Ini 6 Daerah di Indonesia yang Terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak

Penyakit mulut dan kuku pada hewan ini menjangkiti hewan ternak dengan kuku terbelah seperti sapi, kambing, domba, dan babi.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2022, 18:15 WIB
Kapolres di Jatim diminta memantau penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku hewan ternak. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) menetapkan 6 kabupaten di 2 provinsi Indonesia terjangkit wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

"Dua daerah itu adalah Provinsi Aceh dua kabupaten, dan empat kabupaten di Jawa Timur," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo melansir Antara di Jakarta, Rabu (11/5/2022).

Dua kabupaten yang dilanda wabah PMK pada hewan ternak yakni di Aceh, yaitu Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur. Sementara empat kabupaten di Jawa Timur yaitu Gresik, Sidoarjo, Lamongan, dan Mojokerto.

Data Kementerian Pertanian menyebutkan jumlah kasus hewan ternak yang terinfeksi PMK di Jawa Timur sebanyak 3.205 ekor dengan kasus kematian mencapai 1,5 persen. Sementara kasus positif PMK di Aceh sebanyak 2.226 ekor dengan kasus kematian 1 ekor.

Penyakit mulut dan kuku pada hewan ini menjangkiti hewan ternak dengan kuku terbelah seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Penularan penyakit ini terjadi melalui virus yang penyebarannya lewat udara atau airborne maupun kontak langsung.

Mentan Syahrul menegaskan bahwa penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak ini tidak menular pada manusia, melainkan hanya sesama hewan ternak.

Mentan menyebut bahwa Kementerian Pertanian bersama dengan pemerintah daerah sudah melakukan intervensi dengan melakukan pengendalian agar virus tersebut tidak terjadi mutasi.

Kementerian Pertanian bersama dengan pemerintah daerah tingkat provinsi, kabupaten, dan kota telah membentuk gugus tugas pengendalian penyakit mulut dan kuku.

Mentan menerangkan bahwa pemerintah melakukan tiga langkah antisipasi yaitu langkah darurat dengan turun langsung mengintervensi melalui lokalisasi wabah agar tidak semakin menyebar, dan juga dengan mendistribusikan obat-obatan, vitamin, antibiotik, serta menyiapkan vaksin.

Langkah kedua yaitu dilakukan pengendalian agar wabah penyakit mulut dan kuku tidak semakin menyebar dan virusnya tidak bermutasi. Sedangkan langkah ketiga yaitu dengan melakukan pemulihan pada hewan ternak di Indonesia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Ternak Ganggu Pasar Daging, Bulog Waspada

Dokter hewan dari Suku Dinas KPKP Jakarta Timur memeriksa kondisi kesehatan kuda delman di kawasan Pengarengan, Cakung, Jakarta, Kamis (25/2/2021). Petugas juga memberikan bantuan pakan sekaligus edukasi kepada peternak. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Direktur Umum Perum Bulog Budi Waseso mewaspadai ancaman Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, yang berpotensi mempengaruhi suplai daging sapi dan kerbau di pasaran.

Kekhawatiran itu bisa saja terjadi jika wabah tak tertangani dalam beberapa bulan mendatang. Pasalnya, saat ini PMK menginfeksi sejumlah hewan ternak di Jawa Timur (Jatim). Dampaknya pun akan signifikan terhadap sektor industri peternak nasional.

Kendati begitu, pria yang akrab disapa Buwas tersebut coba optimistis pemerintah bakal cepat menangani penyebaran wabah PMK.

"Kita bilamana nanti dari Menteri Perdagangan menyatakan akibat dari perkembangannya penyakit. Tapi saya yakin tidak berkembang, tidak mungkin lah pemerintah kita membiarkan penyakit ini terus berkembang dan berdampak pada permasalahan suplai (daging kerbau dan sapi)," ungkapnya di kantor pusat Bulog, Jakarta, Selasa (10/5/2022).

Menurut dia, pemerintah belum memperkirakan penyakit mulut dan kuku hewan ternak ini menyebar luas dan memberi dampak negatif ke sektor peternak. Namun, akan ada penugasan baru yang dijalani BUMN Pangan bila kemungkinan terburuk terjadi.

"Tapi kita tak berpikir sampai yang terjadi yang terburuk, hingga (berpengaruh ke) suplai daging. Tentunya pemerintah akan melaksanakan penugasan. Tapi tidak harus Bulog, bisa juga yang lainnya. Prinsipnya pemerintah itu memperhitungkan," tutur dia.

Buwas pun memastikan daging kerbau yang diimpor dari India tidak terinfeksi PMK. Sebab, daging kerbau yang diimpor melewati proses pemeriksaan laboratorium yang ketat, sebelum di jual di pasar Tanah Air.

"PMK tidak ada kaitannya dengan daging kerbau impor. Karena daging tersebut begitu sampai di Indonesia tidak bisa langsung jual karena ada pemeriksaan laboratorium, begitu layak konsumsi baru diedarkan," pungkas Buwas.

 

 

 


Kementan Siapkan Strategi untuk Atasi Penyakit Mulut dan Kuku Hewan

Kementerian Pertanian secara aktif melakukan upaya pencegahan terjadinya penyebaran dan tracing Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan/Istimewa. 

Sebelumnya, masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya penyakit mulut dan kuku pada hewan (PMK) akhir-akhir ini masif terjadi. Tingkat penyebaran mengalami peningkatan yang terbilang signifikan.

Tetapi ini hanya terjadi pada hewan, tidak akan tertular kepada manusia. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menegaskan akan melakukan sejumlah strategi untuk menekan penyebaran penyakit ini ke hewan ternak.

“Kita harus maksimal melakukan sosialisasi kepada masyarakat, bahwa penyakit ini tidak menular pada manusia, dan pernyataan ini diperkuat oleh Menkes (Menteri Kesehatan) saat ratas (rapat terbatas) bersama Presiden tadi dan ini menjadi hal yang sangat penting,” ungkap Mentan SYL usai Rapat koordinasi terkait penyakit mulut dan kuku hewan bersama Gubernur Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (9/5).

Selain mendukung penuh upaya pemberantasan dengan menugaskan tim untuk mengecek kondisi lapangan, Mentan SYL juga mengatakan bahwa pihaknya melalui Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) di Surabaya tengah melakukan penelitian lanjutan untuk memastikan tingkat dan jenis serotype PMK yang teridentifikasi di sejumlah daerah di Jatim ini.

“PMK ini masih dalam penelitian lab veteriner kita di Surabaya secara maksimal, sehingga kita bisa identifikasi ini pada level berapa, jenisnya seperti apa, kita harap hari ini atau besok akan keluar hasilnya,” terangnya.

Syahrul merinci dengan hasil laboratorium tersebut, pemerintah akan lebih mudah menentukan vaksin yang tepat. Ia berharap penentuan vaksin dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam negeri. Dengan ini ia memastikan penanggulangan PMK dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

  

Infografis Imbauan Penyembelihan Hewan Kurban Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya