Meta Suntik Modal Rp 43 Miliar ke Startup Konsultasi Kesehatan Mental Ami

Perusahaan induk Facebook, Meta memberikan dukungan dana Rp 43,6 miliar ke platform layanan konsultasi kesehatan mental, Ami.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 10 Mei 2022, 14:00 WIB
Facebook meluncurkan tanda Meta baru mereka di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, Kamis, 28 Oktober 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Startup platform layanan konsultasi kesehatan mental yang berbasis di Singapura dan Jakarta, yakni Ami, menjadi perusahaan di kawasan Asia-Pasifik yang mendapat dukungan pendanaan dari Meta.

Dilansir dari Forbes, Selasa (10/5/2022) Ami telah mengantongi pendanaan senilai USD 3 juta atau setara Rp 43,6 miliar dalam putaran tahap awal dari New Product Experimentation (NPE), Goodwater Capital, Strong Ventures, January Capital dan Collaborative Fund.

Sebagai informasi, New Product Experimentation merupakan salah satu divisi yang dibentuk oleh induk perusahaan Facebook, Meta.

Keterlibatan NPE dalam putaran pendanaan Ami pun menjadi investasi pertama Meta di startup early stage di Asia Pasifik.

Suntikan modal itu diperoleh Ami beberapa bulan setelah meluncurkan platform versi Beta.

Platform ini memanfaatkan aplikasi pengiriman pesan Whatsapp sebagai medium komunikasi untuk layanan konselingnya.

"Kami terkesan dengan semangat dan bakat tim Ami dan kami berharap dapat mendukung mereka saat membangun layanan di WhatsApp untuk memberikan masyarakat di Asia cara lain untuk mendukung kesehatan mental mereka,” kata Sunita Parasuraman, pimpinan tim investasi NPE di Meta. 

Ami, didirikan oleh Justin Kim yang kini menjadi CEO dan Beknazar Abdikamalov, yang pernah bekerja sebagai software engineer di Amazon.

"Yang kami harapkan adalah membuat narasi seputar kesehatan mental lebih proaktif bagi individu yang ingin mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat," tutur Justin Kim dalam sebuah wawancara video dari rumahnya di Singapura.

"Jadi mereka dapat mengatasi stres yang pasti terjadi setiap hari, tetapi juga dapat mencegah masalah menjadi lebih besar dari yang seharusnya," jelasnya. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Menawarkan Layanan Konseling ke Perusahaan

Ilustrasi Aplikasi (Foto: pixabay/pexels.com)

Ami pun menawarkan platformnya kepada sesama startup, yang digambarkan sebagai target karena lingkungan mereka yang relatif mengalami stres, serta perusahaan mana pun yang memprioritaskan mempertahankan talenta terbaik di linkungan kerja.

"Pelatih kami akan dapat berempati dengan Anda, setidaknya dalam pengalaman pribadi saya, lebih dari yang mungkin dapat ditawarkan oleh solusi klinis tradisional tertentu," kata CEO Ami, Justin Kim, yang didiagnosis dengan gangguan kecemasan umum (GAD) pada tahun 2019.

Ketika ditanya bagaimana Ami memilih praktisinya, Kim mencatat bahwa startupnya akan menekankan "kekuatan relatabilitas" dalam memilih praktisi yang asli di setiap lokasi, dan mencakup berbagai latar belakang, mulai dari psikolog klinis berlisensi hingga pelatih karir.

"Meskipun kami memiliki lisensi dan sertifikasi itu, itu bukan satu-satunya hal yang merupakan pengalaman yang baik," ujar Kim.

"Anda perlu memiliki lapisan tambahan untuk menemukan faktor apa yang dicari pengguna… jadi di situlah kami masuk," katanya.

"Apa yang kami anggap sangat, sangat penting adalah persentase karyawan yang benar-benar menggunakan solusi kami, dan terus menggunakan solusi kami dari waktu ke waktu," pungkasnya.


Meta Akan Buka Showroom VR Pertama hingga Metaverse

Meta Store (Dok. Meta)

Meta selama beberapa tahun terakhir memfokuskan salah satu sayap bisnisnya dalam teknologi Virtual Reality (VR) dan proyek metaverse mereka. 

Proyek-proyek tersebut secara khusus dirancang Meta dalam satu divisi khusus yang disebut Reality Labs, bagian dari perusahaan yang merancang produk untuk metaverse. 

Reality Labs menjadi salah satu sumber uang bagi Meta, jika bertaruh besar pada masa depan perusahaan. Namun, sayangnya mereka membukukan kerugian USD 2,96 miliar atau sekitar Rp 42,9 triliun pada hasil kuartal pertama, dibandingkan dengan kerugian USD 1,83 miliar pada kuartal pertama 2021.

Di tengah kerugian yang dialami unit tersebut, Meta berencana untuk membuka toko fisik dan showroom pertama untuk teknologi headset VR, di mana pelanggan dapat membeli headset Quest 2. 

Mereka juga bersiap untuk headset kelas atas, yang saat ini disebut sebagai Project Cambria dan akan dirilis akhir tahun ini. 

Secara data, dikutip dari CNBC, Senin (9/5/2022), penggunaan headset VR masih rendah karena sejumlah faktor, mulai dari biaya yang belum terjangkau oleh sebagian besar konsumen, hingga rentang aplikasi yang tidak memadai.

Hingga saat ini, hanya ada sedikit game VR (hanya 3 persen pengguna di platform game populer steam yang memiliki headset VR).

Konser dan olahraga juga memiliki potensi yang signifikan, tetapi belum ada pendorong nyata untuk keduanya. Bahkan pendidikan, di mana "perjalanan lapangan" kelas yang mendalam ke mana saja di dunia adalah bagian dari imajinasi kolektif tentang manfaat VR, belum berkembang secara signifikan.

Infografis Pertimbangan dan Kesiapan Indonesia Masuki Endemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya