Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan mengkaji lebih lanjut terkait rencana kenaikan tarif KRL. Wacana ini sebelumnya telah menjadi bahasan di awal tahun 2022 mempertimbangkan berbagai aspek.
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati menyampaikan pihaknya masih akan membahas lebih lanjut kelanjutan dari penerapan kebijakan ini. Kondisi ekonomi masyarakat saat ini jadi salah satu dasar pertimbangan yang jadi perhatiannya.
Advertisement
“Akan ada pembahasan kembali mempertimbangkan situasi terkini,” katanya kepada Liputan6.com, Rabu (11/5/2022).
Diketahui, sebelumnya tarif KRL diwacanakan akan mengalami penyesuaian tarif. Dari semula Rp 3.000 per 25 Kilometer pertama menjadi Rp 5.000 per 25 km pertama. Artinya ada kenaikan sekitar Rp 2000. Sementara untuk selanjutnya tidak ada kenaikan atau tetap Rp 1000 untuk setiap 10 km berikutnya.
Meski akan melakukan pembahasan, Adita tak menyebut kapan waktu penerapan tarif baru tersebut akan mulai berlaku. Sisi lain yang jadi pertimbangannya juga mengenai kemampuan masyarakat yang kini dihadapkan oleh kenaikan harga bahan pokok dan sejumlah komoditas lain.
“Situasi paska mudik termasuk jadi pertimbangan kami. Juga adanya kenaikan harga di berbagai komoditas yang bisa memengaruhi buying power masyarakat,” katanya.
Sebelumnya, kenaikan tarif ini keluar dari Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub pada awal tahun 2022 ini. Adita juga menyebut masih mengkaji terkait penerapan tarif baru tersebut.
"Pemerintah masih mengkaji kapan waktu yang tepat untuk penyesuaian ini mempertimbangkan situasi yang ada. Saat ini, tarif KRL masih merujuk pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 17/2018,” ujar Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati.
Adita mengakui sejauh ini memang ada wacana untuk menaikkan tarif KRL. Hal ini didasari beberapa pertimbangan antara lain pelayanan yang diberikan pemerintah dengan pemberian subsidi atau pun pembangunan parasarana dan sarana kereta api sudah semakin baik.
"Misalnya, berkurangnya waktu tempuh dan waktu antrian masuk ke Stasiun Manggarai, yang sebelumnya memang cukup menghambat," ujar Adita.
Perbaikan Infrastruktur
Kemudian, Pembangunan rel dwiganda, revitalisasi Stasiun Jatinegara, Stasiun Cikarang, Stasiun Bekasi, dan sebagainya juga telah memberi kemudahan, keamanan dan kenyamanan kepada konsumen KRL.
Ia menyebut, langkah-langkah perbaikan tersebut kian gencar dilakukan sejak 5 tahun terakhir.
"Operator, dalam hal ini PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), juga melakukan peningkatan layanan yang tidak kalah bagus. Misalnya, system ticketing, pelayanan di stasiun dan juga di atas kereta,” tutur Adita.
Advertisement
Belum Naik Sejak 2015
Adita menyebut yang perlu digarisbawahi, selama enam tahun yakni sejak 2015, pemerintah belum pernah melakukan penyesuaian tarif KRL, satu kali pun. Dari hasil survei yang dilakukan, juga mendukung adanya wacana penyasuaian tarif KRL ini.
"Sehingga, cukup wajar jika kemudian muncul wacana untuk menaikkan tarif, setelah berbagai layanan kepada konsumen terus ditingkatkan," tutur Adita.
Menurut Adita, dalam melakukan penyesuaian tarif, tentu dengan penghitungan yang tepat dan sesuai masukan masyarakat. "Serta, sosialisasi yang memadai, dengan semua pemangku kepentingan," ucap Adita.
KRL Buatan INKA
Terbaru, Kereta Commuter Indonesia bersama Industri Kereta Api (INKA) menandatangani MoU terkait pengadaan KRL. Artinya, kedepannya KRL yang digunakan tak lagi impor yang merupakan KRL bekas.
Langkah ini disebut-sebut akan menaikkan biaya yang dikeluarkan. Rencananya, pengoperasian itu akan dimulai sejak 2024 mendatang dan secara bertahap dipasok hingga pertengahan 2025.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan terkait biaya tersebut perlu menghitung secara keseluruhan ongkos yang dibutuhkan. Artinya, tak hanya menghitung biaya awal pembelian unit.
"Jadi kalau dulu kan kita pakai KRL itu impor bekas ya, nah itu kalau kita lihat itu dari total ownershipnya kira-kiraa kereta itu akan dipake puluhan tahun, nah itu kita akan lihat kualitas harus bagus karena kita lihat dari sisi masa pakainya dan juga maintenancenya harus murah," katanya dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Senin (9/5/2022).
Mendukung pernyataan itu, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menyebut biaya yang dikeluarkan dengan membeli kereta produksi INKA memang akan lebih mahal. Namun, biaya maintenance digadang-gadang lebih murah.
Lebih lanjut, Didiek menyebut penentuannya nanti akan dihitung lebih detail dengan Kementerian Perhubungan selaku regulator.
"Mahal ya mahal (kereta) baru tapi itungan per penumpangnya yang akan kita hitung bersama-sama dengan Kemenhub. Sehingga secara (penentuan) cost masih terlalu dini. Ini masih MoU, belum lagi nanti (ada) langkah-langkah, nanti secara detailnya akan dielaborate oleh KCI, tapi pasti akan memerhatikan aspek ramah lingkungan efisien terjangkau bagi masyarakat," paparnya.
Masih terkait pendanaan, ia menyebut skema pendanaannya masih harus dibahas lebih detail. Pasalnya, ini menyangkut juga besaran subsidi yang akan disuntik ke KAI.
"Karena untuk tarif KRL itu kan ada skema PSO kita akan lakukan penghitungan, tentu tak akan memberatkan masyarakat dan pemerintah," ujarnya.
Advertisement