Taliban: Wanita Afghanistan Harus Tutup Wajah Pakai Burkak di Tempat Umum

Taliban pada Sabtu memutuskan perempuan Afghanistan harus menutupi wajah mereka, dengan burkak atau burqa sebagai opsi ideal, menurut keputusan dari pemimpin tertinggi kelompok itu.

oleh Hariz Barak diperbarui 08 Mei 2022, 16:37 WIB
Aksi sekelompok wanita saat berunjuk rasa di Herat, Afghanistan, Kamis (2/9/2021). Para pengunjuk rasa mendesak Taliban menghormati hak-hak kaum perempuan, termasuk menempuh pendidikan. (AFP Photo)

Liputan6.com, Kabul - Taliban pada Sabtu memutuskan perempuan Afghanistan harus menutupi wajah mereka, menurut keputusan dari pemimpin tertinggi kelompok itu.

Pengumuman ini menandai sebuah eskalasi pembatasan yang meningkat pada perempuan di depan umum yang menarik reaksi dari masyarakat internasional dan banyak warga Afghanistan.

Seorang juru bicara Kementerian Penyebaran Kebajikan dan Pencegahan Wakil membaca keputusan dari pemimpin tertinggi kelompok itu Hibatullah Akhundzada pada konferensi pers di Kabul, mengatakan bahwa ayah seorang wanita atau kerabat laki-laki terdekat akan dikunjungi dan akhirnya dipenjara atau dipecat dari pekerjaan pemerintah jika seorang perempuan-nya tidak menutupi wajahnya di luar rumah.

Mereka menambahkan penutup wajah yang ideal adalah burkak atau burqa biru yang menutup semua tubuh, yang menjadi simbol global rezim garis keras Taliban sebelumnya dari tahun 1996 hingga 2001, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari MSN News, Minggu (8/5/2022).

Sebagian besar wanita di Afghanistan mengenakan jilbab karena alasan agama, tetapi banyak di daerah perkotaan seperti Kabul tidak menutupi wajah mereka.

Kelompok ini telah menghadapi tekanan balik yang kuat, yang dipimpin oleh pemerintah Barat tetapi bergabung dengan beberapa ulama dan negara-negara Islam karena meningkatnya batas-batas mereka pada hak-hak perempuan.

Sebuah kemunduran yang mengejutkan pada bulan Maret di mana kelompok itu menutup sekolah menengah anak perempuan pada pagi hari yang akan dibuka menarik kemarahan masyarakat internasional dan mendorong Amerika Serikat untuk membatalkan pertemuan yang direncanakan untuk mengurangi krisis keuangan negara.

 


Negara Barat Memotong Bantuan untuk Afghanistan

Beberapa Jam Dibuka, Taliban Tutup Lagi Sekolah Perempuan Afghanistan

Washington dan negara-negara lain telah memotong bantuan pembangunan dan memberlakukan sanksi ketat terhadap sistem perbankan, sejak Taliban mengambil alih pada bulan Agustus, mendorong negara itu menuju kehancuran ekonomi.

Taliban mengatakan telah berubah sejak terakhir kali memutuskan ketika melarang pendidikan anak perempuan atau perempuan meninggalkan rumah tanpa kerabat laki-laki dan perempuan diharuskan mengenakan penutup wajah mereka.

Namun dalam beberapa bulan terakhir pemerintah telah meningkatkan pembatasan pada wanita termasuk aturan yang membatasi perjalanan mereka tanpa pendamping laki-laki dan melarang pria dan wanita mengunjungi taman pada saat yang sama.

Selain itu, industri opium dilaporkan terus-terusan meroket di Afghanistan. Proses pembuatan narkoba di negara itu disebut beroperasi terang-terangan di area padang pasir.

Hal itu diungkap oleh The Washington Post yang menyebut industri opium di Afghanistan berkembang secara besar-besaran. Para pakar dan pejabat dari negara-negara Barat lantas khawatir bahwa Afghanistan bisa menjadi eksportir besar di dunia.

Para pemain industri opium di Afghanistan menggunakan tanaman ephedra.

Menurut laporan TOLO News, Rabu (4/5/2022), pihak pemerintah Taliban masih belum berkomentar atas laporan tersebut.

Pakar ekonomi Afghanistan, David Mansfield, menjelaskan bahwa lab untuk opium terpantau sangat sibuk dalam beberapa bulan terakhir karena banyaknya ephedra yang masuk.

Namun, mantan pejabat pemerintah dalam urusan narkoba mengakui bahwa bisnis narkoba bertambah di Afghanistan.

"Sebagaimana disebut di Washington Post, bisnis narkoba di Afghanistan telah meningkat," ujar Ibrahim Zahra, mantan deputi Kementerian Pengendalian Narkotika.

 


Taliban Memelihara Industri Opium?

Secara resmi, pemerintahan Taliban telah melarang budidaya opium. Namun, realitanya para petani masih terlibat di bisnis ini. Para analis menilai industri narkoba lebih umum di provinsi-provinsi yang berada dekat Iran dan Pakistan. Para petani di provinsi Uruzgan yang lokasinya berada di tengah Afghanistan juga dilaporkan masih menanam bunga opium (poppy). Analis politik, Samar Sadat, berkata industri narkoba masih berpengaruh kepada terorisme di Afghanistan, sehingga ini menjadi tantangan dari segi keamanan dan ekonomi. Sebelumnya dilaporkan, polisi anti-narkotika Afghanistan telah menangkap seorang pengedar narkoba dan menyita 300 kg opium di provinsi Takhar utara. Informasi penangkapan ini dikonfirmasi oleh pemerintah sementara yang dipimpin Taliban, Minggu (10/4). Polisi melakukan penangkapan di distrik Kalafgan di provinsi tersebut dan menyita 300 kg opium dari pelakunya, katanya dalam sebuah pernyataan. Pemerintah sementara yang dipimpin Taliban Afghanistan telah berjanji untuk memerangi penanaman opium dan perdagangan opium di negara Asia yang dilanda perang itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya