Liputan6.com, Jakarta Usai pandemi Covid-19, pemerintah kini mewaspadai ancama lain dalam bentuk pemanasan global. Sejumlah negara melalui Paris Agreement telah bersepakat, cuaca yang kian panas berisiko tinggi membuat terjadinya kebakaran hutan, hingga mengancam sektor perekonomian.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan menyebut, Asia Tenggara merupakan salah satu daerah atau regional yang berisiko tinggi terhadap pemanasan global.
Advertisement
"Climate economic index itu juga menunjukan, Indonesia adalah yang sangat rentan masuk dalam musim kemarau nanti. Risiko kebakaran hutan kembali mengintip ataupun perlu kita waspadai," ujarnya dalam Green Economy Indonesia Summit 2022, Rabu (11/5/2022).
Pemerintah lewat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) disebutnya juga sudah melakukan berbagai persiapan. Terutama kesiapan untuk menghadapi risiko kebakaran hutan.
"Sebetulnya ini sama seperti menghadapi pandemi. Jadi kita sebetulnya punya tentara untuk kebakaran hutan, dan juga punya tentara untuk penanganan pandemi. Ini kan satu hal sama yang dilakukan," imbuhnya.
Oleh karena itu, ia menambahkan, kesadaran akan dampak perubahan iklim harus terus dijaga, baik dari segi kesiapan maupun pendanaan.
"Sebelumnya juga kita tahu, dunia enggak punya pemadam kebakaran di tahun 1930an. Tapi dengan risiko yang ada, sekarang seluruhnya punya pemadam kebakaran," kata Menko Airlangga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bukan Gelombang Panas, Ini Penjelasan BMKG soal Cuaca Terik di Indonesia
Masyarakat di beberapa wilayah Indonesia merasakan panas terik akhir-akhir ini. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap suhu maksimum selama periode 1-7 Mei 2022 berkisar antara 33 - 36.1 °C dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36.1 °C terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyebut, kondisi suhu terik di wilayah Indonesia harus diwaspadai hingga pertengahan Mei.
“Kewaspadaan kondisi suhu panas terik pada siang hari masih harus diwaspadai hingga pertengahan Mei,” kata Guswanto dalam keterangannya, Senin (9/5/2022).
Fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari, kata Guswanto, dipicu oleh beberapa hal. Pertama, posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau, di mana tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang.
“Sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi,” kata dia.
Kedua, dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimumkan penerimaan sinar matahari di permukaan Bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.
Advertisement
Bukan Gelombang Panas
Ketiga, panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan fenomena Gelombang Panas.
“Menurut WMO (World Meteorological Organization), Gelombang Panas atau heatwave merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut di mana suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih,” kata dia.
Fenomena gelombang panas, lanjut Guswanto, biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. “Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian,” imbuhnya.
Oleh karena itu BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh terutama bagi warga yang beraktifitas di luar ruangan pada siang hari.
“Juga kepada warga yang akan melaksanakan perjalanan mudik atau mudik balik supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya,” pungkasnya.