AS Dakwa Mantan Senator Haiti Diduga Berkonspirasi Bunuh Presiden Jovenel Moise

Presiden Haiti Jovenel Moise tewas dibunuh kelompok bersenjata. Kepolisian mengungkap, para pembunuh itu berjumlah 28 orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2022, 09:03 WIB
Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh di kediamannya pada Rabu (7/7/2021) (AP)

Liputan6.com, Port-au-Prince - Amerika Serikat, pada Senin (9/5), mendakwa seorang mantan senator Haiti yang berkonspirasi untuk membunuh mantan Presiden Haiti, Jovenel Moise.

Ia merupakan tersangka ketiga yang didakwa oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat, di saat penyelidikan yang dilakukan di Haiti sendiri atas pembunuhan itu masih terhenti, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Rabu (11/5/2022).

John Joel Joseph, yang polisi Haiti sebut sebagai tersangka beberapa hari setelah pembunuhan brutal itu terjadi pada Juli lalu, melarikan diri dari Haiti dengan perahu dan ditangkap di Jamaika pada Januari karena memasuki negara itu secara ilegal. Ia kemudian diekstradisi ke Amerika Serikat.

Joseph menghadapi tuduhan bersekongkol melakukan pembunuhan atau penculikan di luar Amerika dan memberikan dukungan material yang mengakibatkan kematian, demikian menurut rilis berita Departemen Kehakiman AS.

Jaksa AS mengatakan konspirasi tersebut awalnya bertujuan untuk menculik Moise tetapi kemudian berkembang menjadi rencana pembunuhan setelah kelompok itu tidak bisa memperoleh pesawat untuk membawanya keluar dari Haiti.

Joseph "ada ketika seorang tersangka lain dalam konspirasi itu mendapatkan tanda tangan seorang mantan hakim Haiti perihal permintaan bantuan secara tertulis, untuk melanjutkan penangkapan dan pemenjaraan Presiden Moise," ungkap rilis berita itu.

Ia juga ikut membantu mencari kendaraan dan senjata api untuk mendukung operasi tersebut, lanjut rilis berita tersebut.

Rilis itu mengidentifikasi tersangka dengan nama keluarga "John," sementara pihak berwenang Haiti mengatakan nama belakangnya adalah "Joseph."

Jaksa AS pada Januari lalu mengajukan tuntutan serupa terhadap Rodolphe Jaar, seorang warga negara ganda Haiti-Chili, dan Mario Palacios, seorang mantan tentara Kolombia yang menurut polisi Haiti adalah bagian dari tim yang beranggotakan lima orang, yang masuk ke kamar tidur Moise untuk menembaknya.

Proses peradilan Haiti atas pembunuhan itu terhenti, di mana empat hakim dalam kasus tersebut berhenti di tengah keluhan tentang ancaman pembunuhan dan kekhawatiran akan keamanan pribadi mereka.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise Berjumlah 28 Warga Asing

Para tersangka pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, beserta senjata dan peralatan yang diduga mereka gunakan, ditunjukkan kepada media di Port-au-Prince pada 8 Juli 2021 (AP Photo/Joseph Odelyn)

Presiden Haiti Jovenel Moise tewas dibunuh kelompok bersenjata. Kepolisian mengungkap, para pembunuh itu berjumlah 28 orang.

"26 warga Kolombia dan dua orang Haiti keturunan Amerika," kata kepala polisi Léon Charles merinci, seperti dikutip dari laman BBC.

Saat ini, delapan dari tersangka masih buron, sementara 17 orang, termasuk dua warga Amerika, telah ditangkap. Tersangka yang tersisa ditembak mati selama baku tembak dengan polisi di ibu kota Port-au-Prince.

Sekelompok pria bersenjata itu dilaporkan menyerbu ke kediaman pribadi presiden Haiti pada hari pembunuhan presiden. Istri Moise, Martine, terluka dalam serangan itu dan telah diterbangkan ke Florida untuk perawatan di mana dia dikatakan dalam kondisi yang stabil.

Belum jelas siapa yang merencanakan serangan itu atau apa yang memotivasinya. Perdana Menteri sementara Haiti Claude Joseph, bagaimanapun, mengatakan kepada BBC bahwa presiden berusia 53 tahun itu mungkin menjadi sasaran karena dia memerangi "oligarki" di negara tersebut.

 

 


Tersangka Ditangkap

Keseharian Warga Haiti Usai Pembunuhan Presiden Jovenel Moise

Pada Kamis 8 Juli, polisi menghadirkan beberapa tersangka ke media bersama dengan senjata, paspor, dan bukti lainnya. "Kami akan memperkuat penyelidikan dan teknik pencarian untuk mencegat delapan orang pembunuh bayaran lainnya," kata Charles.

Pemerintah Kolombia kemudian mengatakan, setidaknya enam anggota regu pembunuh tampaknya adalah pensiunan anggota militernya. Negara ini membantu upaya investigasi Haiti.

Departemen luar negeri AS, sementara itu mengatakan bahwa tidak dapat mengkonfirmasi apakah ada warganya yang ditahan.

Penyelidik masih mencari dalang pembunuhan, yang telah memicu beberapa kerusuhan sipil di negara termiskin di Amerika itu.

Kronologi Kejadian

Kronologi kejadian bermula pada Rabu (7/7) sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Sebuah tembakan pertama dilepaskan sekelompok orang tak dikenal.

Menurut siaran pers dari kantor kepresidenan Haiti, sekelompok pria bersenjata itu berbicara dalam bahasa Spanyol dan menerobos masuk dan menyerang kediaman presiden.

Di waktu yang sama, para pria bersenjata bukan hanya menyerang presiden Jovenel Moise, tetapi juga ibu negara yang sejauh ini dinyatakan selamat dari insiden tersebut -- meski pun dalam kondisi luka dan kritis.

 


Kondisi Ibu Negara Stabil

FOTO: Kerusuhan Usai Pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise Terus Berlanjut

Setelah penyerangan tersebut, serangkaian upaya langsung disusun oleh pihak istana untuk memindahkan ibu negara Haiti Martine Moise ke rumah sakit di Miami, kata duta besar Haiti untuk AS Bocchit Edmond. Ia juga menggambarkan kondisi ibu negara stabil tetapi kritis.

Pada Rabu 7 Juli pagi, tim forensik dari kepolisian diterjunkan untuk memeriksa kondisi tempat kejadian. Dikutip dari laman CNN, lubang peluru dapat dilihat di dinding di luar rumah Presiden Haiti Jovenel Moise yang terbunuh.

Bandara internasional Haiti telah ditutup setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise, kata duta besar negara itu untuk Republik Dominika.

Tanpa memberikan rincian lebih lanjut, Smith Augustin mengatakan kepada CNN dalam pesan WhatsApp bahwa Bandara Internasional Toussaint Louverture di ibu kota negara itu, Port-au-Prince, telah ditutup.

Haiti telah mengumumkan masa berkabung nasional selama dua minggu setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moïse.

Penghormatan kepada Moise dijadwalkan dimulai Kamis, 8 Juli dan berakhir pada 22 Juli, menurut dekret resmi yang diterbitkan Rabu (7/7)

Dekret itu juga merinci "keadaan pengepungan" yang telah diumumkan di Haiti untuk jangka waktu 15 hari setelah pembunuhan itu.

Penjabat Perdana Menteri sementara Haiti Claude Joseph telah mengambil alih kepemimpinan negara itu.

Infografis Ekonomi Indonesia di Tengah Wabah Corona

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya