Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2022 terhadap kuartal I 2021 sebesar 5,01 persen. Sementara pada kuartal I tahun lalu, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 3,69 persen.
Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan, secara sektoral, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dialami bidang-bidang yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti sektor pertanian, transportasi, dan perdagangan, yang menandakan bahwa masyarakat sudah mulai beraktifitas kembali secara normal sehingga ekonomi mulai bergerak lagi.
Advertisement
“Dan ini pula yang menjadi alasan mengapa terjadi penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi di kuartal ini, sebagaimana dikatakan oleh kepala BPS kemarin,” kata Rony kepada Liputan6.com, Selasa (10/5/2022).
Selain itu, ekspor juga mengalami kenaikan tajam. Penyebabnya tentu saja kenaikan tajam harga-harga komoditas utama Indonesia di pasar internasional, terutama harga CPO, batu bara, dan nikel, yang memang sangat menanjak sejak awal tahun.
“Namun dari data BPS dicatat bahwa jika baseline perhitungan adalah kuartal IV tahun 2021, pertumbuhan kuartal I tahun ini justru kontraksi 0,96 persen. Sebagaimana perkiraan, kontraksi terbesar terjadi pada jasa layanan kesehatan dan konsumsi pemerintah yang tercatat lebih dari 50 persen,” ujarnya.
Menurutnya, sangat bisa dipahami. Awal tahun ini memperlihatkan pengendoran penegakan protokol kesehatan di satu sisi, yang berarti penurunan penggunaan jasa layanan kesehatan, dan adanya momen konsumsi tinggi di akhir kuartal pertama, yakni di bulan april, mengingat jadwal Lebaran jatuh di tanggal 2 Mei atau awal kuartal kedua.
“Walhasil, konsumsi untuk sektor transportasi dan perdagangan terkerek cukup tinggi. Tak lupa juga, kenaikan konsumsi tersebut juga didorong oleh inflasi yang cukup tinggi untuk barang kebutuhan pokok, terutama minyak goreng, yang menyedot sebagian pendapatan (disposable income) rumah tangga,” ujarnya.
Maka, pertumbuhan kuartal I tahun ini secara kuartalan sebenarnya mengalami kontraksi, tapi secara year on year mengalami kenaikan 5,01 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu.
Penyebab utamanya, pertama, pelonggaran protokol kesehatan yang membuat masyarakat kembali mulai bekerja di sektor-sektor utama penyerap tenaga kerja seperti pertanian, transportasi, dan perdagangan.
Kedua, ada momen konsumsi lebaran yang terjadi di akhir kuartal pertama. Ketiga, tingkat inflasi, baik pada harga komoditas pokok seperti minyak goreng maupun harga komoditas ekspor andalan Indonesia yang mengerek naik kontribusi ekspor impor nasional pada pertumbuhan ekonomi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,01 Persen di Kuartal I 2022
untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2022 sebesar 5,01 persen. Angka ini mengalami kontraksi 0,96 persen dibandingkan pada kuartal IV-2021 yang pertumbuhannya 5,02 persen
"Dengan demikian pertumbuhan ekonomi kuartal I secara kuartal mengalami kontraksi 0,96 persen dibandingkan dengan kuartal IV-2021 dan ekonomi indonesia tumbuh 5,01 persen secara tahunan," kata Kepala BPS, Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (9/5).
Margo menjelaskan kontraksi tersebut disebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2021 berada di posisi low base effect. Sebab pada tahun tersebut pertumbuhannya terkoneksi 0,70 persen.
"Tingginya angka pertumbuhan ini selain karena aktivitas ekonomi, karena low base effect kuartal I yang terkontraksi 0,70 persen," kata dia.
Sementara itu, ekonomi Indonesia bila dihitung berdasarkan PDB pada kuartal I-2022 atas dasar harga berlaku sebesar Rp 4513 triliun. Sedangkan bila berdasarkan harga konstan Rp 2819,6 triliun.
Adapun faktor pendukung pertumbuhan ekonomi tersebut antara lain kapasitas produksi industri pengolahan sebesar 72,54 persen. Indeks penjualan ritel dini tumbuh meyakinkan 12,17 persen.
Dari PMI manufaktur mencapai level 51,77 persen, lebih tinggi dari Q1-2021 sebesar 50,01 persen. PLN juga melaporkan konsumsi listrik industri ini tumbuh meyakinkan sebesar 15,44 perse.
"Artinya aktivitas sektor industri mengalami pertumbuhan," kata dia.
Impor barang modal dan produksi ini tumbuh pada kuartal I-2022. Barang modal tumbuh 30,68 persen, bahan baku tumbuh 33,4 persen dan barang konsumsi tumbuh 11,77 persen.
Advertisement
Dari Sisi Suplai dan Konsumsi
Dari sisi suplai dan konsumsi, penjualan mobil penumpang tumbuh 45,9 persen. Jumlah penumpang angkutan udara mengalami peningkatan dengan pertumbuhan 58,13 persen.
Selain itu, jumlah kedatangan wisman dari pintu utama ini tumbuh secara impresif. Meski belum besar tapi jumlah pertumbuhannya 228,24 persen dibandingkan tahun lalu.
Penerimaan PPh juga tumbuh 18,8 persen. Artinya pajak perusahaan meningkat dan pungutan pajak pegawai ini meningkat. Begitu juga dengan penerimaan PPh badan tumbuh 136 persen.
"Ini diindikasikan kegiatan di korporasi ada pertumbuhan karena PPh badan-nya ini tumbuh secara impresif, artinya ekonomi menggeliat di kuartal I-2022," kata dia.
Disisi lain, belanja barang dan bansos untuk penangan dan pencegahan dampak Covid-19 di masyarakat menurun masing-masing 33,99 persen dan 30,22 persen.
"Disini memperlihatkan aktivitas ekonomi ini tergantung mobilitas penduduk," kata dia mengakhiri.
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Lebih Baik dari China hingga Uni Eropa
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2022 dinilai stabil dengan kuartal IV-2021 yang tumbuh di level 5,02 persen.
"Pertumbuhan ekonomi kita di kuartal I ini stabil dan hampir sama dengan kuartal IV-2021 sebesar 5,01 persen," kata Menko Airlangga di Istana Presiden, Jakarta Pusat, Senin (9/5/2022).
Tak hanya itu, Airlangga juga mengklaim pertumbuhan ekonomi nasional jauh lebih baik dibandingkan negara-negara dunia. Pada kuartal perdana ini, ekonomi China tumbuh 4,8 persen, Singapura 3,4 persen.
Kemudian Korea Selatan 3,07 persen, Amerika Serikat 4,29 persen dan Jerman 4,0 persen. Pencapaian Indonesia hanya kalah dari Vietnam yang tumbuh 5,03 persen.
"Kita hanya dibawah Vietnam yang tumbuhnya 5,03 persen," kata dia.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi global, tahun ini diperkirakan akan tumbuh pada rentang 3,6 persen sampai 4,5 persen. Meski begitu, beberapa lembaga dunia seperti OECD, World Bank dan IMF memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 bisa tumbuh di rentang 5 persen - 5,4 persen.
"Jadi Indonesia ini pertumbuhannya di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global," kata dia mengakhiri.
Advertisement