Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) meminta Pemerintah untuk memasukan sektor perdagangan ritel ke sektor prioritas. Hal itu disampaikan Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey, dalam acara Nasib industri ritel pasca lebaran, Senin (9/5/2022).
“Saat ini tentunya yang masih kami harapkan dan diperlukan bagaimana ritel bisa menjadi sektor prioritas,” kata Roy.
Advertisement
Dia mengungkapkan, hingga kini pada APBN 2022 Pemerintah tidak memasukkan sektor perdagangan ritel ke sektor prioritas. Tercatat yang masuk sektor prioritas diantaranya ada sektor energi, sektor pangan, dan sektor pariwisata.
“Tapi sektor pariwisata sudah 3 tahun berturut-turut masuk sektor prioritas. Padahal sektor konsumsi (perdagangan ritel) jauh lebih penting, pembentuk PDB kita tahun lalu 55,6 persen itu di dapat dari konsumsi rumah tangga,” jelasnya.
Menurutnya perlu sektor perdagangan ritel menjadi sektor prioritas, supaya pihaknya bisa mendapatkan alokasi yang diperlukan seperti subsidi upah, subsidi listrik. Roy mengungkapkan hingga saat ini pihaknya tidak mendapatkan subsidi apapun.
“Sampai hari ini kita tidak mendapat subsidi apapun, kecuali subsidi PPN sewa dan itu sudah selesai dan itu hanya berlaku bagi ritel yang ada d dalam mall, kalau ritel yang stand alone itu tidak pernah dapat,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya sangat berharap sektor perdagangan ritel bisa menjadi sektor prioritas, sama seperti sektor pariwisata dan sektor lainnya, karena sama-sama sebagai penggerak ekonomi.
Lebih lanjut, Roy menyebutkan terdapat 3 strategi Aprindo agar tetap bertahan selama pandemi yang telah berlangsung 2 tahun. Diantaranya, pertama, melakukan efisiensi. Kedua, berusaha menggandeng kemitraan-kemitraan, baik itu kemitraan sesame ritel maupun kemitraan dengan marketplace.
Ketiga, “(Kerjasama) dengan pihak asing sebagai pembelian saham. Ini beberapa hal yang membuat kita terus bertahan disamping kita ketahui equity yang terpakai pada 2 tahun lalu sedang diupayakan kembali dengan kolaborasi dan akuisisi dan penambahan modal kerja,” ujarnya.
Dia menegaskan, upaya-upaya tersebut diusahakan sendiri oleh masing-masing perusahaan ritel, yang artinya belum ada bantuan dan dukungan apapun dari Pemerintah.
“Maka kami menyuarakan agar sektor ritel menjadi sektor prioritas karena memberi kontribusi langsung pada PDB,” pungkasnya.
Riset Danareksa: Sektor Ritel Makin Menjanjikan di 2022
Sebelumnya, pemulihan ekonomi Indonesia diprediksi akan berlanjut di 2022. Atas dasar ini, perdagangan ritel diprediksi menjadi sektor yang masih cukup menjanjikan untuk dikembangkan pada 2022, sejalan dengan besarnya potensi peningkatan daya beli masyarakat.
Chief Economist Danareksa Research Institute (DRI) Rima Prama Artha dalam keterangannya di Jakarta, Senin mengatakan bahwa tren bisnis dan investasi 2022 sektor ritel yang mengarah pada usaha penjualan bahan pokok/sembako, tanaman, buku, gim, dan lain-lain, produk perawatan diri, peralatan kesehatan, peralatan pendukung work from home atau school from home.
"Selanjutnya, potensi bisnis juga pada bisnis makanan jadi, industri kreatif, digital marketing, jasa desain portfolio media sosial, jasa tutorial bimbingan belajar, content creator, serta perantara ritel," katanya seperti dikutip dari Antara, Senin (17/1/2022).
Dalam mengampanyekan peluang investasi dan bisnis ini, PT Danareksa (Persero) melakukan Talkshow Danareksa Keliling (Darling) bertajuk "FUNDtastic: Ngobrolin Peluang Bisnis dan Investasi di Tahun 2022".
Advertisement
Tren Bisnis dan Investasi 2022
Corporate Secretary Danareksa Putu Dewika Angganingrum mengatakan, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dan investasi, Danareksa sangat peduli terhadap literasi keuangan generasi milenial saat ini.
Selain memberikan edukasi literasi keuangan, turut dipaparkan pula hasil riset DRI terbaru trekait tren bisnis dan investasi di tahun 2022.
"Ini merupakan wujud komitmen aktif Danareksa dalam mendukung pemerintah meningkatkan literasi keuangan milenial dan pelaku usaha mikro kecil sesuai instruksi Presiden Joko Widodo. Kegiatan ini diharapkan dapat membuka wawasan milenial dan pelaku UMK tentang cara mengelola keuangan pribadi maupun bisnis di era post-COVID-19," kata Dewika.