Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia, Jerman Nomor 1

Lonjakan kasus COVID-19 hari ini masih terjadi di sejumlah negara Barat dan Asia Timur usai Lebaran 2022, menurut data dalam 28 hari terakhir versi John Hopkins University.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 11 Mei 2022, 11:58 WIB
Orang-orang berbaring di tanah melambangkan mereka yang tewas dalam perang di Ukraina selama demonstrasi menentang invasi Rusia, di depan gedung Reichstag di Berlin, Jerman, 6 April 2022. Pengunjuk rasa menuntut Berlin berhenti membeli minyak dan gas Rusia. (AP Photo/Markus Schreiber)

Liputan6.com, Berlin - Jerman berada di urutan teratas negara dengan infeksi COVID-19 tertinggi di dunia. Jumlah kasus baru di Jerman melewati Amerika Serikat, China, Inggris, Jepang, hingga Korea Selatan. 

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Rabu (11/5/2022), Jerman mencatat 2,5 juta kasus Virus Corona dalam 28 hari terakhir. Pada periode tersebut, ada 4.739 pasien meninggal. 

Situs resmi pemerintah Berlin mewajibkan masker FFP2 di transportasi umum, fasilitas perawatan, dan kesehatan, namun tak ada kewajiban di lokasi-lokasi lain. Hal itu berlaku bagi warga usia 16 tahun ke atas.

Bagi yang berusia lebih muda boleh menggunakan masker medis. Kegiatan belajar dan mengajar di sekolah-sekolah Jerman juga tidak lagi dibatasi.

Berikut daftar 10 negara dengan kasus COVID-19 tertinggi per 28 hari terakhir: 

1. Jerman: 2,5 juta kasus baru

2. Prancis: 1,99 juta

3. Korea Selatan: 1,97 juta

4. Amerika Serikat: 1,5 juta

5. Italia: 1,4 juta

6. Australia: 1,1 juta

7. Jepang: 1 juta

8. China: 683 ribu

9. Inggris: 510 ribu

10. Vietnam: 428 ribu 

Selepas Pulang Mudik Lebaran, Perlukah Tes COVID-19? 

Bagi pekerja khususnya yang pulang mudik Lebaran 2022, Pemerintah menganjurkan penerapan Work From Home (WFH) selama beberapa pekan ke depan demi mengurangi risiko penyebaran COVID-19. Lantas, apakah pekerja perlu menjalankan tes COVID-19 selama WFH?

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, bagi masyarakat umum yang pulang mudik Lebaran sebenarnya tidak ada kewajiban untuk melakukan tes COVID-19. Namun, jika merasakan gejala yang mengarah ke COVID-19, seperti flu dan demam dapat melakukan tes COVID-19 dengan kesadaran pribadi.

"Walaupun masyarakat umum tidak diwajibkan melakukan tes COVID-19 setelah mudik. Namun, khususnya bagi orang yang merasakan gejala mirip COVID-19, meski sudah dibooster sebagai bentuk kehati-hatian dapat melakukan tes secara mandiri," terang Wiku menjawab pertanyaan Health Liputan6.com di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 10 Mei 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Indonesia Masuk Transisi Endemi, Tak Lagi Kedaruratan COVID-19

Foto WFH antisipasi COVID-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Indonesia kini mulai memasuki fase baru pengendalian COVID-19, yakni transisi endemi. Artinya, Indonesia tidak lagi dalam fase kedaruratan merespons pandemi COVID-19, melainkan transisi menuju endemi.

Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, dimulainya fase transisi endemi didukung dengan situasi COVID-19 nasional yang semakin membaik. Dalam waktu beberapa pekan terakhir di tengah masa mudik dan libur Lebaran 2022, kasus COVID-19 tetap terkendali.

"Sebagaimana tertera pada data COVID-19 terkini, tampak adanya penurunan tren angka kasus COVID-19, perawatan di rumah sakit, termasuk layanan intensif dan kematian akibat virus Corona," ungkap Wiku di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Selasa, 10 Mei 2022.

"Bisa dikatakan bahwa saat ini Indonesia sudah tidak lagi berada dalam kondisi kedaruratan dalam merespons pandemi COVID-19 dan mulai bertransisi menuju fase endemi."

Selain itu, kabar membaiknya situasi COVID-19 juga terlihat dari tingkat hunian tempat tidur COVID-19 dan perilaku masyarakat. Adanya mobilitas tinggi, terutama selama libur Lebaran turut mendongkrak pemulihan ekonomi.

"Hal lain juga tecermin pada mulai menurunnya tempat hunian tempat tidur COVID-19 dan perilaku sosial ekonomi masyarakat, misalnya pertumbuhan ekonomi meningkat, angka pengangguran menurun, indeks belanja meningkat, dan mobilitas (tinggi) masyarakat ke luar rumah," papar Wiku.


Pekerja Migran Mulai Berangkat ke LN

COVID-19 reda, pekerja migran berangkat lagi. (Pixabay)

Penurunan tren kasus Covid-19 mancanegara membawa imbas positif. Berbagai negara tujuan penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) saat ini mulai membuka diri. Alhasil keberangkatan PMI saat ini mulai meningkat.

Dari data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tercatat hingga awal Mei tahun 2022 ini total sudah mencapai 1.000 lebih PMI asal Banyuwangi yang berangkat menuju negara penempatan.

Tren keberangkatan mengalami kenaikan yang cukup signifikan pasca lebaran Idul Fitri. Dibanding tahun lalu di bulan yang sama, di Banyuwangi hanya 900-an PMI yang berangkat menuju negara penempatan.

"Di 2021 hingga akhir Mei total ada 900 sedangkan saat ini baru menginjak awal Mei sudah mencapai 1.060. Saat ini menunjukkan tren peningkatan," kata Kepala BP2MI Banyuwangi Muhammad Iqbal, Selasa (9/5).

Saat ini, kata Iqbal berbagai negara penempatan sudah mulai terbuka dalam menerima pekerja asing. Terbaru adalah Malaysia, pasca lebaran ini yang membuka akses.

"Negara tujuan yang paling diminati adalah Taiwan, Singapura dan Malaysia. Terbaru Malaysia sudah menerima kembali," ujarnya.


Belum 100 Persen Normal

Ilustrasi travel pesawat. (Pixabay)

Kendati saat ini banyak kelonggaran aturan, namun Iqbal menyebut kondisi ini belum bisa dikatakan normal. Ancaman varian baru Covid-19 masih menjadi momok yang diwaspadai oleh masyarakat Global.

Kendati demikian Iqbal tetap optimis, bila saat ini menjadi momentum titik balik yang akan sedikit memberikan jalan mulus untuk warga yang hendak bekerja di luar negeri.

"Dikatakan normal 100 persen itu masih belum, namun dirasa sudah ada rasa aman dari negara penempatan sehingga bisa kembali menerima PMI. Bila kondisi ini terus stabil tidak dipungkiri akan banyak memberikan kemudahan bagi PMI," tandasnya. 

Sementara, juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut masyarakat tak patuh protokol kesehatan (prokes) selama libur Lebaran Idul Fitri 1443 H. Menurut dia, selama libur lebaran, jumlah masyarakat yang ditegur lantaran tak patuh prokes meningkat dua kali lipat.

"Bila dilihat dari data pemantauan prokes di masa menjelang cuti bersama hingga Idul Fitri tanggal 24-30 April dan tanggal 1-7 Mei 2022 terjadi kenaikan jumlah orang dipantau dan ditegur di tempat wisata sebesar lebih dari dua kali lipat dari sebelumnya," ujar Wiku dalam jumpa pers, Selasa (10/5).

Infografis COVID-19.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya