Liputan6.com, Jakarta - Elon Musk menyatakan akan menarik larangan terhadap Donald Trump usai dirinya menyelesaikan proses pembelian Twitter. Seperti diketahui, Twitter saat ini tidak lagi mengizinkan Donald Trump membuat akun di platformnya.
Dengan kata lain, mantan presiden Amerika Serikat tersebut tidak bisa membuat akun lagi di Twitter. Hal itu pun sempat ditegaskan oleh CFO Twitter Ned Segal dalam wawancara dengan CNBC pada Januari 2021.
Advertisement
Namun seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (11/5/2022), Elon Musk memiliki rencana untuk membatalkan larangan tersebut. "Saya akan membatalkan larangan permanen (Donald Trump)," tuturnya ketika berbicara pada konferensi industri mobil yang digelar Financial Times.
Menurut Elon, pelarangan terhadap Donald Trump untuk tidak bisa membuat akun Twitter lagi merupakan hal yang tidak benar. Ia pun menyebut keputusan itu sebagai sebuah kesalahan.
"Saya pikir itu adalah keputusan yang buruk secara moral dan sangat bodoh," ujar bos Tesla tersebut. Elon juga menyatakan Twitter seharusnya tidak memiliki kebijakan untuk melarang permanen seseorang bisa hadir di platformnya.
Kendati demikian, Elon menuturkan, dengan tidak adanya pelarangan permanen ini bukan berarti memungkinkan orang berbicara sesuka dirinya. Ia menuturkan, apabila seseorang menyatakan hal yang ilegal atau merusak, perusahaan tetap harus membatasinya.
Dalam hal ini, pembatasan tersebut bisa berupa penangguhan sementara atau tidak bisa mencuit dalam waktu tertentu. Lalu, pilihan lain adalah tweet tertentu dibuat tidak terlihat atau dibatasi daya tariknya.
Elon Musk juga mengatakan, pendiri dan mantan CEO Twitter, Jack Dorsey sebenarnya tidak setuju dengan pelarangan permanen semacam ini. Sebab, Twitter secara fundamental merupakan alun-alun dimana orang-orang bisa menyuarakan opininya.
Hanya untuk saat ini, Elon sendiri secara resmi belum memiliki Twitter. Karenanya, belum dapat dipastikan kapan dan seperti apa pencabutan larangan untuk Donald Trump akan diambil oleh platform tersebut.
Di sisi lain, Donald Trump menyatakan dirinya sudah tidak tertarik untuk mencuit lagi, meski ia diperbolehkan memiliki akun lagi. Presiden ke-45 Amerika Serikat itu memilih untuk hadir di media sosial miliknya sendiri yakni Truth Social.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Elon Musk Unggah Cuitan Misterius di Twitter, Ada Apa?
Di sisi lain, Elon Musk kembali menjadi sorotan warganet lewat cuitan misterius di akun Twitter pribadinya, yaitu @elonmusk.
CEO Tesla dan SpaceX tersebut mencuitkan, "If I die under mysterious circumstances, it’s been nice knowin ya" atau "Jika saya mati dalam keadaan misterius, senang kenal kalian."
Adapun twit Elon Musk ini di posting usai dirinya membagikan pesan dari Dmitry Rogozin selaku kepala badan antariksa.
Mengutip New York Post, Selasa (10/5/2022), Dmitry menuduh Elon terlibat memasok peralatan komunikasi militer kepada pasukan fasis di Ukraina.
"Untuk ini, Elon, Anda akan diminta pertanggungjawaban seperti orang dewasa--tidak peduli seberapa banyak Anda berpura-pura terlihat bodoh," tulis mantan wakil perdana menteri Rusia tersebut.
Infomasi, Elon Musk menyadiakan terminal SpaceX Starlink ke Ukraina pada Februari 2022 atas permintaan pejabat pemerintahan.
Kala itu, pejabat tinggi pemerintah merasa khawatir Ukraina akan kehilangan akses internet karena invasi Rusia sehingga minta bantuan ke bos SpaceX tersebut.
Menyanggupi permintaan tersebut, Elon pun mengirim 2.000 terminal internet Starlink dan memastikan warga Ukraina agar tetap bisa terhubung dengan internet.
Advertisement
Diduga Bantu Pasukan Fasis
Rogozin mengecam, Starlink memungkinkan "Batalion Nazi Azov" mengakses internet, sebagaimana dilaporkan Fox News.
"Dari kesaksian komandan Brigade Marinir ke-35 Angkatan Bersenjata Ukraina, Kolonel Dmitry Kormyankov yang tertangkap, Starlink dikirim ke militan Batalion Azov Nazi dan Marinir Ukraina di Mariupol pakai helikopter militer,” tulis Rogozin.
Elon pun menulis, "kata 'Nazi' bukan berarti apa yang tampaknnya dia pikirkan."
Informasi, Rusia telah berkali=kali mengutip Batalyon Azov – unit penjaga nasional yang berbasis di Mariupol – sebagai pembenaran atas invasi ke Ukraina dalam upaya “denazifikasi”.
Pada 2015, juru bicara Andriy Diachenko mengatakan kepada USA Today, 20 persen anggotanya adalah Nazi, tetapi ideologi itu “tidak ada hubungannya dengan ideologi resmi Azov.”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, telah membantah keras klaim batalion itu memupuk Nazisme.
Selain mendapatkan reaksi warganet, Maye Musk, ibu bos Tesla ini juga ikutan mengometari cuitan bos Telsa tersebut.
Dia mengatakan, "That's not funny" atau "Itu tidak lucu". Sontak, Elon pun langsung membalas komentar sang bunda, "Sorry! I will di my best to stay alive."
Bantah Beli Twitter Karena Didorong Donald Trump
Elon Musk juga secara tegas membantah pemberitaan yang menyebutkan bahwa dirinya mengakuisisi Twitter karena didorong oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kabar itu, dilansir New York Post, dikutip Senin (9/5/2022), awalnya dilontarkan oleh bos media sosial yang dibuat oleh Trump, Truth Social, Devin Nunes.
"Ini salah," ujar CEO Tesla dan SpaceX itu melalui sebuah cuitan di akun Twitter-nya, @elonmusk, sebagai tanggapan dari sebuah berita yang dirilis oleh New York Post.
"Saya tidak berkomunikasi, secara langsung atau tidak langsung, dengan Trump, yang secara terbuka menyatakan bahwa dia akan secara eksklusif di Truth Social," kata Musk pada Jumat lalu.
Pernyataan Nunes sendiri ia utarakan ketika tampil di Fox Business Network. Menurut CEO Trump Media & Technology Group itu, Trump mendukung Musk untuk mencaplok Twitter meski Truth Social dan Twitter menjadi pesaing.
"Presiden Trump, pada dasarnya sebelum Elon Musk membelinya, sebenarnya mengatakan untuk pergi dan membelinya," kata Nunes.
Ia mengklaim, keduanya ingin membangun komunitas di mana orang-orang berada dalam lingkungan yang ramah keluarga dan aman.
"Itulah mengapa kami mendorong Elon Musk untuk membelinya, karena seseorang harus menghadapi para tiran teknologi ini," kata Nunes mengklaim.
"Donald Trump ingin memastikan bahwa rakyat Amerika mendapatkan suara mereka kembali dan bahwa internet terbuka dan itulah yang kami lakukan," imbuhnya.
(Dam/Ysl)
Advertisement