Liputan6.com, Manila - Ferdinand Marcos Jr berhasil kembali berkuasa usai menang pemilu Filipina 2022. Pria yang akrab disapa Bongbong itu adalah putra dari diktator Filipina, Ferdinand Marcos, serta istrinya Imelda Marcos. Keduanya terkenal sebagai simbol korupsi.
"Prestasi" dari Ferdinand Marcos tidaklah main-main. Pada daftar Pemimpin Dunia Paling Korup Sepanjang Masa versi Forbes, nama Marcos meraih nomor dua dengan total korupsi antara US$ 5 miliar hingga US$ 10 miliar. Satu-satunya orang yang "lebih berprestasi" dari Marcos dalam daftar koruptor itu adalah Presiden Soeharto.
Baca Juga
Advertisement
Ibu negara Imelda Marcos pun terkenal atas sifatnya yang bermegah-megahan. Mantan Miss Manila itu memiliki lebih dari seribu sepatu mewah dan berbagai macam perhiasan. Ia juga didakwa kasus korupsi.
Menurut laporan Time, kemenangan dari Bongbong turut dipengaruhi oleh penyebaran misinformasi di media sosial, terutama TikTok. Hal lain yang disorot adalah generasi muda yang lupa sejarah.
Pasalnya, banyak pendukung Bongbong yang berusia milenial dan generasi Z. Dua generasi itu tentu tidak ingat rezim Ferdinand Marcos yang korup dan menerapkan hukum militer.
Nama Bongbong sebetulnya tidak asing di dunia politik Filipina. Pada 1981, ia bahkan berhasil menjadi wakil gubernur di Ilata Norte. Usia saat itu masih 23 tahun.
Mungkin tidak mengejutkan untuk mengetahui bahwa Ferdinand Marcos masih berkuasa ketika Bongbong jadi gubernur. Sekitar lima tahun kemudian, revolusi pecah di Filipina dan akhirnya Marcos senior lengser. Dan berikut fakta menarik dari Presiden Bongbong.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
1. Senator BBM
Berdasarkan data di situs Senat Filipina, Bombong Marcos (BBM) lahir pada 13 September 1956 di Manila. Ia menikah dengan wanita bernama Louise pada 1993.
Pasangan itu memiliki tiga putra: Ferdinand Alexander, Joseph Simon, dan William Vincent. Ferdinand Alexander sudah berusia 28 tahun, sementara yang termuda akan berusia 25 tahun pada Mei 2022.
Usai menjabat sebagai wakil gubernur di provinsi Ilocos Norte, karier Bongbong berlanjut sebagai gubernur provinsi tersebut pada 1983-1986.
Karier Bongbong tersendat karena keluarga Marcos sempat menjadi eksil hingga 1992. Sepulangnya dari pengasingan, Bongbong kembali masuk ke dunia politik sebagai anggota Kongres pada 1992-1995.
Pria yang pernah kuliah di Wharton School of Business itu kembali menjadi gubernur Ilocos Norte pada 1998-2007, kemudian kembali menjadi anggota Kongres pada 2007-2010, dan akhirnya menjadi Senator di 2010.
Pada situs resminya, pihak Bongbong mengakui sukses mengubah Ilocos Norte menjadi "provinsi kelas satu."
Ia pernah bekerja di berbagai komite, mulai dari komite pemerintahan lokal, pekerjaan umum, hubungan luar negeri, agrikultur, ekonomi, pendidikan, energi, keuangan, lingkungan, dan lain sebagainya.
Advertisement
2. Tidak Lulus Kuliah?
Bongbong adalah satu-satunya anak lelaki Marcos senior dari pernikahannya dengan Imelda. Ia adalah anak kedua dari pernikahan Ferdinand Marcos dengan Imelda. Kakaknya yang bernama Maria Imelda Josefa Remedios Romualdez Marcos (Imee) juga terjun ke bidang politik.
