Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pengaruh dari mudik Lebaran 2022 terhadap angka kasus COVID-19 akan terlihat dalam 14 hari ke depan meski pihaknya berharap tidak ada kenaikan kasus signifikan imbas kepadatan saat mudik Lebaran.
"Saya enggak bisa jawab sekarang apakah ada kenaikan imbas diperbolehkannya mudik ini karena polanya tidak begitu. Menurut teori, kehebohannya hari ini lalu data kasusnya terlihat 14 hari kemudian," kata Ridwan Kamil saat ditemui di Pos Terpadu Mudik Lebaran Limbangan Garut, Jumat, dikutip Antara.
Advertisement
Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya akan tetap waspada selama sebulan ke depan mengantisipasi kenaikan kasus COVID-19. Sejauh ini dari pantauannya, ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan, khususnya memakai masker, masih tetap tinggi termasuk antusiasme mengikuti vaksinasi selama mudik Lebaran.
"Kami tetap akan bersiaga selama sebulan ke depan. Saya lihat ketaatan masyarakat juga masih tinggi," kata Kang Emil. Per hari ini data menunjukkan tingkat keterisian rumah sakit pasien COVID-19 di Jabar sangat rendah yakni berada di angka 0,8 persen.
Menurut Kang Emil, jika pascalibur Lebaran ini angka kasus COVID-19 masih landai atau ada kenaikan tapi tidak signifikan, maka transisi pandemi ke endemi akan semakin jelas.
"Kalau setelah 14 hari dari hari Lebaran kasus tetap landai, maka saya boleh klaim berarti sudah endemi," kata Kang Emil. Saat ini, arus balik sudah terjadi kepadatan yang luar biasa, tapi kasus COVID-19-nya tidak naik atau naik tidak signifikan karena tidak ada varian baru ditambah BOR rendah saat mudik," kata dia.
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Imbauan prokes
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito sebelumnya terus mengingatkan masyarakat untuk senantiasa waspada dan disiplin menegakkan protokol kesehatan (Prokes) dalam setiap kesempatan, terutama saat merayakan Idul Fitri 1443 H.
Pada masa ini, juga terjadi peningkatan mobilitas masyarakat yang mudik ke kampung halaman yang akan berdampak pada meningkatnya potensi penularan dari interaksi pemudik saat bersilaturahmi.
"Saya ingin kembali mengingatkan bahwa kita masih perlu untuk tetap waspada dengan senantiasa menegakkan disiplin protokol kesehatan dalam setiap aktivitas yang kita jalani," Wiku dalam Keterangan Pers, ditulis Sabtu (7/5/2022).
Sangat diharapkan dalam lebaran tahun ini, masyarakat seharusnya sudah belajar banyak dari pengalaman di tahun-tahun sebelumnya. Karena, kenaikan kasus kerap terjadi setelah periode libur panjang. Bahkan, akibatnya akan terjadinya gelombang kasus yang sejauh ini sudah terjadi sebanyak 3 kali di Indonesia. Dan semuanya terjadi paska periode libur panjang.
Setidaknya terdapat 3 hal yang menjadi dasar kehati-hatian yang harus dipahami masyarakat. Pertama, kegiatan silaturahmi saat Idul Fitri nanti, banyak melibatkan interaksi dengan kelompok rentan. Seperti kelompok lansia, anak-anak, dan penderita komorbid. Kedua, risiko lebih besar untuk terpapar virus bagi masyarakat setelah perjalanan jauh, serta mengunjungi fasilitas umum dengan kepadatan tinggi. Ketiga, keberadaan kasus tanpa gejala akan menjadi sumber penularan.
Sementara, pada masa lebaran tahun ini, masyarakat memiliki tanggung jawab lebih dalam mencegah penularan. Apalagi, Pemerintah telah melakukan penyesuaian kebijakan tidak lagi membatasi mobilitas masyarakat. Sehingga potensi peningkatan mobilitas masyarakat diprediksi terjadi dalam jumlah yang besar.
Untuk itu, masyarakat juga diharapkan melihat lagi pada pengalaman dari 3 lonjakan kasus yang lalu. Bahkan, lonjakan kasus tetap terjadi meskipun telah diterapkan kebijakan pembatasan mobilitas selama periode libur panjang, termasuk Idul Fitri di tahun sebelumnya.
Advertisement
Belajar dari kasus lalu
Lebih jelasnya, pada gelombang pertama paska periode Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Kasus positif melonjak hingga 3 kali lipat dengan puncaknya 14.500 kasus per hari. Diikuti lonjakan kematian berkisar 500 kasus per hari. Pada gelombang kedua, paska periode Idul Fitri pada Mei 2021, dan di tengah adanya varian Delta.
Kasus positif melonjak sangat tajam hingga pada 15 Juli 2021, kasus harian mencapai titik puncaknya hingga 57 ribu kasus per hari. Kenaikan kasus kematian juga mengikuti dengan kenaikan tertinggi mencapai lebih dari 2 ribu kasus per hari. "Baik angka kasus positif dan kematian di masa gelombang kedua ini, mencapai 4 kali lipat lebih tinggi dibanding puncak gelombang pertama," tegas Wiku.
Sementara, gelombang ketiga terjadi pasca periode Natal dan Tahun Baru 2022, di tengah adanya varian Omicron. Penambahan kasus positif mencapai puncaknya pada 16 Februari 2022 dengan 65 ribu kasus per hari. Bahkan angka ini melebihi rekor pada puncak gelombang dua. Yang sangat disayangkan, sebelumnya selama 4 bulan berturut-turut kasus terus melandai hingga titik terendah. Hanya saja, dibandingkan gelombang 1 dan 2, angka kematian tidak melonjak sebesar kedua gelombang sebelumnya.
Kasus bisa naik atau melandai
Melihat pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya, faktanya bahwa kasus masih bisa melonjak meskipun telah melandai cukup lama. Bahkan adanya penyesuaian kebijakan yang berbeda di tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Dari pengalaman ini juga, harus masyarakat dan berbagai pihak lainnya harus senantiasa berupaya agar kasus yang sudah berhasil ditekan saat ini, tidak naik lagi bahkan hingga memicu gelombang baru.
Masyarakat diharapkan tidak lupa bahwa saat ini masih dalam masa pandemi COVID-19. Tentunya, meningkatkan kewaspadaan dengan lebih berhati-hati dan jangan sampai merasa terlampau aman. Sehingga masyarakat malah melakukan hal-hal berisiko yang dapat menyebabkan lonjakan kasus.
Masyarakat diharapkan tetap bertanggung jawab dan disiplin memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mencuci tangan, menjadi kunci utama agar virus tidak meluas saat masa lebaran tahun ini. "Ingat, meskipun vaksin dapat menjaga kita dari keparahan gejala, risiko perawatan di rumah sakit, hingga kematian, namun virus yang ada di tubuh kita masih berpotensi menulari orang lain," imbau Wiku.
"Mari kita cegah agar jangan sampai kita terpapar virus sama sekali, dengan menerapkan disiplin protokol kesehatan. Mudik aman, jangan bawa virus pulang," pungkas Wiku.
Advertisement