Liputan6.com, Yogyakarta - Bank Sampah Gemah Ripah dapat disebut sebagai pelopor pengelolaan bank sampah di Yogyakarta. Bank sampah ini mulai beroperasi sejak 2008 lalu.
Kesadaran untuk dapat mengelola sampah rumah tangga secara mandiri, mendorong Bambang Suwerda mendirikan pengelolaan sampah secara terstruktur.
"Tujuan bank sampah ini sebenarnya mengedukasi dan mendidik bagaimana cara mengelola sampah secara mandiri," ucap Bambang di Yogyakarta, Selasa (10/2/2022).
Baca Juga
Advertisement
Melalui Bank Sampah Gemah Ripah inilah, sampah rumah tangga khususnya di Desa Bantul, Kabupaten Bantul dikelola.
Cara kerja bank sampah ini cukup sederhana. Bank Sampah Gemah Ripah menerima segala macam jenis sampah rumah tangga, baik organik, non-organik, hingga minyak jelantah.
Masyarakat umum dapat menjadi nasabah dengan menyetor sampah jenis apa pun, kemudian berdasarkan jenis sampah dan berat sampah yang disetorkan, dapat menjadi deposito uang yang dapat dicairkan sewaktu-waktu. Sampah-sampah yang diterima oleh Bank Sampah Gemah Ripah ini kemudian dipilah kembali.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Solusi Jangka Panjang
Sampah non-organik akan diolah menjadi aneka kreasi hiasan, sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos. Sedangkan, untuk sampah minyak jelantah, bank sampah menggandeng pihak ketiga untuk mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel.
Semua jenis produk olahan sampah rumah tangga ini kemudian dijual kembali. Bank Sampah Gemah Ripah dapat mengumpulkan hingga satu ton sampah setiap bulan. Bukan hanya itu, bank sampah ini juga berhasil mengelola dana hingga Rp10.000.000 setiap bulan.
Setelah 14 tahun sejak beroperasi, Bank Sampah Gemah Ripah memiliki 1.800 nasabah dan 1.155 mitra bank sampah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Bambang menegaskan pengelolaan bank sampah ini dapat menjadi solusi jangka panjang mengenai permasalahan sampah, terutama sampah di daerah Yogyakarta. Pengelolaan sampah rumah tangga secara mandiri terbukti ampuh untuk mengurangi beban sampah yang harus dibuang di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST), sehingga umur TPST dapat lebih panjang.
Bambang berharap masyarakat sadar untuk mengelola sampah secara mandiri. Bukan hanya lingkup rumah tangga, melainkan juga perkantoran, sekolah-sekolah hingga rumah sakit dapat mengelola sampah mereka sendiri.
Penulis: Tifani
Advertisement