Imee juga pernah menjadi gubernur di Ilocos Norte, setelah itu ia lanjut sebagai senator. Hingga kini, Imee masih menjabat sebagai senator.
Adik Bongbong dan Imee, yakni Irene, adalah satu-satunya dari trio Marcos yang tidak memegang jabatan publik.
Bongbong menerima pendidikan di luar negeri. Ia pernah bersekolah di Worth School, Sussex. Ia kemudian melanjutkan S2 di Universitas Oxford dan mendapat diploma khusus di bidang Ilmu Sosial.
Namun, BBC menyebut Bongbong sebetulnya gagal lulus dari Oxford.
Bongbong juga tak menyelesaikan kuliahnya di Wharton dengan dalih pekerjaan politiknya.
3. Efek TikTok
Time melaporkan bahwa TikTok dan misinformasi memiliki peran dalam memenangkan Bongbong sebagai presiden Filipina. Konten-konten yang pro-Marcos juga dipenuhi misinformasi.
Sebelumnya dilaporkan, salah satu misinformasi itu menyebut bahwa sumber kekayaan Marcos berasal dari pekerjaannya sebagai pengacara, padahal Bank Dunia, PBB, dan pengadilan di Filipina telah mengakui korupsi rezim Marcos.
Bank Dunia dan United Nations Office on Drugs and Crime melaporkan bahwa ada US$ 10 miliar uang hasil korupsi yang dicuri Marcos.
TikTok menjadi sorotan karena konten-konten misinformasi yang tersebar di platform tersebut, padahal aplikasi itu popular di kalangan generasi muda.
Konten-konten TikTok menyebar ilusi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dalam rezim Marcos yang korup. Para pemilih pun terbuai dengan "keindahan" zaman tersebut.
Faktor usia pun menjadi sorotan, sebab para milenial dan generasi Z di Filipina tidak paham rezim Ferdinand Marcos. Akan tetapi, 72 persen pemilih dari kalangan milenial dan generasi Z adalah pendukung Marcos.
56 persen dari seluruh pemilih juga berusia di bawah 40 tahun. Alhasil, mereka belum lahir atau terlalu kecil untuk paham korupsi pemerintahan Marcos yang berkuasa antara 1965-1986.
"Mereka tidak punya pengalaman atau memori atau pengetahuan tentang rezim Marcos," ujar pakar politik dari De La Salle University, Julio C. Teehankee.
Advertisement
4. Terlalu Santai dan Malas
Media Inggris, BBC, menyorot bahwa Bongbong sebagai sosok yang berusaha membangkitkan politik dinasti. Nama "Marcos" juga masih sinonim dengan kasus korupsi.
BBC juga menyorot bahwa meski ada yang menganggap pemerintahan Marcos senior sebagai zaman yang baik, akan tetapi faktanya ekonomi Filipina justru anjlok, serta banyak utang ke bank-bank luar negeri.
Sejak dulu, Ferdinand Marcos ternyata pernah dibuat khawatir oleh Bongbong. Putranya disebut terlalu santai dan malas.
Calon wakil presiden dari Bongbong adalah putri dari Presiden Rodrigo Duterte, yakni Sara Duterte.
Sara berkata siap untuk bekerja dengan Bongbong untuk kembali membangkitkan negaranya. Program Sara lainnya adalah ingin wajib militer bagi laki-laki berusia 18 tahun.
Menurut laporan Rappler, Sara Duterte juga dilaporkan ingin menambah edukasi tentang seks dan HIV kepada para generasi muda. Hal itu sudah ia lakukan di kota Davao yang ia pernah pimpin sebagai wali kota, dan ada program terkait gender, orientasi seksual, dan kehamilan remaja.
Sebelumnya, Presiden Duterte juga ingin melakukan wajib militer, namun rencana itu gagal.
Berdasarkan situs Vote Pilipinas, program-program yang difokuskan pada Bongbong sebagai presiden adalah isu pemulihan dari COVID-19, lingkungan dan perubahan iklim, dan manajemen bencana, hingga hukum.