Covid-19 Diprediksi Meningkat Usai Mudik Lebaran, Kepala BIN: Pemerintah Sudah Siapkan Semua Skenario

Pemerintah percaya, pelonggaran mudik setelah dua tahun dibatasi merupakan langkah yang tepat. Berbagai indikator penanganan pandemi memang sudah mendukung.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 08 Mei 2022, 13:20 WIB
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jendral Polisi (Purn) Budi Gunawan 

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menyiapkan sejumlah strategi guna mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pasca arus mudik 2022. Berdasarkan data, sekitar 85 juta pemudik kembali ke kota masing-masing.

"Pemerintah siap dengan semua skenario. Meskipun, kita cukup percaya bahwa kebijakan pelonggaran mudik tahun ini sudah tepat, risikonya cukup terukur dan termitigasi dengan baik,” kata Kepala Badan Intelijen Negara (KABIN) Jend Pol Purn Budi Gunawan dalam keterangan tertulis, Minggu (8/5/2022). 

Budi menerangkan, pemerintah telah mematangkan prosedur penanganan jika terjadi lonjakan kasus penularan Covid-19. Fasilitas-fasilitas kesehatan, SDM, obat, serta peralatan juga disiagakan. 

"Bisa dibayangkan betapa tingginya intensitas interaksi sosial yang berlangsung selama libur Lebaran ini, dan betapa tinggi risikonya bila tidak termitigasi dengan baik sejak awal,” kata Budi Gunawan, yang merupakan penggagas Medical Intelligence di Tanah Air.

Pemerintah percaya, pelonggaran mudik setelah dua tahun dibatasi merupakan langkah yang tepat. Berbagai indikator penanganan pandemi memang sudah mendukung. 

Sebulan lebih jelang mudik, tren perbaikan status pandemi berlangsung konsisten. Setelah mencapai puncak gelombang ketiga pada 16 Februari 2022 (64.718 kasus harian), kasus harian terus mengalami penurunan, diiringi dengan tren kenaikan jumlah pasien sembuh harian yang selalu lebih tinggi. 

Positivity rate terus turun dan stabil di bawah 5%, sesuai standar aman WHO. Tingkat keterisian (BOR) rumah sakit yang sempat di atas 60% juga semakin melandai tinggal satu digit. Dan yang paling melegakan, sero survei pada Maret 2022 menunjukkan, 99,2% penduduk telah memiliki antibodi yang baik, sekitar 7.000-8.000. 

"Hal ini menunjukkan, kombinasi antara percepatan vaksinasi dan pengendalian sosial tanpa lockdown total yang diinstruksikan Presiden terbukti berhasil,” ujar dia. 

“Pada skenario terbaik, yaitu tidak muncul varian baru yang lebih ganas dibanding Delta, maka kita percaya sudah berada di jalur yang tepat menuju akhir pandemi, lalu bertransisi menuju endemi.” imbuh dia.

 


Kembangkan Medical Intelligence

Vaksinasi Booster COVID-19 di Pasar Palmerah

Budi menjelaskan vaksinasi dan dosis booster harus dilanjutkan. Begitu pun prosedur kesehatan, harus dibudayakan.

Dua hal ini akan menjadi bagian dari hidup kita, karena baik pada masa pandemi maupun endemi, sesungguhnya hidup bersama dengan virus Corona.

Bedanya, di masa endemi nanti, Indonesia memiliki lebih banyak kesempatan untuk membangun kemandirian vaksin, obat-obatan, serta mengembangkan medical intelligence untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya virus atau biopatogen lain. 

"Menghadapi pandemi selama hampir tiga tahun cukup memberikan pelajaran bagi kita untuk membangun kemandirian ini, termasuk antisipasi dampak ikutan seperti long covid dan fenomena hepatitis akut pada anak dan remaja yang pasukan medical intelligence kami monitor perkembangannya setiap hari baik global maupun lokal” tegas dia.

Infografis Amankah Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya