HEADLINE: Waspada Ancaman Hepatitis Akut Misterius pada Anak, Antisipasi Seperti Apa?

Kasus hepatitis akut misterius mulai menghantui Indonesia. Kemenkes RI sudah mengumumkan kepada masyarakat agar lebih waspada usai ada tiga anak meninggal dengan dugaan hepatitis akut misterius di RSCM Jakarta baru-baru ini.

oleh Dyah Puspita WisnuwardaniBenedikta DesideriaFitri Haryanti HarsonoDiviya Agatha diperbarui 10 Mei 2022, 00:01 WIB
Tiga anak dirawat di RSCM meninggal dunia dengan dugaan sakit hepatitis akut misterius. Hingga sekarang belum diketahui penyebab penyakit yang bila tidak ditangani cepat bisa menyebabkan anak butuh cangkok hati atau alami kematian. Ilustrasi Hepatitis akut (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 belum berlalu, dunia kembali dibuat ketar-ketir dengan kehadiran penyakit hepatitis akut misterius. Penyakit ini masih belum diketahui penyebabnya, tapi yang pasti sudah menyerang anak usia nol hingga 16 tahun, bahkan hingga harus kehilangan nyawanya.

Data Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mencatat sudah lebih dari 20 negara yang melaporkan kasus hepatitis akut yang masih misterius penyebabnya. WHO sendiri menyebutnya dengan Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology).

WHO menyatakan kejadian luar biasa (KLB) atau outbreak hepatitis akut misterius di Eropa pada 23 April 2022. Selang beberapa hari tepatnya pada 27 April 2022 Indonesia menemukan tiga kasus anak dengan dugaan kondisi tersebut. 

Singapura pada 30 April 2022 mengumumkan kepada publik temuan kasus bayi 10 bulan alami hepatitis akut misterius. Selang sehari, tepatnya pada Sabtu, 1 Mei 2022 pemerintah Indonesia melaporkan ke publik temuan kasus penyakit yang diduga hepatitis misterius. 

Di tengah suasana libur Lebaran, Kemenkes meminta masyarakat waspada setelah ada tiga anak meninggal dunia dengan dugaan hepatitis akut misterius.

Ketiga anak dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya itu meninggal dunia saat dirawat di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Gejala yang ditemukan pada ketiga pasien tersebut adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang dan penurunan kesadaran.

Ketiga anak tersebut dirujuk dari rumah sakit yang berada di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Namun, karena kondisi tidak membaik lalu dirujuk ke RSCM. Mereka meninggal dunia dalam kurun waktu yang berbeda, antara pertengahan April hingga 30 April 2022.

"Ketiganya datang ke fasilitas kesehatan pada kondisi stadium lanjut, sehingga hanya memberikan sedikit waktu bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan pertolongan," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi dalam keterangan pers daring pada 5 Mei 2022.

Kementerian Kesehatan RI sedang berupaya untuk melakukan investigasi penyebab kejadian hepatitis akut ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap. Lalu, Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan penyelidikan epidemiologi lebih lanjut.

Di tengah-tengah investigasi menyeruak kembali dugaan hepatitis akut pada empat anak di Jakarta. Mereka tengah menjalani perawatan di RSPI Sulianti Saroso Jakarta.

Tak lama, santer terdengar kasus serupa di Surabaya, Jawa Timur. Teranyar di Tulungagung, Jawa Timur. 

Nadia menyebut kasus di Tulungagung saat ini masih masuk Pending Classification. Pengujian di laboratorium untuk pemeriksaan hepatitis E tengah dilakukan.

Pada konferensi pers Senin, 9 Mei 2022 sore, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyebut ada 15 kasus anak dengan kasus hepatitis akut.

"Sampai sekarang di Indonesia ada 15 kasus," kata Budi.


Kenapa Disebut Hepatitis Misterius?

Infografis Waspada Ancaman Hepatitis Akut Misterius pada Anak.

Kasus hepatitis akut pada anak-anak ini pertama kali dilaporkan oleh Inggris yang kemudian ditemukan pula pada belasan negara lain. Anak-anak yang mengalaminya berusia antara 1 bulan hingga 16 tahun.

Sejauh ini, tes virus hepatitis A, B, C, D, atau E pada kasus tersebut tidak ada yang menunjukkan hasil positif, yang menunjukkan patogenesis baru. 

Kasus hepatitis akut di Indonesia sebetulnya sudah banyak, seperti disampaikan dokter spesialis anak konsultan gastro hepatologi Dr dr Hanifah Oswari yang juga merupakan lead scientist untuk kasus hepatitis akut misterius di RSCM FKUI. Namun, pada kasus hepatitis akut berat yang saat ini ditemukan di beberapa negara di dunia dan diduga termasuk di Indonesia belum diketahui penyebabnya.

"Tapi, khusus untuk hepatitis yang banyak dibicarakan ini (hepatitis misterius), karena kita belum ketahui penyebabnya. Biasanya yang datang (hepatitis akut) tidak seberat yang kita temukan dan datang dalam waktu yang bersamaan secara cepat," katanya.

"Umumnya datangnya karena penyebab hepatitis A, B, C, D, dan E. Tapi kasus yang ini (hepatitis misterius) bukan disebabkan oleh virus hepatitis A, B, C, D dan E. Terlebih lagi, lebih khususnya menyerang anak-anak di bawah 16 tahun, tapi lebih banyak lagi di bawah 10 tahun." 

Kasus Hepatitis akut yang tidak diketahui etiologi atau penyebabnya juga masih terus diinvestigasi oleh WHO. Terlebih, penyebab hepatitis misterius tidak terdapat infeksi dari virus Hepatitis A, B, C, D, dan E.

"Ya, jenis kelima virus hepatitis yang kita ketahui sudah disingkirkan dan juga bukan disebabkan oleh penyakit-penyakit lain, seperti autoimun, obat-obatan, kelainan bawaan. Semua itu tidak ada (tidak terdeteksi pada kasus hepatitis misterius)," jelas Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro - Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Muzal Kadim.

"Makanya, disebut sebagai unknown hepatitis ya memang sedang dicari penyebabnya, sedang diteliti."

Dugaan awal, kasus hepatitis akut misterius memiliki keterkaitan dengan virus SARS-CoV-2, Adenovirus F41, dan virus ABV. Virus-virus tersebut umumnya menyerang saluran napas dan saluran cerna. Namun, hingga kini kemungkinan tersebut masih dalam tahap penelitian.

Sejauh ini diketahui belum ada kasus hepatitis akut yang menimpa orang dewasa. Laporan kasus dari berbagai negara masih mencatat, tertua adalah usia 16 tahun.

"Dari laporan-laporan (hepatitis akut misterius) pada banyak negara yang sudah diteliti bahwa kasus yang tertua itu (usianya) 16 tahun. Jadi, tidak ada yang lebih dari 16 tahun," terang Hanifah saat Press Conference: Update Perkembangan Kasus Hepatitis Akut di Indonesia pada Kamis, 5 Mei 2022 di Jakarta.

"Dan ternyata kebanyakan itu di bawah 10 tahun. Bahkan Inggris mengatakan, lebih banyak kasus pada anak-anak di bawah 5 tahun. Memang kelihatannya sampai saat ini, penyakit hepatitis akut misterius mengenai anak-anak saja."


Gejala Awal yang Patut Diwaspadai

Kenali Gejala Hepatitis Akut pada Anak

Tidak sedikit masyarakat yang jadi was-was dengan penyakit yang masih misterius itu. Priska, ibu satu anak berusia 3 tahun misalnya. Ia jadi kembali membatasi aktivitas buah hatinya di luar rumah.

"Baru juga lega karena COVID-19 terkendali, eh ada penyakit misterius lagi. Jadi, ya mending enggak usah main di luar rumah atau jajan dulu," katanya pada Liputan6.com.

Sementara itu, Bayu yang merupakan ayah dua anak penasaran dengan penyebab penyakit tersebut. Ia pun mengikuti saja anjuran dari pemerintah.

"Penasaran sih sebenarnya apa ya penyebabnya. Ini kan baru ya," kata dia.  

Terkait kegelisahan pada orangtua, Nadia pun mengatakan agar para ayah dan ibu tetap tenang.

“Selama masa investigasi, kami menghimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang," pesan Nadia.

Hal yang perlu diketahui orangtua adalah mengetahui gejala pada hepatitis akut misterius. Waspadai ketika anak mengalami muntah hingga bagian mata menguning. Sebagian besar gejala hepatitis akut misterius adalah gejala pada saluran cerna seperti kata Muzal. 

"Sebagian besar adalah gejala saluran cerna, biasanya anaknya muntah, diare, sakit perut, demam, karena infeksi sering disertai demam," ujar Muzal dalam tanya jawab virtual dengan media, Sabtu, 7 Mei 2022.

Gejala lebih lanjut dari infeksi hepatitis misterius berupa bagian tubuh seperti mata menguning dan akan menyebar ke badan jika sudah masuk dalam kategori gejala berat.

"Lalu lebih lanjut lagi ada kuning. Biasanya di kelopak mata itu, di sklera. Jadi kalau kelopak matanya ditarik di sklera mata yang putih itu jadi kuning," Muzal menuturkan.

Selanjutnya, kuning tersebut bisa berlanjut ke area badan bila kondisi sudah lebih berat. Lalu, urine pun berubah warna menjadi kecoklatan seperti air teh. Kondisi tersebut kemudian bisa beralih pada hepatitis fulminan, kondisi di mana hati menjadi gagal berfungsi. Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan gagal hati akut.

"Hepatitis fulminan bisa menyebabkan kesadaran menurun. Itu kalau sel-sel hatinya sudah banyak yang rusak. Jadi tergantung derajatnya," kata Muzal.

"Kalau rusaknya makin berat, gejalanya makin berat. Bahkan bisa menurunkan kesadaran, kejang, kalau tidak tertangani bisa menimbulkan kematian," tambahnya.

Oleh karena itu, sejak awal orangtua harus sudah waspada terkait gejala-gejala tersebut. Sehingga bisa langsung melakukan tindakan pertolongan dengan cepat.

"Pada gejala-gejala tadi, baiknya diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan. Hepatitis kalau awal-awal itu belum bisa dilihat kuningnya. Kalau kuning sudah lebih lanjut, jadi (lakukan) pemeriksaan darah itu," ujar Muzal.

Pemeriksaan darah dapat dilakukan guna melihat kadar enzim hati apakah mengalami peningkatan atau tidak.

Jika tidak segera tertangani, pada tahap selanjutnya, kesadaran anak bisa menurun ketika sel-sel hati sudah banyak yang rusak. Kerusakan sel hati yang besar akan semakin memperparah gejala, bahkan hingga mengakibatkan kejang dan jika tidak ditangani bisa menyebabkan kematian.

Muzal mendorong orangtua untuk segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan rumah sakit jika anak mengalami gejala hepatitis akut.

"Oleh karena itu, sejak awal, sejak dini sebaiknya kita sudah waspada kalau mendapatkan kasus-kasus dengan gejala saluran cerna yang dicurigasi seperti muntah, diare, sakit perut, demam kemudian kuning, air kencing berwarna tua seperti air teh. Itu merupakan tanda-tandanya, segera dibawa ke rumah sakit untuk pertolongan," jelas Muzal. 

Pesan serupa juga disampaikan Hanifah Oswari. Pria berkacamata itu mengingatkan agar orangtua tidak menunggu hingga muncul gejala kuning dan anak mengalami penurunan kesadaran. Kondisi tersebut, kata Hanifah, menunjukkan infeksi hepatitis sudah sangat berat. Jika terlambat mendapat penanganan medis, maka kesempatan dokter untuk menolong pasien sangat kecil.

"Bawalah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelamatkannya sangat kecil," kata Hanifah.

Perlu ada kerja sama yang solid antara orangtua, tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan agar bisa menemukan gejala hepatitis akut sedini mungkin agar anak segera mendapat pertolongan medis.

Anak lebih rentan terhadap hepatitis akut, kata Muzal, karena belum mempunyai sistem imun yang sempurna. Terutama anak-anak berusia di bawah enam tahun, seperti banyak kasus hepatitis akut yang ditemukan di beberapa negara. 


Cegah Anak Terinfeksi Hepatitis Akut

Infografis Ragam Tanggapan Ancaman Hepatitis Akut Misterius pada Anak. 

Beberapa langkah mencegah anak terinfeksi hepatitis akut bergejala berat yang penyebabnya belum diketahui dengan:

  • menjaga kebersihan diri dan lingkungan
  • mengonsumsi makanan yang terjamin kebersihannya
  • rajin mencuci tangan
  • tidak berbagi alat makan dengan orang lain.

Hepatitis akut, jelas Muzal, sebagian besar ditularkan lewat saluran cerna atau mulut melalui tangan yang terkontaminasi virus. Selain melalui tangan, virus juga bisa masuk melalui makanan, minuman, dan alat makan.

Muzal pun menjelaskan, ada dugaan penularan hepatitis terjadi lewat droplet atau percikan air liur.

"Sampai saat ini yang bisa dilakukan yang paling baik adalah pencegahan penularan lewat oral seperti cuci tangan, kebersihan dari makanan, sanitasi. Kemudian, mencegah pada kasus-kasus yang sudah ada gejala, misalnya muntah, diare, sakit perut, kita menghindari supaya tidak kontak lewat tangan dan yang masuk ke dalam mulut," jelasnya.

Protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak pun dianjurkan tetap dilakukan guna mengurangi risiko penularan hepatitis akut maupun COVID-19.

Menjaga higienitas atau kebersihan dianggap dapat membantu untuk mencegah adanya penularan virus hepatitis misterius. Terkait asupan makanan, Muzal mengungkapkan makanan terbaik bagi anak adalah makanan yang disiapkan sendiri, terutama pada bayi. 

Dalam mempersiapkan makanan dan minuman untuk anak, orangtua juga diingatkan untuk menjaga kebersihan. Serta jangan menggabungkan sendok dan alat makan anak.

Apabila memungkinkan, Muzal menyarankan untuk merebus air minum yang akan dikonsumsi untuk meminimalisisasi adanya kontaminasi bakteri atau kotoran. 


Gerak Cepat Kementerian Kesehatan

Menyikapi dugaan hepatitis akut telah masuk ke Indonesia, Kementerian Kesehatan RI bergerak cepat mengambil langkah-langkah strategis mencegah penyebaran kasus. Salah satunya dengan memperkuat fasilitas kesehatan (faskes).

"Penguatan faskes dengan adanya rumah sakit rujukan untuk penanganan kasus hepatitis akut yang berat seperti Rumah Sakit Sulianti Saroso. Termasuk pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis pasti terkait penyebab hepatitis akut berat ini," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi seperti dikutip dari YouTube Kementerian Kesehatan.

Kementerian Kesehatan telah menunjuk Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen hepatitis akut.

"Karena ada banyak hal yang perlu diinvestigasi, baik itu penyebab dari virusnya sendiri, juga mengapa mendadak banyak anak-anak yang terkena. Bukan hanya di satu negara, tapi di banyak negara sekaligus," katanya.

"Saya kira informasi-informasi ini juga diantisipasi oleh pemerintah untuk kita bisa tahu lebih banyak mengenai keadaan ini dan penyebabnya," kata Hanifah.

Selain itu, Kementerian juga telah mengirimkan surat kewaspadaan kepada Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota yakni Surat Edaran Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya.

