Liputan6.com, Jakarta Hepatitis misterius yang belum diketahui penyebabnya dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Lantas, apakah hepatitis akut misterius ini dapat menjadi pandemi ke depannya?
Menurut Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, perkembangan hepatitis akut misterius masih terus dipantau. Untuk masuk menjadi kategori pandemi pun belum tentu.
Advertisement
Kategori suatu penyakit menjadi pandemi, sebelumnya harus dipertimbangkan dulu, apakah layak masuk Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC) atau tidak.
"Apakah ini bisa menyebar (luas menjadi pandemi)? Dari semua Diasese Outbreak News (DONs) atau yang bahasa Indonesia-nya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ada, yang jadi pandemi kan COVID-19," jelas Tjandra Yoga melalui keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Jumat, 6 Mei 2022.
"Hepatitis akut misterius ya memang sudah menyebar, tapi kita masih belum tahu ke depannya nanti bagaimana. Kalau kasusnya semakin membesar, sebelum menjadi pandemi, maka akan keluar dulu pembahasan untuk melihat apakah masuk PHEIC atau tidak."
Apabila sudah diamati lebih lanjut, baru diputuskan dari kategori PHEIC menjadi pandemi.
"Saya ambil contoh COVID-19. KLB COVID-19 pertama kali masuk tanggal 5 Januari 2020. Setelah 25 hari, terbit menjadi PHEIC. Sesudah itu tanggal 11 Maret baru dikatakan pandemi," lanjut Tjandra Yoga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ratusan Outbreak Belum Tentu Masuk Pandemi
Ditegaskan kembali oleh Tjandra Yoga Aditama, ada ratusan KLB yang dalam pemantauan WHO. Namun, dari jumlah banyak tersebut, belum tentu masuk kategori PHEIC dan menjadi pandemi.
"Outbreak lain ada juga, ada ratusan. Tapi belum tentu juga masuk PHEIC, apalagi (masuk kategori) pandemi ya belum tentu," tegasnya.
Bahkan dalam penentuan suatu penyakit masuk kategori KLB, ada beberapa pertimbangan khusus. Yang paling pertama adalah penyakitnya sudah jelas. Misalnya, malaria.
"Kedua, yang namanya outbreak itu kecurigaan dari awal terhadap suatu penyakit yang sudah jelas tadi. Diharapkan kita semua waspada," papar Tjandra Yoga, yang merupakan Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI.
"Pengalaman tahun 2022, outbreak yang menjadi pandemi cuma satu (yakni COVID-19). Padahal, banyak outbreak lain lebih dari 100 dalam setahun."
Adapun pertimbangan suatu penyakit masuk sebagai pandemi, terang Tjandra Yoga, yakni melihat penyebaran dan jenis penyakitnya termasuk baru.
"Kemudian penyakitnya itu terbilang berat sehingga menimbulkan masalah kesehatan yang luas. Contohnya, ada negara yang lumpuh akibat COVID-19," pungkasnya.
Advertisement
Lebih dari 200 Kasus Hepatitis Misterius
Sehubungan dengan Hepatitis Akut Berat yang belum jelas penyebabnya, data per 3 Mei 2022 WHO Kantor Amerika menyatakan, sudah ada lebih dari 200 kasus dari 20 negara di dunia.
Perkembangan kasus tersebut bermula dari pada 5 April 2022 WHO pertama kali mendapat notifikasi kasus ini dari Inggris, yang kemudian dimasukkan dalam Disease Outbreak News (DONs) WHO pada 15 April 2022, yang berbagai berita menyebutnya, sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO.
"Perlu kita ketahui bahwa kalau memang ada kasus penyakit apapun di dunia yang tidak seperti biasa, maka akan dimasukkan dalam Disease Outbreak News (DONs)," tulis Tjandra Yoga dalam pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com, Rabu (4/5/2022).
"Jadi, ini prosedur rutin di WHO untuk menyajikan informasi ke dunia tentang kejadian kesehatan masyarakat yang penting atau yang berpotensi menjadi hal yang penting."
Sepanjang April 2022, ada 10 penyakit Disease Outbreak News WHO, termasuk hepatitis akut misterius dengan laporan pertama 15 April di Inggris dan Irlandia. Kemudian pada 23 April di berbagai negara.
Kategori KLB Agar Kita Waspada
Tak hanya hepatitis akut misterius, Tjandra Yoga Aditama menyebut sejumlah KLB atau Disease Outbreak News (DONs) yang terjadi.
"Ada juga (outbreak) Ebola di Kongo, Japanese encephalitis di Australia, Salmoneum thypimurium di berbagai negara, Kolera di Malawi, Malaria di Somalia, Demam Kuning di Uganda, VDPV (vaccine derived polio virus) tipe 3 di Israel, dan MERS CoV di Saudia Arabia," imbuhnya.
"Jadi, ada banyak, bukan hanya hepatitis."
Artinya, penempatan penyakit tertentu di dalam Disease Outbreak News (DONs) justru dimaksudkan agar dunia mengetahui informasi awal dan menjadi perhatian bersama.
"Belum tentu berarti akan menjadi wabah luas dunia atau tidak. Tegasnya, kita jelas perlu waspada, tetapi tidak perlu juga menjadi panik tidak beralasan," tutup Tjandra Yoga.
"Di sisi lain, negara tentu perlu mengambil langkah antisipasi yang diperlukan. Masyarakat melakukan langkah kewaspadaan pada keluarga kita. Sementara itu, kita terus ikuti bukti-bukti ilmiah yang akan tersedia dalam hari-hari mendatang ini."
Advertisement