Liputan6.com, Jakarta - Ada empat kasus baru dengan dugaan hepatitis misterius atau hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya di Jakarta. Keempat anak tersebut kini tengah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
Terkait hal ini, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengatakan tengah memverifikasi atau melakukan pemeriksaan atas kasus dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya itu.
Advertisement
"Ada beberapa temuan kasus sekitar tiga hingga empat kasus, tapi masih diverifikasi," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengutip Antara pada Jumat (6/5/2022).
Nadia menjelaskan bahwa pasien tersebut mengalami gejala kuning pada kulit badan dan mata. Lalu sakit perut akut, diare akut, mual dan muntah. Serta penurunan kesadaran atau kejang, lesu.
Menurut Nadia, spesimen pasien telah dikirim ke Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) untuk keperluan penelitian.
Kemenkes dan Dinkes DKI Jakarta Lakukan Investigasi
Saat ini Kementerian Kesehatan dan jajarannya juga tengah melakukan proses investigasi pada tiga kasus anak meninggal dengan dugaan hepatitis akut misterius yang dirawat di RSCM.
Ketiganya datang dari rumah sakit rujukan dari Jakarta Timur dan Jakarta Barat.
Berdasarkan hasil investigasi kontak terhadap kasus yang meninggal dunia, ketiganya datang ke fasilitas kesehatan pada kondisi stadium lanjut, sehingga hanya memberikan sedikit waktu bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan pertolongan," kata Nadia.
Pada ketiga kasus ini, anak berusia 2 tahun belum memperoleh vaksinasi COVID-19, usia 8 tahun mendapatkan vaksinasi COVID-19 satu kali dan vaksin hepatitis lengkap, dan usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi COVID-19 dan hepatitis lengkap.
Menurut Nadia, ketiganya negatif COVID-19. Berdasarkan hasil investigasi juga didapati bahwa satu kasus memiliki penyakit penyerta.
“Sampai saat ini ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai penyakit hepatitis akut dengan gejala berat tadi, tetapi masuk pada kriteria pending klasifikasi, karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan terutama pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan," katanya.
Pencegahan
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab hepatitis akut ini pada anak. Dokter spesialis anak konsultan gastro hepatologi RSCM FKUI Hanifah Oswari menyebutkan bahwa dugaan awal disebabkan oleh Adenovirus, SARS CoV-2, virus ABV dan lain-lain. Virus tersebut utamanya menyerang saluran cerna dan saluran pernafasan.
Hanifah menyarankan agar orangtua meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan tindakan pencegahan. Langkah awal yang bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
"Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang, tidak menggunakan alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” jelas Peneliti di RSCM dan FK UI ini dalam keterangan pers pada Kamis, 5 Mei 2022.
Selain itu, untuk mencegah penularan Hepatitis Akut melalui saluran pernafasan dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 seperti memakai masker, menjaga jarak dan mengurangi mobilitas.
Advertisement
Jika Temukan Gejala Awal, Segera Bawa ke RS/Klinik
Hanifah meminta orangtua paham mengenai gejala awal dari penyakit hepatitis akut. Secara umum gejala awal penyakit hepatitis akut yakni:
- mual
- muntah
- sakit perut
- diare, kadang disertai demam ringan
Lalu, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna putih pucat.
Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, orang tua diminta segera memeriksakan anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan diagnosis awal.
“Bawalah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelematkannya sangat kecil,” kata Hanifah.
Jangan menunggu hingga muncul gejala kuning bahkan sampai penurunan kesadaran. Karena kondisi tersebut menunjukkan bahwa infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapatkan penanganan medis, maka momentum dokter untuk menolong pasien sangat kecil mengutip Sehat Negeriku.
Tidak Ada Kaitan dengan Vaksinasi COVID-19
Beredar juga di masyarakat kejadian hepatitis misterius dihubungkan dengan vaksinasi COVID-19. Hanifah dengan tegas mengatakan hal tersebut tidak benar.
Hingga saat ini, kata dia, belum ada bukti yang menunjukkan adanya kaitan hepatitis akut misterius dengan virus COVID-19.
"Kejadian ini dihubungkan dengan vaksinasi COVID-19 itu tidak benar, karena kejadian saat ini tidak ada bukti bahwa itu berhubungan dengan vaksinasi COVID-19," ujar Hanifah.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah pun telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology).
Hal tersebut dianggap sebagai upaya untuk meningkatkan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian isu hepatitis akut misterius yang terjadi pada anak.
Saat ini, Kemenkes RI juga telah menjadikan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso dan Laboratorium Fakultas Kedokteran UI sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen.
Pemerintah juga menganjurkan untuk tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan agar siap untuk melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi termasuk hepatitis akut misterius.
Advertisement