Hal ini sebagai upaya peningkatan kewaspadaan, pencegahan, dan pengendalian infeksi hepatitis akut pada anak. Harapannya setiap kasus yang memiliki gejala serupa dengan hepatitis akut misterius segera dilaporkan.


Indonesia Selidiki Kasus Bersama WHO, AS dan Inggris

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers tentang hepatitis akut misterius. 

Guna menyelidiki kasus hepatitis akut yang masih misterius penyebabnya Indonesia menjalin kerja sama dengan WHO, Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat (AS), dan Public Health England - UK Health Security Agency (UKHSA) Inggris.

"Sekarang penelitian sedang dilakukan bersama-sama oleh Indonesia yang bekerja sama dengan WHO. Kita juga bekerja sama dengan Amerika dan Inggris untuk bisa mendeteksi secara cepat penyebab penyakit ini apa," terang Budi Gunadi saat memberikan Keterangan Pers Bersama Menteri Kabinet Indonesia Maju di Kantor Presiden Jakarta pada Senin, 9 Mei 2022.

Diskusi mengenai hepatitis akut yang disebut Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology) juga sudah dilakukan Indonesia bersama Amerika dan Inggris. Disimpulkan bahwa penyebab virus belum diketahui secara pasti.

"Kami sendiri sudah melakukan koordinasi dan diskusi dengan teman-teman dari CDC Amerika dan juga Inggris sehari sesudah Lebaran 2022," jelas Budi Gunadi.

"Dan kami sudah mendapatkan banyak informasi dari mereka. Ya, memang kesimpulannya, belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan penyakit hepatitis akut ini."


Sebaran Kasus Hepatitis Akut Misterius di Dunia

Temuan kasus hepatitis akut misterius pertama kali dilaporkan oleh Inggris pada April 2022.

Bila di Indonesia dan Singapura kasus hepatitis akut misterius dilaporkan akhir April 2022 berbeda halnya dengan Skotlandia bagian tengah. WHO pertama kali menerima laporan ada 10 kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology) dari sana pada 5 April 2022.

Di sana kasus tersebut menyerang anak usia 11 bulan hingga lima tahun seperti mengutip keterangan resmi WHO.

"Sembilan dari 10 kasus di Skotlandia bagian tengah mengalami gejala di Maret 2022. Satu kasus lainnya muncul gejala pada Januari 2022," kata WHO.

Gejala yang dialami meliputi penyakit kuning, diare, muntah, dan sakit perut. Sepuluh kasus tersebut terdeteksi saat dirawat di rumah sakit.

Lalu, pada 8 April ada 74 kasus serupa terindentifikasi di Inggris. Kasus di Inggris terus bertambah hingga menurut laporan WHO per 21 April 2022 sudah ada 114 kasus. Sementara itu, menurut Badan Kesehatan Inggris (UK Health Security Agency (UKHSA)) hingga 3 Mei di negara tersebut sudah ada 163 kasus anak terpapar kasus hepatitis akut.

Selain Inggris, berikut negara dan jumlah kasus hepatitis akut misterius yang sudah dilaporkan ke WHO per 21 April 2022

Spanyol: 13 kasus

Israel: 12 kasus

Amerika Serikat: 9 kasus

Denmark: 6 kasus

Irlandia: kurang dari 5 kasus

Belanda: 4 kasus

Italia: 4 kasus

Norwegia: 2

Prancis: 2

Rumania:1

Belgia: 1

Sementara itu, data terakhir yang dimiliki WHO adalah ada 228 kasus probable hepatitis akut misterius yang dilaporkan puluhan negara. Hal ini disampaikan Juru Bicara WHO Tarik Jasarevic saat konferensi pers di Jenewa, Selasa, 3 Mei 2022.

"Per 1 Mei, paling tidak ada 228 kasus probable yang dilaporkan ke WHO dari 20 negara," kata Tarik mengutip NY Post.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya