Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah media melaporkan, pada 24 Februari tahun ini, tepatnya satu jam sebelum Rusia menyerang Ukraina, terjadi kejahatan siber yang masif.
Menurut Komisi Uni Eropa, target utama serangan siber tersebut adalah militer Ukraina. Namun, banyak pengguna internet juga menderita serangan siber, termasuk pengguna internet personal dan komersial.
Advertisement
Mengutip Gizchina, Rabu (11/5/2022), serangan siber yang dilakukan Rusia membuat 5.800 kincir angin milik Jerman offline. Menurut laporan, serangan siber bergantung pada router Viasat untuk pemantauan dan kontrol jarak jauh.
Viasat merupakan penyedia layanan satelit internet kecepatan tinggi dan sistem jaringan aman yang mencakup pasar militer dan komersial.
Menurut informasi Viasat, serangan siber menghancurkan puluhan ribu terminalnya. Oleh karena itu, pihak Viasat harus memperbaikinya.
Dalam pernyataan Uni Eropa, tertulis "Serangan siber merupakan contoh lain dari pola lanjutan perilaku yang tidak bertanggung jawab Rusia di dunia maya, yang juga merupakan bagian integral dari invasi ilegal dan tidak adil ke Ukraina."
Disebutkan pula, perilaku seperti itu bertentangan dengan harapan yang ditetapkan oleh semua negara anggota PBB, termasuk Federasi Rusia. Mengenai perilaku negara yang bertanggung jawab dan niat negara-negara di dunia maya.
"Rusia harus menghentikan perang ini dan segera mengakhiri penderitaan manusia yang tidak masuk akal," tambah pernyataan Uni Eropa.
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan, serangan siber Rusia terhadap Ukraina memiliki konsekuensi signifikan pada orang-orang biasa dan bisnis di Ukraina dan seluruh Eropa.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
**Pantau arus mudik dan balik Lebaran 2022 melalui CCTV Kemenhub dari berbagai titik secara realtime di tautan ini
Rusia Lakukan Kejahatan
"Kami akan terus menyerukan perilaku jahat Rusia dan agresi tak beralasan di darat, laut, dan dunia maya dan memastikannya menghadapi konsekuensi yang parah," katanya.
Setelah serangan siber Rusia dilakukan, Viasat dalam pernyataannya menyebut, "Perusahaan akan bekerja sama dengan distributor grosir untuk membawa mereka kembali bisa online."
"Karena sifat bisnis grosir, Viasat biasanya tidak bertransaksi langsung dengan pengguna akhir. Sebaliknya, distributor bekerja secara langsung dengan pelanggan akhir yang dan mengidentifikasi mereka yang terkena dampak untuk memberikan dukungan guna memulihkan layanan," katanya.
Perusahaan pun mengganti modem yang rusak dengan modem baru.
Ukraina Bersiap
Pada Maret lalu, pejabat keamanan siber Ukraina Victor Zhora mengatakan, upaya anti-satelit menyebabkan kerugian besar dalam komunikasi di awal perang.
Namun Ukraina telah menunggu serangan semacam itu, buktinya bulan lalu, ketika Rusia menargetkan penyedia energi, Ukraina bisa mengalahkannya.
Secara umum, perang di Ukraina memperlihatkan bahaimana tentara menggunakan teknologi untuk tujuan militer. Orang-orang Ukraina menggunakan berbagai aplikasi untuk menemukan keberadaan pasukan Rusia.
Contoh lainnya adalah teknologi pengenalan wajah yang dipakai untuk mengidentifikasi tentara Rusia yang tewas. Ada banyak teknologi yang membantu satu atau pihak lainnya. Dalam hal ini, serangan siber menjadi salah satu senjata yang bisa dipakai kedua pihak.
Advertisement
Perang Siber Lewat DDoS
Sebelumnya, serangan siber terhadap situs web pemerintah Ukraina dan organisasi afiliasinya, menambah kepanikan di tengah serangan militer Rusia.
Menurut peneliti keamanan siber, malware penghapus data buatan hacker yang didukung Rusia telah menginfeksi ratusan komputer milik pemerintah Ukraina, termasuk di negara tetangga: Latvia dan Lithuania.
Mengutip AP News, Minggu (27/2/2022), para peneliti mengatakan serangan malware kemungkinan besar telah dipersiapkan selama tiga bulan.
"Serangan distributed-denial-of-service (DDoS) yang dimulai minggu lalu membuat situs web pemerintah Ukraina offline pada Rabu lalu, lalu berlanjut pada pemadaman internet sporadis di seluruh negeri," kata Doug Madory, direktur analisis internet untuk perusahaan manajemen jaringan AS, Kentik Inc.
Namun, langkah untuk menumpulkan serangan DDoS berhasil, karena situs web utama pemerintah termasuk kementerian pertahanan dan dalam negeri serta situs perbankan Sberbank dan Alfabank dapat dijangkau meskipun serangan terus digencarkan Rusia.
Pemerintah AS dan sekutu menyimpulkan serangan DDoS itu dilakukan oleh badan intelijen militer GRU Rusia. Serangan semacam itu membuat situs web tidak dapat diakses karena dibanjiri dengan data sampah.
Serang Balik
Situs web utama Rusia juga mendapat serangan DDoS pada Kamis (24/2/2022), kata Madory, mungkin sebagai pembalasan atas serangan serupa di situs web Ukraina.
Situs militer Rusia (mil.ru) dan Kremlin (kremlin.ru), yang dihosting oleh Jaringan Internet Negara Rusia, tidak dapat diakses atau lemot. Madory mengatakan seluruh blok domain internet yang menghosting situs kremlin.ru juga diserang.
Badan keamanan siber Ukraina mengatakan jaringan seluler dipenuhi dengan panggilan suara, menunjukkan bahwa orang yang tidak dapat menyelesaikannya menggunakan pesan teks sebagai alternatif.
Madory mengatakan internet Ukraina kini berada di bawah tekanan berat. Pemantau internet Netblocks yang berbasis di London mengatakan kota timur Kharkiv, dekat Ukraina, dilaporkan diserang oleh hacker Rusia, berdampak pada gangguan jaringan dan telekomunikasi.
(Tin/Ysl)
Advertisement