WHO Catat 15 Juta Kematian Terjadi Akibat COVID-19 Sejak 2020

Para ilmuwan mengatakan ada antara 13,3 juta dan 16,6 juta kematian baik yang disebabkan langsung oleh virus corona atau dikaitkan dengan dampak pandemi pada sistem kesehatan selama waktu itu.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 07 Mei 2022, 19:00 WIB
Angka Kematian Pasien Covid-19 saat Isolasi Mandiri Melonjak

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Kamis bahwa perkiraan barunya menunjukkan jumlah kematian penuh yang terkait langsung atau tidak langsung dengan pandemi COVID-19 antara 1 Januari 2020, dan Desember 2021 adalah sekitar 14,9 juta.

Para ilmuwan mengatakan ada antara 13,3 juta dan 16,6 juta kematian baik yang disebabkan langsung oleh virus corona atau dikaitkan dengan dampak pandemi pada sistem kesehatan selama waktu itu.

Jumlah itu lebih dari dua kali lipat jumlah kematian resmi Universitas Johns Hopkins lebih dari 6 juta, dengan mayoritas kematian berlebih - dihitung sebagai perbedaan antara jumlah kematian yang telah terjadi dan jumlah yang diharapkan tanpa adanya pandemi. berdasarkan data sebelumnya – di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika.

"Sebagian besar kelebihan kematian (84%) terkonsentrasi di Asia Tenggara, Eropa dan Amerika. Sekitar 68% dari kelebihan kematian terkonsentrasi hanya di 10 negara secara global. Negara-negara berpenghasilan menengah menyumbang 81% dari 14,9 juta kelebihan. Kematian (53% di negara berpenghasilan menengah ke bawah dan 28% di negara berpenghasilan menengah ke atas) selama periode 24 bulan, dengan negara berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah masing-masing menyumbang 15% dan 4%," tulis pernytaan pers, dikutip Foxnews, Sabtu (7/5/2022).

Sebuah tim yang dipimpin oleh para peneliti Kanada memperkirakan bahwa ada lebih dari 3 juta kematian akibat virus corona yang tidak terhitung di India saja, sedangkan analisis baru WHO memperkirakan bahwa kematian yang tidak terjawab di India berkisar antara 3,3 juta hingga 6,5 ​​juta.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pemerintah India memperdebatkan catatan WHO

Memperdebatkan metodologi WHO, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India melabeli analisis itu sebagai "dipertanyakan," mengeluh bahwa perkiraan itu dirilis "tanpa cukup mengatasi kekhawatiran India."

Perkiraan untuk periode dua tahun mengkonfirmasi bahwa angka kematian global lebih tinggi untuk pria daripada wanita dan lebih tinggi di antara orang dewasa yang lebih tua.

Perkiraan tersebut merupakan hasil kolaborasi global yang didukung oleh kerja Kelompok Penasihat Teknis untuk Penilaian Kematian COVID-19 dan konsultasi negara.

Sementara banyak negara masih kekurangan kapasitas untuk surveilans kematian yang dapat diandalkan, dengan menggunakan metodologi yang tersedia untuk umum, WHO mengatakan negara-negara dapat menggunakan data mereka sendiri untuk menghasilkan atau memperbarui perkiraan mereka.

"Data yang serius ini tidak hanya menunjukkan dampak pandemi tetapi juga kebutuhan semua negara untuk berinvestasi dalam sistem kesehatan yang lebih tangguh yang dapat mempertahankan layanan kesehatan penting selama krisis, termasuk sistem informasi kesehatan yang lebih kuat," kata direktur jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"WHO berkomitmen untuk bekerja dengan semua negara untuk memperkuat sistem informasi kesehatan mereka untuk menghasilkan data yang lebih baik untuk keputusan yang lebih baik dan hasil yang lebih baik," lanjut Tedros.

WHO mengatakan belum dapat membedakan antara kematian langsung akibat COVID-19 dan lainnya yang disebabkan oleh pandemi, karena tidak ada yang memeriksa sertifikat kematian yang membuktikan hal ini.


Varian Delta banyak mengakibatkan kematian

Risiko seseorang meninggal dunia lebih tinggi bila terpapar virus penyebab COVID-19 varian Delta daripada Omicron. Hal ini diketahui dari penelitian yang pemerintah lakukan terhadap pasien COVID-19 di Indonesia.

"Kita sudah melakukan penelitian terhadap pasien COVID-19 yang meninggal. Sudah diamati bahwa yang kena Delta punya risiko empat kali lebih tinggi dibanding Omicron," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin.

Guna menekan angka pasien COVID-19 masuk rumah sakit serta meninggal, kata Budi, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan percepatan vaksinasi. Terbukti vaksinasi mampu mengurangi risiko masuk rumah sakit dan meninggal.

Selain masyarakat umum, Budi menyorot agar lansia segera melengkapi dosis vaksin COVID-19. Alangkah lebih baik bila sudah mendapatkan tiga dosis.

 

Infografis Abai Gejala Covid-19 pada Anak Picu Kematian

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya