga sipil yang bersembunyi di jaringan terowongan bawah tanah. Pada Selasa 3 Mei, lebih dari 100 warga sipil yang dievakuasi dari pabrik oleh PBB dan Palang Merah yang tiba di Zaporizhzhia.
Ukraina Berhasil Kontak Pasukan Terakhir di Azovstal
Ketua Faksi Parlemen Ukraina, David Arakhamia mengatakan, jika pasukan Rusia sudah berada di pabrik baja Azovstal.
"Pasukan Rusia sudah berada di wilayah Azovstal,” kata Arakhamia seperti dikutip Free Europe Radio Liberty.
David menambahkan, jika pemerintah telah melakukan kontak dengan kelompok terakhir pembela Ukraina di pabrik tersebut. Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Uleba menjelaskan, kelompok terakhir pejuang Ukraina di Mariupol masih bersembunyi di kompleks yang luas itu.
Pemerintah kota menyebut ada 200 warga sipil dan lebih dari 30 anak-anak masih terjebak di sana.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelanggaran
Ketua misi pemantauan hak asasi manusia PBB di Ukraina, Matilda Bogner kepada DW mengatakan, bahwa telah terjadi pelanggaran aturan perang internasional, di mana sasaran serangannya adalah warga sipil, sekolah, dan rumah sakit.
"Sayangnya kami juga melihat eksekusi mati. Kami melihat kekhawatiran seputar perlakuan, penyiksaan, dan tindakan buruk ke tawanan perang,” katanya.
Bogner mengatakan PBB telah mencatat 6.600 korban sipil selama perang terjadi, dengan korban meninggal 3.200 orang. Jumlah itu diprediksi lebih tinggi lagi karena ada beberapa wilayah yang sulit diakses karena dikuasai Rusia.
"Kami prihatin dengan pelanggaran di daerah-daerah di mana [pasukan Rusia] memiliki kendali dan di tempat-tempat di mana mereka telah ditarik, khususnya di utara Kyiv - kami melihat cakupan pelanggaran yang luas di sana,” katanya.
Advertisement
Macron dan Modi akan Bahas Perang Ukraina
Presiden Prancis Emmanuel Macron akan menjamu Perdana Menteri India Narendra Modi di Paris, demikian kata Istana Elysee. Pertemuan ini menjadi bagian terakhir dari perjalanan Eropa Modi, setelah sebelumnya ke Jerman dan Denmark.
Macron berharap dapat membuat New Delhi menjauh dari Moskow. Prancis ingin "membantu India mendiversifikasi pasokan mereka” dari senjata dan energi Rusia, kata para pejabat.
Macron akan "menekankan konsekuensi perang terhadap tatanan internasional di luar Uni Eropa, termasuk di Asia,” kata Elysee.
Ia menambahkan, jika Macron memiliki "hubungan yang sangat hangat” dengan Modi.
Rusia Bantah Rencana Nyatakan Perang pada 9 Mei
Sementara itu, Rusia telah menepis spekulasi bahwa mereka akan menyatakan perang habis-habisan di Ukraina dalam beberapa hari mendatang sebagai "omong kosong".
Dilansir BBC, Kamis (5/5/2022), Moskow sampai sekarang membantah sedang berperang, malah menyebut invasi itu sebagai "operasi militer khusus".
Namun para pejabat Barat berspekulasi bahwa Presiden Vladimir Putin dapat menggunakan Parade Kemenangan 9 Mei untuk mengumumkan eskalasi aksi militer.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, bagaimanapun, mengatakan tidak ada kebenaran dari rumor itu "sama sekali".
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan pekan lalu bahwa parade Moskow - memperingati kekalahan Nazi dan berakhirnya Perang Dunia Kedua - mungkin digunakan untuk menggalang dukungan bagi mobilisasi massal pasukan dan dorongan baru ke Ukraina.
"Saya tidak akan terkejut, dan saya tidak memiliki informasi tentang ini, bahwa dia mungkin akan menyatakan pada May Day ini bahwa 'kita sekarang berperang dengan Nazi dunia dan kita perlu memobilisasi massa rakyat Rusia' ," katanya kepada radio LBC.
Para pejabat Rusia hanya menyebut invasi itu sebagai "operasi militer khusus" untuk "demiliterisasi" atau "de-Nazify" negara itu, merujuk pada klaim tak berdasar tentang Nazi di pemerintah Ukraina yang digunakan Moskow untuk membenarkan invasi.
Selain parade tahunan di Moskow, ada juga laporan lama bahwa Kremlin merencanakan semacam parade tambahan di kota Mariupol di Ukraina selatan, yang hampir semuanya sekarang berada di bawah kendali Rusia.
Pasukan Ukraina tetap berada di satu area kota - pabrik baja industri besar yang disebut Azovstal.
Advertisement